Seri Gambar Allah  – Part 5

by | Feb 13, 2024 | 0 comments

Hari 5

GAMBAR ALLAH MENEMPATKAN ALLAH MENJADI YANG TERUTAMA

Manusia adalah makhluk roh yang memiliki jiwa yang hidup didalam tubuhnya. Ketiga bagian yang menjadi satu sebagai makhluk hidup. Sehingga gambar Allah ada didalam roh, jiwa dan tubuh manusia dan ketiganya adalah satu kesatuan mewujudkan gambar Allah itu.

Roh adalah bagian manusia yang dapat berinteraksi dengan Allah, sedangkan jiwanya adalah sarana berinteraksi dengan sesama yang adalah kepribadian diri yang membedakan diri dengan orang lain. Sedangkan tubuh adalah sarana untuk berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca indera yang dimilikinya.
Kesempurnaan gambar Allah akan terwujud ketika anak-anak Allah (taat dan setia dalam pimpinan Roh Kudus) berjuang dimasing-masing bagian itu dan memadukannya dalam pimpinan Roh Kudus.

Kali ini kita akan mencoba melihat diri (kita) sebagai gambar Allah dengan menjaga agar tidak menjadi citra dunia. Kehidupan kita seharusnya diarahkan bukan untuk meniru orang-orang di dunia agar disebut modern dan tidak terbelakang (ingat ciri anak Allah adalah hati yang tulus, polos, lugu dan bodoh (dari pikiran dunia), karena hanya tahunya Yesus saja titik…). Rasul Paulus mengingatkan dalam Roma 12:2, “Dan janganlah kamu serupa dengan dunia ini….” Gambar Allah didalam diri kita jauh lebih baik dari pada gambar dunia. Kita adalah gambar Allah dan Rasul Yohanes berkata, ”Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya” (1Yohanes 3:10 ). Ada tanda illahi dalam diri anak (gambar) Allah. Oleh karena itu tidak tepat bagi manusia rohani untuk mencontoh orang-orang di dunia, sebaliknya menjadi contoh bagi mereka, terang dan garam bagi dunia di mana mereka melihat gambar Allah dan menyukai serta membutuhkannya …

Anak-anak Allah membandingkan dirinya dengan Gambar Ilahi (bukan pada manusia lain, lingkungan apalagi gemerlap dunia) dan terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri : Di manakah saya sekarang dan seberapa jauh saya telah mencapainya ? Karena fokusnya mewujudkan dirinya semakin serupa dengan Bapa, sehingga kelak dalam kekekalan Allah dan mereka adalah satu dalam gambar-Nya. Karena mereka yang tidak menurut gambar-Nya akan diusir ke dalam kegelapan. Nah ini harus diingat terus, kepada siapa manusia melekat maka akan jadi sepertinya (yang dilekati itu) ! Ini sebuah hukum semesta ya, diujung kehidupan kita apakah kita akan menjadi semakin serupa Kristus, atau serupa yang lain ???

Allah tidak berhenti mencipta manusia dari debu dan abu, tetapi memberi kemuliaan: “Dan namamu termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 16:14). “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:” (Mazmur 8:5-7).

Rasul Paulus menegaskan dalam Galatia 3:27 : “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” “Telah mengenakan Kristus”, apakah memiliki makna saya berdiri di depannya sebagai penjelajah, atau berdiri dengan takjub dan takjub … di hadapan gambar Allah …? Saya memahaminya seperti seorang wisudawan, ia telah mengenakan jubah kesarjanaannya dan resmi menjadi seorang sarjana, tetapi selanjutkan ia harus mewujudkan dalam karya dan kerja. Demikian juga Kristus (gambar Allah) didalam diri kita, sudah nyata tetapi akan terus digenapi melalui perjalanan kehidupan bersama Roh Kudus dalam ketaatan dan kesetiaan.

Wujud mengutamakan Allah dan pertumbuhan manusia roh adalah dasar utama dalam mewujudkan gambar Allah dalam karya dan kerja. Kita bisa melihatnya melalui :

1. Bagi Allah yang pertama.

“Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku” (Yesaya 44:6) ; “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8). Tuhan selalu yang pertama. Ia berkata tentang diri-Nya : “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22:13). Dan karena Allah adalah yang pertama, Dia memperhatikan buah pertama dari segala sesuatu dan meminta mereka dan memberi kita perintah dari buah pertama, persembahan dan berkatnya …
Dia berkata: “Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka” (Keluaran 13: 2). Juga, ”Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu “ (Imamat 23: 10-11). Tuhan Allah tidak meminta buah sulung saja, tetapi Ia juga memberkati mereka … Segalanya bagi-Nya diberkati dan dikuduskan dan karenanya Dia berkata: “Kuduskan bagi-Ku semua anak sulung”. Tuhan memberkati anak sulung: dia memiliki berkat, hak kesulungan, bagian dari dua saudara lelakinya, kepemimpinan keluarga setelah ayahnya dan imamat, sebelum imamat Harun.
Sikap hati memberikan yang pertama adalah bukti kita menyadari kepada siapa hati kita terarah, dan untuk siapa kehidupan yang kita jalani. Inilah bukti kemelakatan hati pada Allah.

2. Perintah menghormati dan mengasihi Allah adalah yang utama dan pertama.

Jadi, jika kita melihat perintah pertama dari 10 perintah Allah, kita menemukan itu milik Tuhan … Namun itu bukan hanya perintah pertama, tetapi juga empat perintah pertama, semua perintah dari loh pertama berkaitan dengan Allah. Perintah-perintah dari loh kedua berhubungan dengan hubungan manusia, karena Tuhan datang terlebih dahulu.
Demikian juga cinta diarahkan kepada Tuhan terlebih dahulu, kemudian baru ke sesama … Perintah pertama dari semua adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Markus 12: 30-31). Jadi Tuhan yang pertama … (First love is endless love kan…?). Sehingga bila cinta pertama-tama untuk Tuhan, maka Tuhan berkata: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:37).

3. Bukan tubuh dan jiwa tetapi roh yang diutamakan.

Bukan tubuh atau jiwa yang didahulukan, tetapi persekutuan dalam roh dengan Tuhan … Maka Tuhan Yesus berbicara tegas tentang syarat mengikuti Dia, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23). Dan juga mengatakan, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:39).
Manusia Roh menempatkan Allah sebagai yang utama dalam kehidupan dan perhatiannya. Tidak ada minat lain yang menghalangi cintanya kepada Tuhan, atau menerima prioritas dalam hidupnya …. Tuhan berkata kepada Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara” (Lukas 10:41). Tetapi Maria telah memilih bagian yang baik dan menjaga Dia.
Apa yang menjadi perhatian kita? Apa prioritas dalam hidup kita? Apa yang melekat dalam hati adalah prioritas kita dan kepadanya kita akan mewujud. Lihat perbedaan sikap hati Maria dan Martha, kekhawatiran Maria adalah dengan cinta-Nya, duduk di kaki-Nya dan mendengarkan-Nya …

Apakah Allah telah menjadi yang pertama dalam hidup kita ?

Teladan kita adalah Bapa Abraham. Allah memberi seorang putra di usianya yang lanjut. Dan ketika dia bersukacita atasnya, Tuhan Allah berkata kepadanya, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu” (Kejadian 22: 2).
Bagaimana Abraham bertindak? Dia tidak berpikir dua kali (karena hatinya hanya melekat pada Allah) tetapi mengutamakan Tuhan. Karena Tuhan adalah yang pertama, menjadi cinta pertama dan utama maka mencintai-Nya adalah menaati-Nya dengan setia. Kecintaan Abraham pada apapun termasuk pada Ishak yang tidak pernah mendahului Tuhan.

Juga, kisah Hannah, ibu Samuel, yang diberi anak setelah bertahun-tahun mandul, berdoa dan menangis. Tetapi dia mengutamakan Allah, dan memberi Samuel untuk melayani Tuhan di bait suci. Dan ini adalah pelajaran bagi kita agar rela memberikan putranya kepada Tuhan untuk melayani-Nya.
Letakkan Tuhan adalah yang pertama dan emosi keibuan datang kedua atau ketiga.

Bagaimanakan penerapan dalam kehidupan ? Pertama, jika kita menghidupi manusia roh maka seluruh isi jiwa dan perilaku adalah menjadikan Allah yang pertama dalam kepatuhan … (bagi anak muda yang sedang jatuh cinta mudah kok memahaminya, bukankah mau pakai baju apa, makan apa, jalan kemana selalu tertuju pada apa yang menyenangkan ‘doi’ kan ?).
Marilah menyatakan seperti para Rasul : “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kisah Para Rasul 5:29). Apa yang diperintah Tuhan terlebih dahulu, lalu permintaan orang, lalu keinginan dan permintaan pribadi kita.
Manusia rohani membuat ketaatan kepada manusia dalam batas ketaatannya kepada Allah. Tetapi, jika itu bertentangan dengan itu, Tuhan harus ditaati terlebih dahulu.

Kedua, ketika kita mengutamakan Tuhan, maka kita akan menempatkan diri kita pada urutan terakhir dan atau tidak pernah melihat diri kita sama sekali …
Pertimbangkan kisah Yohanes Pembaptis, yang ketika Kristus muncul, dia meninggalkan pelayanannya, kemuliaannya, khotbahnya dan murid-muridnya juga, dan menyerahkan pengantin wanita itu kepada mempelai laki-laki dan berdiri jauh bersukacita sebagai teman mempelai laki-laki, mengatakan : “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Sama seperti pedagang Mutiara yang menjual apapun yang dimilikinya demi sebuah mutiara besar yang paling berharga, ia duduk menimang-nimang Mutiara dengan sepenuh hatinya setiap waktu, “Kerajaan Surga adalah seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Ketika ia menemukan sebuah mutiara yang bernilai tinggi, ia pergi dan menjual semua yang dipunyainya, lalu membeli mutiara itu” (Matius 13:45-46). Dimanakah hati melekat ? Itulah yang akan mewujud !

Tuhan Yesus memberkati.

Amin

(HKW)

Artikel Terkait

Seri Gambar Allah  – Part 15

Seri Gambar Allah  – Part 15

Hari 15 MEMPERBAIKI KELEMAHAN Realita hidup dalam kelemahan kemanusiaan yang telah jatuh dalam dosa dan hidup ditengah dunia yang berdosa, membuat persoalan kelemahan menjadi semakin kompleks dan sukar. Tetapi Puji Tuhan, semua itu telah diselesaikan Kristus dengan...

Seri Gambar Allah  – Part 14

Seri Gambar Allah  – Part 14

Hari 14 KELEMAHAN MANUSIA TERMASUK MANUSIA ROH Sangat menarik adalah cara Tuhan yang tetap mengijinkan manusia melanjutkan kehidupannya menggunakan tubuh dan jiwa serta identitas dunianya setelah menjadi umat Allah. Mereka tidak dicabut dari keberadaan kemanusiaannya....

Seri Gambar Allah  – Part 13

Seri Gambar Allah  – Part 13

Hari 13 ELEMEN KEKUATAN MANUSIA ROHANI Kita akan membahas satu-persatu elemen kekuatan yang dimiliki manusia roh dalam kesehariannya. Sehingga kita akan bisa membiasakan hidup dengan penuh gairah, kuat dan produktif dalam mengiring Kristus. Elemen pertamanya adalah...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *