Hari 23
Jubah Kesulungan (3).
Bagaimana Tuhan menginginkan sikap yang benar terkait dengan perkara rohani ‘Jubah Kesulungan’ ini terlihat dalam peristiwa setelah kebanhkitan-Nya ketika Tuhan menemui 2 murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus di
Lukas 24:28-29.
Tuhan sebenarnya tidak sungguh sungguh ingin meneruskan perjalanan-Nya. Dia berbuat seolah – olah hendak meneruskan perjalanan. Dia menemani 2 orang ini bicara, sampai di Emaus, Dia berkata “Sudah ya, kamu sudah sampai, Saya mau pergi” Tapi hati-Nya sebenarnya ingin berkata begini “Jangan biarkan Aku pergi” karena itu kalimatnya berkata “Dia seolah – olah, artinya Dia tidak sungguh – sungguh ingin pergi. Bagi orang yang tidak mengerti pasti berkata “Oh, ya sudah, sampai jumpa lagi” Yesus seolah olah ingin meneruskan perjalanan-Nya, tetapi hati-Nya berkata “Dont let me go!” Dua orang ini mengerti, hati mereka berkobar dan berkata “kami ingin dengar yang lebih lagi” Alkitab berkata “Mereka sangat mendesak-Nya” reaksi itulah yang ditunggu-tunggu Tuhan sebenarnya. Mungkin ada yang berkata “Masa Tuhan jual mahal begitu?” bukan begitu. Sebab Dia selalu mengukur kerinduan dan kehausan, seperti tanah kering yang benar-benar kering merindukan datangnya air. Suatu “ketamakan kita”, “kerakusan kita” akan perkara yang rohani, kalau aku tidak mendapatkan aku akan ‘mati’, tidak ada gunanya apapun juga tanpa mendapatkannya. Inilah syarat yang tidak banyak kita pahami, jika tidak cukup dalam, Dia tidak akan masuk.
Karenanya hubungan dengan Tuhan diatur dengan hukum kasih. Setiap orang punya ukuran sendiri dan merasa telah mengasihi Tuhan meski ia hanya datang sesekali ke gereja. Tetapi yang Tuhan rindukan adalah kasih segenap hati, jiwa dan kekuatan kita, otulah yang terutama dan pertama. Tanpa kasih sebesar dan seserius itu kita hanya STSD ‘sok tahu sok dekat’ saja dengan Tuhan.
Setiap orang punya ukuran kedalaman yang berbeda. Kitab Yehezkiel mencatat “ada yang semata kaki, ada yang sepinggang, bahkan ada yang sampai tenggelam”. Jadi seberapa kita mengingini yang dari Tuhan itu, Dia mengukur. Jika sampai sangat mendesak, Dia masuk. Seandainya mereka tidak mendesak, maka mereka tidak akan melihat Yesus yang sudah bangkit. Tapi seringkali kita ini tidak cukup punya kedalaman, sehingga Tuhan berkata “Aku ingin lemparkan diri-Ku ini semuanya masuk kedalam kolammu, tapi Aku terbentur tembok kolammu yang terlalu dangkal airnya. Bagusnya buat spa ikan saja.” Dan Tuhan tidak bisa memasukkan yang lebih besar. Semakin kita punya kedalaman, maka akan semakin besar pula yang Tuhan ingin masukkan dalam kehidupan kita.
Kita buka di Matius 14:22-33
Apa yang berbeda dari Petrus? Ketika ada perkara supranatural terjadi, semua teriak “hantu!” mungkin seperti di film horor. Kita bisa bayangkan dalam satu perahu ada 12 orang, yang 11 ketakutan hanya 1 yang berani berkata “Kalau itu Engkau Tuhan, suruh aku datang, jangan berenang tapi jalan di atas air! Perlu iman yang cukup gila untuk berkata seperti itu. Banyak dari kita mengkhotbahkan “mengapa petrus tenggelam” dari pada mengkhotbahkan bagaimana ia berjalan di atas air. Hari ini juga banyak yang berkata “itu hantu!” Tuhan bekerja luar biasa, kita sibuk teriak “setan!” tapi adakah kita seperti Petrus yang mau berkata “suruh aku, Tuhan..”dan jika kerinduan ini begitu kuat dalam hidup kita, sekalipun kita terseok seok, percayalah Tuhan menghargai itu. Dia ukur sampai dimana kedalaman “kerakusan” kita akan hal yang rohani.
Kita baca satu kisah lagi yang terakhir supaya kita makin mengerti Yohanes 1:35-39
Dua orang berjalan ikut Tuhan. Yesus tahu ada yang mengikuti-Nya, dan Dia berhenti, berbalik dan bertanya “What do you want? Apa yang kamu mau? Mereka berkata “Guru dimana Engkau tinggal?” Tuhan berkata “Kamu mau tau dimana Aku tinggal? Come, you see! Apapun yang mereka inginkan hari itu, mereka dapatkan lebih lagi, bukan hanya melihat dimana Tuhan tinggal, tapi mereka tinggal bersama sama dengan Tuhannya. Hari ini Tuhan bertanya kepada anda “sudah sekian waktu anda ikut Yesus, what do you want? Apa yang kau inginkan?
Kita lihat wanita yang 12 tahun pendarahan, begitu banyak orang yang menghalangi, badannya lemah, hartanya habis, lalu dia berkata “Asal kujamah saja jumbai jubahnya, aku akan sembuh” wanita itu merangkak dan menerobos banyak orang, sebab ia mengerti akan perkara ilahi yang akan memulihkan hidupnya, hari itu dia sembuh.
Kita baca tentang Bartimeus, seorang buta, ketika Yesus lewat, ia tanya “Siapa itu?” orang menjawab “Yesus dari nazaret” tapi Bartimeus tidak teriak “Yesus dari Nazaret” Ia berteriak “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku! Sebab ia tahu, ini bukan sekedar orang dari Nazaret, Ini Mesias, Sang Juru Selamat, orang suruh dia diam, tetapi justru makin keras dia berteriak. Dan akhirnya Tuhan berkata “Bawa dia kemari” dan saat Tuhan memanggil, ia tanggalkan jubahnya, tanda bahwa ia tidak buta lagi sejak hari itu, bahkan sebelum Tuhan berbuat apa2. Dia mengerti ketika dia bertemu Yesus, maka hidupnya akan berubah, masa depannya berubah dan semuanya berubah
Tuhan tetap mengukur kedalaman, kehausan, kerakusan dan ketamakan kita akan hal yang rohani. Karena itulah Yesus yang sudah tahu bahwa Bartimeus buta, tetap berkata “apa yang engkau mau?” karena mungkin ada orang yang tidak mengingini apa yang dari Tuhan. Tetapi Tuhan berkata “Jika itu menjadi kerinduan hatimu, Aku berikan”
Itu sebabnya Tuhan berkata “Kalau kamu berdoa, masuk kamar, kunci pintunya” Dia berkata “masuk keruang rahasiamu, dalam hati kita ada satu rongga pribadi khusus buat Tuhan, dimana setiap saat kita bsa mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dan disitu apapun yang kita nikmati dengan Dia, itu adalah sesuatu yang sangat pribadi, dan mungkin tidak ada yang lain yang bisa mengerti.
Segala sesuatu yang ilahi yang dari Tuhan, harus begitu sangat diingini. Jika kita tidak mengingini akan apa yang dari Tuhan sebegitu luar biasa, maka itu tidak akan pernah turun dalam hidup kita. Orang boleh tidak punya apa2, boleh tidak bisa apa2 dan boleh sangat terbatas kemampuannya. Tetapi selama kita sangat mengingini perkara2 yang ilahi lebih dari apapun di dunia ini, maka kita akan mendapatkan apa yang dari Tuhan.
Saya sering merenungkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan sebagaimana hubungan sepasang kekasih. Adalah sangat menyakitkan bisa seorang kekasih tidak merindukan pasangannya secara total. Ketika ia membandingkan atau bahkan membagi cintanya pada yang lain, maka sesungguhnya tidak ada lagi cinta dalam hubungan itu. Itu hanya formalitas tanpa kedalaman, tanpa isi. Karena yang ada hanya kejahatan dan kebejatan.
Kalau Tihan sudah menyatakan cinta-Nya dengan pengorbanan di atas salib, lebih dari itu kasih, penyertaan, Roh Kudus sudah dikaruniakan, maka satu-satunya cara adalah membalas dengan cinta seoenuh-penuhnya. Karena Tuhan juga rindu memberikan conta dan anugerah-Nya yang lebih besar dan istimewa lagi pada kekasih-Nya.
Mengapa gereja lebih tertarik dan terikat oada dunia ? Uang, kekuasaan, kenewahan dari pada pekerjaan kasih dan pewartaan Injil serta pemuridan ? Marilah kita terus mengejar Jubah Kesulungan at any cost, dengan kenekatan, kehausan dan kerinduan kita. Aku tidak mau hidup biasa-biasa saja lagi. Aku mau berjalan sebagai kekasih Tuhan saja.
Amin.
0 Comments