Hari 12
Petrus
Shalom puji Tuhan,
Marilah kita buka di Lukas 22:28-30 =>Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Ada anugerah yang luar biasa di ketiga ayat ini. Yang pertama adalah mereka tetap tinggal bersama – sama dengan Yesus dalam segala pencobaan yang dialami-Nya. Tidak banyak orang yang memiliki kesetiaan dan Tuhan menghargai para murid yang tetap setia bersama dengan Tuhan. Karena kesetiaan mereka, Tuhan berkata “Aku menentukan hak – hak kerajaan bagimu.” Begitu didapati-Nya seseorang yang setia maka dia boleh memperoleh hak – hak yang dimilikinya dalam kerajaan-Nya. Pada ayat ke 31 tiba2 Tuhan berkata :
(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Jawab Petrus: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Tetapi Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”
Kalau kita terus membaca ayat – ayat alkitab ini maka sungguh terjadi seperti yang Yesus katakan. Tidak banyak orang di Alkitab yang namanya diganti oleh Tuhan. Satu diantaranya adalah Simon. Tuhan berkata “Engkau bukan lagi Simon tetapi engkau Petrus, artinya batu karang. Si batu karang ini tiba2 mendapat pernyataan Tuhan yang mengejutkan, tetapi pernyataan ini membongkar akan apa yang masih tersembunyi di dalam dirinya. Petrus artinya batu karang, sedangkan Simon artinya buluh. Buluh adalah tanaman liar yang tinggi. Buluh itu mudah terombang ambingkan, terbakar, tidak ada buahnya bahkan nyaris tidak ada gunanya. Kemudian Tuhan ganti namanya menjadi Petrus, dari buluh yang lemah menjadi batu karang. Tiba – tiba Tuhan berkata “Simon simon, lihat, iblis telah menuntut menampi engkau seperti gandum.”
Gandum ditampi dengan 2 proses, pertama ditumbuk, dipukul – pukulkan supaya kulitnya mengelupas, kemudian di lempar – lemparkan ke atas supaya tertiup angin. Hal ini menggambarkan orang yang mengalami penindasan, dia ditumbuk, dipukulkan ke bawah. Setelah lewat penindasan maka tampian kedua adalah dinaikkan, ditinggikan. Pada waktu ditinggikan itu maka angin akan mengujinya, apakah dia berbobot atau tidak, kalau dia berbobot, dia tidak akan kabur dan hilang, melainkan turun kembali, tetapi sekam yang bercampur dengan gandum akan terbawa angin.
Dan yang menarik Tuhan tidak memanggil dia “Petrus, petrus” meskipun namanya sudah diganti, tetapi hari itu Dia berteriak “Simon, Simon” Tuhan mau berkata “Eh, di dalam dirimu, di dalam batu karang itu, kamu tetap memiliki yang disebut keSimonan” yaitu kebuluhan, kelemahan, tabiat yang mudah terombang ambingkan. Dan hal itu tidak disadari oleh Petrus. Petrus bahkan berkata “Tuhan, aku rela masuk penjara, dan mati bersama Engkau.” Dengan kata lain sebetulnya itu, Tuhan mengajar kepada murid-Nya yang merasa hebat ini “Please, kamu harus tau betul siapa dirimu, jangan engkau berpikir engkau mutlak sebuah batu karang yang solid, yang tak tergoyahkan. Di dalam dirimu itu masih ada Simon, masih ada buluh” Dan itu yang kemudian dikatakan “engkau dituntut, ditampi”
Bisa dibayangkan sebuah buluh, tetapi ditampi seperti gandum. Buluh itu tidak punya bulir, sehingga kalau ditumbuk dan dilemparkan ke atas akan habis ditiup angin. Tetapi iblis berkata “Engkau memberikan kepadanya hak kerajaan, Engkau akan membuat dia duduk semeja dengan Engkau, Engkau membuat sebatang buluh dihormati begitu rupa.” Dan iblis berkata “Seharusnya sebulir gandum yang terima kehormatan, bukan sebatang buluh, kalau dia sungguh layak, maka aku akan menampi dia seperti gandum, meskipun sebenarnya buluh.”
Banyak orang menginginkan sesuatu, tetapi tidak pernah mengerti konsekuensinya. Tuhan mau berkata kalau kita boleh jujur dengan diri kita, maka seharusnya kita menjadi orang yang tau diri. Kepada orang yang namanya Ia ganti seperti batu karang, Dia berkata “Hei, Aku hari ini menyebut kamu Simon lagi karena Aku berurusan dengan buluh yang ada dalammu, engkau tidak sehebat yang engkau pikir, engkau tidak sekuat yang engkau duga, engkau tidak sehebat yang engkau bayangkan tentang dirimu sendiri.”
Ada satu contoh di Alkitab tentang seorang yang lupa diri, yaitu Hagar. Hagar adalah budak Sarai, namun Sarai sepertinya tidak tahan menunggu penggenapan janji Tuhan. Seringkali orang juga kesulitan atau tidak tahan menunggu penggenapan janji Tuhan. Sehingga suatu hari Sarai berkata pada Abraham “Aku berikan hagar sebagai gundikmu, dia hambaku tapi ambillah supaya engkau mempunyai anak.” Dan setelah mereka menikah ternyata Hagar mengandung.
Pada zaman itu orang mandul di anggap rendah oleh orang lain, karena dianggap orang yang terkutuk. Sejak Hagar tau bahwa dirinya mengandung Alkitab berkata “Ia memandang rendah akan nyonyanya.” Sebetulnya pada saat itu Tuhan mau berurusan dengan Hagar. Pada saat itu Sarai marah dan menindas Hagar. Mungkin Sarai adalah orang yang tahu betul bagaimana menindas orang. Mungkin dia berkata pada Hagar, “Ayo cuci pakaian ini, meskipun berwarna putih, harus dicuci sampai keluar batiknya.” Sehingga Hagar tidak tahan dan kemudian dia kabur.
Hukum yang berlaku saat itu adalah jika ada budak yang melarikan diri, budak tersebut boleh dibunuh, tetapi menurut sebagian orang harga diri jauh lebih mahal daripada nyawa. Kalau kita lihat di TV banyak orang berantem sewa pengacara mahal untuk sebuah harga diri.
Saat Hagar lari dari Sarai, ditengah jalan dia berhenti, dan rasanya sudah mau mati tetapi tiba- tiba Malaikat Tuhan mendatanginya dan menyapanya dengan sapaan khusus “Hagar, hamba Sarai.” Seakan – akan Tuhan berkata “Hagar, tahu diri dong, kamu itu hamba Sarai, ditindas masih lumayan, dibunuh pun secara hukum, oke.” Dan Malaikatnya berkata “Darimana kamu dan mau kemana?” Pertanyaan itu artinya “Kalau kamu gak inget dari mana kamu Aku pungut, darimana kamu berasal, Aku ambil dan Aku permuliakan hari ini, kalau kamu begitu lupa darimana kamu berasal maka kamu tidak akan bisa menjawab pertanyaan yang kedua yang berkata “Kemana kamu akan pergi?” Orang yang tidak cukup tahu diri dan rendah hati,tidak akan pernah mendapatkan destiny nya.
Ternyata supaya orang tau diri itu sulit. Dalam sebuah retret, di bagikan kertas soal ujian, yang bertuliskan angka 1-80. Mereka diberi waktu sekitar 7-10 menit. Dan diminta, “Tulislah semua kelemahanmu yang kamu ketahui, tetapi kalau bukan kelemahanmu jangan di ada –adakan, kelemahanmu sendiri yang kamu ketahui saja” Kemudian, “Tulis! Jumlah kelemahan yang bisa ditulis setiap orang menentukan apakah kamu bisa naik tingkat atau tidak.”
Semua menulis dan setelah selesai semuanya, diperintahkan “Kalau kalian bisa menulis minimal 60 dari 80 maka kalian dapat naik tingkat.” Ternyata cukup banyak yang tidak bisa menemukan kelemahannya sampai 60. Dan kemudian semua mencoba dengan keras melakukannya. Tidak mudah, salah satu peserta yang paling tua itu ternyata hanya menemukan cuma 1 kelemahan. Saya pikir orang ini sudah mirip Yesus, Cuma 1 kesalahan, tidak ada kelemahan yang lain, malaikatpun minder ketemu dia. Saya coba melakukan hal yang sama, saya ambil kertas, saya coba tulis kelemahan saya, sambil tanya Roh Kudus kelemahan ku apa saja ya? Roh Kudus ingetin “Ini kan kamu” Oh iya ya, ternyata aku ada kelemahan ini dan saya liat2 saya bilang “Wah saya ini ternyata parah banget”
Nanti kalau temen2 ada waktu kosong coba tulis, sampai di angka berapa kita berhenti, itu akan menolong kita. Paling tidak, mengingatkan kita supaya tau diri. Ternyata susah untuk menyadarkan diri kita, bahwa ada ke-simon-an di dalam kita. Dan Tuhan itu Pribadi yang ‘unik’ menurut saya kenapa? Kalau kita jadi boss yang kita cari pasti karyawan yang qualified, yang layak, dan kita beri gaji besar. Tapi Tuhan tidak, semakin kita sadar dan tau diri bahwa betapa hidup kita ini gak layak, gak qualified maka sebetulnya anugerah-Nya semakin besar dalam hidup kita. Ada 2 contoh dalam Alkitab yang pertama si bungsu dan si sulung, dan kalau kita baca yang bungsu ini, bisa dibilang maaf “brengsek” duit orang tuanya dihabiskan untuk berfoya – foya dengan pelacur. Sedangkan anak sulung adalah tipe orang yang hebat. Kenapa? Sebab ia berkata “Tidak sekalipun aku melanggar perintah bapa” Namun anak yang hebat ini bahkan tidak di undang ke pesta Bapanya. Bapanya tidak utus pegawai dan berkata “Panggilin dong, anakku yang suci, yang saleh, yang tidak ada dosanya, yang setia, hebat dan top itu.” Dalam hati si sulung berkata “Aku baik, harusnya aku yang dipanggil dan dipestakan.” Tetapi hal itu tidak di lakukan oleh bapaknya. Dimana perbedaannya? Si bungsu yang brengsek itu menyadari keadannya, tetapi si sulung tidak. Semakin kita tahu diri, anugerah-Nya semakin besar.
Yesus berkata “Orang sakitlah yang memerlukan tabib, tetapi orang yang merasa dirinya sehat, tidak lagi butuh siapapun, yang merasa dirinya sudah suci dan memiliki hak untuk menghakimi orang lain, tidak membutuhkan Yesus.”
Contoh kedua adalah penggarap – penggarap di kebun anggur, orang – orang yang dipanggil pertama Alkitab berkata “Tuan ini melakukan kesapakatan harga dengan dia.” Artinya para pekerja ini merasa bahwa dia memiliki tenaga yang harus Tuhan hargai dengan uang, maka dibuatlah kesepakatan, sedinar sehari. Orang – orang ini masih memiliki istilahnya bargaining power, masih memiliki daya tawar menawar, dia seakan -akan berkata bahwa aku memiliki tenaga, engkau perlu aku. Untuk orang – orang selanjutnya Tuhan berkata “Yang layak Aku berikan padamu
Tuhan tetap harus berkata diupahi berapa, tetapi yang tidak dijanjikan apa apa adalah orang yang seharian nganggur, yang hanya kurang satu jam saja waktu kerjanya habis. Tuhan berkata “Ngapain nganggur, kerja sana!” Mereka tidak diber janji akan upah dan sebagainya. Mereka inilah kelompok yang paling tahu diri, tidak bertanya upah, tidak memiliki bergaining power, yang merasa tidak ada orang yang mau pakai hidupku tapi dia dimasukkan Tuhan keladang-Nya. Kalau kita membaca, pada ujungnya adalah yang kerja satu jam terima satu dinar, sedangkan yang kerja 12 jam tetap terima 1 dinar. Bukankah disini anugerah yang lebih besar diberikan kepada orang yang tahu diri?
Yesaya 26:12 Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.
Saya ulangi kalimat terakhir “Segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yng melakukannya bagi kami.” Ini harus menjadi sebuah ungkapan yang menyadarkan kita, siapa kita sebenarnya. Sebab kalimat ini sebetulnya harus dinyanyikan, kenapa? Jika dilihat di ayat pertama, maka :
Yesaya 26:1 => Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda
Yehuda adalah tempat dimana raja – raja memerintah. Kita hidup dalam masa raja – raja, yang seharusnya raja rajanya akan berkata “Sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.” Jadi bukan karena kekuatan kita, bukan karena kita layak, bukan karena kita hebat, bukan karena kita mampu, bukan karena kita kudus, bukan karena kita benar, tapi karena kita dibenarkan Tuhan oleh karena penebusan-Nya. Kita dimampukan Tuhan untuk melakukan karena Tuhan yang mengerjakan-Nya.
Kita belajar dari seorang Rasul yang hari ini Gereja menyebutnya sebagai rasul terbesar. Tapi disini saya tunjukkan sebuah proses kerendahan hati. Pribadi ini justru semakin lama, semakin tau diri, semakin tua, semakin mengerti siapa dirinya, dan ini sebuah keajaiban.
1 korintus 15:9 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Surat tersebut ditulis oleh rasul Paulus sekitar tahun 56 M, Paulus menempatkan dirinya dalam golongan rasul, dan dari golongan rasul dia berkata “Aku yang paling hina.” Dia tidak berkata “Saya paling hebat kog” Kenyataanya kitab – kitab di Perjanjian Baru diwarnai oleh Rasul Paulus, sebagian besar yang kita baca di PB adalah hasil tulisan dari Rasul Paulus. Di tahun 56, Paulus menulis pada orang Korintus :”Aku memang golongan rasul, tapi aku yang paling hina.” Tetapi pernyataan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Tahun 60 – 61 M, berarti 4 atau 5 tahun kemudian, dia tulis surat kepada jemaat di Efesus
Efesus 3:8 => Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,
Artinya 5 tahun sebelumnya dia berkata “Aku dalam golongan rasul, tetapi aku yang paling hina.” Tapi setelah 5 tahun kemudian dia berkata, bahkan menyebut rasul pun tidak, “Dari semua orang kudus aku yang paling hina.” Dia seperti berkata “Dari semua menteri, saya yang paling jelek.” Dan 5 tahun kemudian Paulus berkata “Dari semua rakyat, saya paling jelek.” Sebetulnya 5 tahun setelah itu, dia semakin tahu diri, semakin lama terang Tuhan itu semakin turun, semakin membuat orang semakin sadar diri. Bahkan sekian tahun kemudian menjelang dia meninggal,di tahun 62 atau 63 M, berarti 1 – 3 tahun kemudian, Paulus menulis surat kepada Timotius.
1 Tim 1:15 => Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
Dia berkata “Akulah yang paling berdosa” dalam bahasa inggris dikatakan “sinners, of whom i am chief” yang artinya “Diantara semua pendosa, akulah ketuanya” Dia seakan berkata “Aku gembongnya pendosa”. Bisa kita bayangkan? Rasul yang mendapat julukan terbesar berkata “Aku yang paling hina dari semua Rasul” 5 tahun kemudian dia sadar dan meralatnya “Bukan, bukan, aku yang paling hina dari semua orang kudus.” Menjelang meninggal, menjelang dia menyelesaikan perlombaannya di garis finish, baru dia sadar “Aku yang paling berdosa, akulah yang paling hina diantara para pendosa.” Paulus adalah orang yang tahu diri. Maka kalau kita melihat hidupnya, Paulus menimbulkan dampak paling besar, tidak ada kesombongan lagi, tidak ada kebanggaannya lagi, yang ada hanya pengakuan bahwa semua karena anugerah.
Kita semua harus sadar bahwa ada ke-simon-an dalam diri kita, ketika Petrus tidak menyadari hal itu, dia malahan terhenti, dia menyangkali Tuhan sampai tiga kali. Mari datang kepada Tuhan apa adanya dan mari percaya ada anugerah yang menakjubkan, ada Amazing Grace yang Dia sediakan bagi kita.
Ada satu hal yang sangat berbahaya dalam hidup kita, yaitu kesombongan yang terucap. Petrus pernah dengan bangga berkata, sambil menunjuk semua teman temannya, semua rasul rasul “Seandainya mereka semua ini meninggalkan Engkau, aku tidak akan meninggalkan Engkau.”
Itu adalah sebuah kesombongan yang terucap, dia tidak tau ke-simon-an di dalamnya. Petrus tidak sadar bahwa ia buluh, Petrus berpikir bahwa dia gandum yang hebat. Dan akibatnya dia ditampi seperti gandum, tetapi bersyukur Tuhan Yesus telah mendoakannya. Akhirnya ia kembali ke Tuhan, dan tetap sebagai orang yang Tuhan percayai. Ada orang orang yang berkata “Aku ini adalah orang yang beriman” padahal sebetulnya ada ke-simon-an di dalamnyaa,dan tiba2 iblis berkata “Engkau beriman? Maka engkau akan kuuji dan kutuntut engkau seperti orang yang beriman.” Daripada kita menepuk dada, lebih baik kita pukul dada kita lewat sebuah pengakuan, pertobatan dan tahu diri. Orang tahu diri itu lebih enak, orang tau diri itu akan terhindar dari bnyak hal yang sia sia.
Kebanggaan kita hanya jika kita bersyukur karena anugerahNya besar bagi kita.
Amin.
0 Comments