Hari 5
Pornografi Rohani atau Keintiman Rohani
Suatu kali Tuhan menegur kepada seorang pendeta dengan berkata “Aku sudah melihat pelayananmu, sekarang apakah kamu ingin melihat pelayanan-KU?” Ada perbedaan antara aktifitas ‘pelayanan’ yang Tuhan kerjakan dan yang dikerjakan para pendeta dan gereja. Tuhan sedang mengatakan bahwa kebanyakan pengkotbah, memiliki tujuan pelayanan untuk menarik khalayak ramai pada pelayanan mereka, kita pintar menarik perhatian manusia, tetapi mengacuhkan cara untuk menarik perhatian Tuhan.
Hadirnya pengurapan dengan mudah menarik khalayak ramai, masalahnya kita bisa menyenangkan manusia tanpa menyenangkan Tuhan. Ada sebuah cara yang lebih baik, dan Yesus menunjukkannya, Alkitab berkata “Yesus makin dewasa dan makin dikasihi Tuhan dan manusia” dan Ia selalu dan selalu mengutamakan Tuhan. Dalam sepanjang pelayanan-Nya, satu satunya pusat perhatian Yesus adalah mendengar apa yang dikatakan Bapa dan mengatakannya dan melihat apa yang Bapa kerjakan dan mengerjakannya. Yesus tidak pernah khawatir soal bagaimana menarik khalayak ramai. Seringkali kita membatasi dengan cukup puas menerima seporsi kecil dari Tuhan, yang sebenarnya itu jauh lebih kecil dibanding porsi yang ingin Tuhan beri kepada kita.
Kita diangkat menjadi imam, perantara antara Tuhan dan manusia, satu tangan terulur kepada Tuhan dan tangan yang lain ke arah manusia. Terkadang kita begitu asyik menarik manusia, tapi kehilangan kerinduan untuk menarik Tuhan dengan tangan yang lain. Kita menjanjikan kemuliaan Tuhan, tetapi seringkali yang kita berikan hanya urapan, berkat Tuhan dalam ukuran yang terbatas.
Pengurapan dan karunia-karunia adalah sebuah alat untuk membantu, memampukan, mendukung, dan mengarahkan kita kembali ke Sumbernya. Hanya Tuhan sendiri yang dapat memuaskan rasa lapar yang telah Ia tempatkan dalam diri kita. Tangan-Nya dapat memenuhi kebutuhan kita, tetapi hanya wajah-Nya yang dapat memuaskan kerinduan kita yang paling dalam.
Pengurapan Tuhan dalam semua variasi bentuknya memang diberikan untuk menggenapi tujuan Tuhan. Masalahnya kita telah menjadi begitu kecanduan dengan pengaruh pengurapan terhadap perasaan kita sehingga kita telah memalingkan mata dan hati kita dari kemuliaan wajah-Nya. Kita seringkali cenderung lebih tergetar secara rohani oleh jamahan Tuhan atas kehidupan orang lain, daripada mengalaminya sendiri.” Atau, jika kita pelayanan, kita bisa kecanduan terhadap hasrat jemaat kepada kita karena pengurapan yang ada dalam diri kita. Kecanduan akan mengubah pengurapan yang paling kuat sekalipun menjadi sebuah getaran murahan. Pada titik terburuknya, itu akan menjadi sebuah bentuk “pornografi rohani”. Para pelaku pornografi rohani lebih menginginkan untuk mendapatkan getaran – getaran mereka dengan mengamati keintiman yang dialami oleh orang lain daripada memikul tanggung jawab dari hubungan dengan Tuhan. Tuhan tidak menginginkan kita tergila – gila pada tangan –tangan-Nya dan berkat – berkat yang dibawa oleh tangan-Nya. Ia ingin kita jatuh cinta dengan begitu mendalam kepada-Nya.
Mereka puas hanya dengan melihat dan mendengar pengalaman – pengalaman rohani orang lain tapi dalam kehidupannya tidak memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Kita telah kecanduan pengurapan dengan cara yang sama yang dialami oleh bangsa Israel. Pelayanan Musa dan mukjizatnya menggambarkan sebuah pengurapan ilahi, tapi Tuhan ingin memberikan yang lebih dari itu. Dalam keluaran pasal 19 Ia mengundang setiap orang di bangsa itu untuk naik dan mendengarkan firman-Nya, ini adalah sebuah kesempatan untuk masuk melampaui pengurapan dan mencicipi kemuliaan-Nya secara pribadi. Tapi Israel berkata “Musa, kamu saja yang naik, cari tahu apa yang Tuhan ingin sampaikan, nah nanti kamu bawa saja pengalamanmu itu dan pengurapan itu kembali untuk kami.” Mereka tidak menginginkan sebuah perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi karena itu sebuah hubungan yang melibatkan tanggung jawab dan kematian terhadap diri sendiri.
Jika kita tidak hati-hati, kita bisa menjadi penghalang besar bagi “turunnya Tuhan” kedalam gereja atau komunitas kita karena kecanduan pengurapan. Terkadang kita lebih suka berkhotbah dibanding menyembah Tuhan sampai kemuliaan-Nya datang. Kebenarannya adalah khotbah – khotbah terbaik kita tidak pernah setara dengan satu kata yang disampaikan secara langsung oleh Tuhan sendiri. Jemaat juga bisa kecanduan dengan pengurapan yang mengalir dari pemimpin- pemimpin mereka yang memiliki berbagai karunia. Sehingga mereka tidak peduli mencari wajah Tuhan.
Pertanyaannya “kenapa Allah tidak mengambil kembali saja pengurapan atau karunia karunia yang Ia berikan kepada para pecandu itu?” Karena Ia tidak bekerja dengan cara seperti itu. Sekali Ia membuka pintu pengurapan dalam kehidupan seseorang, karunia dan panggilan-Nya diberikan tanpa penyesalan. Ketika seorang keluar dari jalur, dan mulai kecanduan dengan pengurapan, Tuhan tidak akan menghalanginya dengan mengambil kembali kasih karunia-Nya. Ia hanya mengundurkan diri dari mereka secara pribadi karena Ia lebih berkomitmen terhadap karakter daripada talenta.
Ketika pembentukan karakter Kristus berakhir sedang talenta atau karunia berlanjut, seseorang seperti sedang bermain ski di atas permukaan es yang tipis, dan pada akhirnya ia akan jatuh terperosok, karunia apapun dari Tuhan, yang terpisah dari hadirat-Nya yang tinggal, akan memburuk seiring waktu.
Ada sebuah perbedaan besar antara gambar 1 dimensi dengan hal yang sebenarnya. Kalau boleh saya berkata sedikit vulgar, kita sudah melacurkan setiap proses dan pengurapan Tuhan dengan cara mengejar apa yang datang dari seorang manusia sebagai sebuah gambaran yang utuh dari Tuhan. Beberapa orang membicarakan hal-hal rohani seolah olah mereka pernah mengalaminya, tetapi mereka hanya membicarakan apa yang mereka dengar. Mereka belum pernah mengalami sendiri perjumpaan yang sesungguhnya, sehingga gambaran mereka akan Tuhan hanyalah sebuah gambar satu dimensi yang datar.
Lalu apa itu fungsi pengurapan? Ketika pertama kali, Tuhan memperkenalkan minyak urapan, Ia berkata :
Mazmur 133 menunjukkan bagaimana minyak urapan ini digunakan, dikatakan “Seperti minyak di kepala, meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.” Bangsa Israel itu membuat minyak pengurapan per 1 quart, 1 quart = 1.136 L. karena jika tiba saatnya untuk mengurapi sesuatu, mereka mencurahkan, mengolesi, membasahi, jadi memerlukan banyak sekali minyak. Bayangkan saat itu Harun sebagai Imam besar. Berapa banyak Minyak yang akan dicurahkan ke atas kepala pria dewasa apalagi saat itu imam tidak boleh potong rambut untuk membuatnya mengalir ke jenggotnya, dan terus mengalir ke jubah imamnya sampai ke kaki. Saya tidak tau berapa banyak minyak yang akan dibutuhkan, tetapi jika Tuhan membuat kembali peristiwa tersebut di gereja, maka minyak itu akan merusak karpet gereja, dan yang berperan jadi Harun harus menata ulang rambutnya. Tetapi Tuhan menginginkan hal itu. Kebanyakan kita memakai urapan secukupnya hanya untuk sekedar memperoleh tepuk tangan atau bikin merinding. Ketika Tuhan mengurapi manusia, Ia nyaris menenggelamkan kita dengan aroma harumnya sehingga Ia dapat mendekat.
Tujuan utama dari pengurapan baik di Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru adalah untuk mengkhususkan benda dan orang sehingga mereka diterima oleh Tuhan. Namun cenderung kita melacurkan pengurapan karena kita ingin berbau wangi dihadapan manusia. Kalau kita baca kisah Ester, ia menghabiskan waktu 6 bulan untuk berendam dalam minyak mur dan 6 bulan untuk berendam dalam berbagai wewangian dan mempersiapkan diri untuk semalam bersama raja. Alkitab berkata “Ester dikasihi lebih dari semua perempuan lain dan beroleh sayang dan kasih dari baginda lebih dari semua anak dara yang lain. Ester juga menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihatnya. Bisa dibayangkan seperti apa aroma Ester setelah menghabiskan satu tahun berendam dalam minyak pengurapan? Aroma itu melekat pada pakaiannya dan menjadi satu dengan kulitnya, kemanapun ia berjalan, ia meninggalkan aroma yang harum. Ketika ia berjalan semua pria tertuju padanya.
Saya yakin bahwa Ester tidak membalas dengan memberikan lirikan yang menggoda. Ia tidak ingin menyia2kan seluruh waktu yang telah dihabiskannya dalam pengurapan hanya untuk mencari perkenanan manusia, ia mencari perkenanan raja. Tujuan pengurapan adalah membawa Tuhan dan manusia bersama sama dalam persekutuan kudus. Musa mengetahui perbedaan antara pengurapan dan kemuliaan, ia memiliki pengurapan Tuhan, ia tau seperti apa rasanya melakukan mujizat dan tanda2 melalui pengurapan. Musa memiliki sesuatu ynag baik, tetapi ia meminta yang terbaik dari Tuhan, ia berkata “Perlihatkan kemuliaanMu kepadaku”
Seperti Musa kita memiliki kesempatan untuk masuk dalam kemuliaan Tuhan. Roh kita segera diperbaharui dan diubahkan menjadi ciptaan baru pada saat diselamatkan, tapi kita masih perlu melakukan sesuatu untuk tubuh kita yang tercemar dan jiwa yang kotor, sebelum Tuhan menyinari kita dengan kemuliaan yang cemerlang. Darah Yesus telah menutup dosa kita dan melindungi kita dari kematian, tetapi itu tidak berarti bahwa kita benar2 menarik bagi Tuhan jika kita terpisah dari selubung yang harum, yaitu penyembahan dengan hati yang hancur dan pertobatan. Persamaan dari kematian dalam perjanjian baru adalah pertobatan. Kemuliaan Tuhan tinggal dibalik pintu pertobatan. Itu sebabnya Yesus berkata “setiap yang mengikut Aku harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya setiap hari” Kita harus hidup dalam pertobatan. Kita tidak pernah bisa menyuruh dunia bertobat, bila masalah – masalah yang ada didalam dunia muncul di dalam diri dan gereja, kita tidak bisa menunjuk orang lain kepada pertobatan, kita harus memimpin ke jalan tersebut dengan suatu gaya hidup pertobatan
Pengurapan memang membuat apa yang kita sentuh menjadi lebih baik, entah kita menyanyi, berkhotbah, menerima tamu, ketika urapan itu turun itu akan menguatkan talenta, karunia dan panggilan dengan kuasa Tuhan. Namun demikian pengurapan tetaplah pengurapan, yang tinggal ditubuh yang fana. Kemuliaan adalah sesuatu yang berbeda, ketika kemuliaan Tuhan turun, kita dengan tiba2 mengerti dengan jelas mengapa Tuhan berfirman “supaya jangan seorangpun bermegah dihadapan Tuhan” tidak ada satupun yang bisa tahan berdiri dihadapan kemuliaan Tuhan, alkitab mencatat setiap kali seseorang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, mereka akan tersungkur ke tanah, itu karena mereka tidak punya pilihan. Pengurapan itu seperti percikan api listrik, itu bisa menggetarkan kita, tapi Tuhan ingin mengguncang kita dengan kemuliaan-Nya seperti aliran listrik bertegangan ribuan volt, itu bisa membunuh atau menghidupkan kita selamanya.
Melayani dengan pengurapan itu baik, tapi kita harus memiliki hadirat Tuhan yang nyata untuk ditunjukkan kepada dunia. Ester tidak mau menukarkan pengurapannya, lirikannya untuk raja dialihkan pada perkenanan manusia. Sebagai hasilnya, raja berkata pada Ester :”apa permintaanmu? Niscaya dipenuhi, sampai setengah kerajaanpun akan diberikan. Tuhan sedang mencari mempelai yang matanya tertuju kepada Dia. Maka Ia dengan senang hati akan memberikan kunci menuju kota dan bangsa.
Jangan melakukan kesalahan dengan melacurkan pengurapan untuk mengejar manusia supaya pelayanan atau mungkin agar gereja kita berkembang. Katakan saja “Aku lebih menginginkan hadirat-Mu lebih daripada yang lain.” Kita tidak perlu cemas mengenai pertumbuhan gereja atau pelayanan. Harumkan diri kita dengan pengurapan dan masuk dalam penyembahan, ketaatan dan kesetiaan melakukan perintah2-Nya yang ditujukan hanya kepada-Nya.
Arahkan pandangn kita untuk bisa melihat kemuliaan-Nya diatas kota dan bangsa kita. Bertaut, melekat pada hati Allah Bapa kita baik dalam aktifitas keseharian apalagi saat kita melayani.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin
0 Comments