Hari 12
KOLABORASI KARYA ALLAH DENGAN MANUSIA
Sebuah prinsip mendasar karya Allah didalam dan melalui hidup anak-anak-Nya yang banyak dilupakan dalam pengajaran dan kehidupan umat di akhir zaman ini. Secara mendasar benar bahwa
Tuhan sendiri adalah sumber kekuatan spiritual. Karena itu Pemazmur berkata: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!” (Mazmur 18:1). Dan berkata: “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku” (Mazmur 118:14). Dan juga mengatakan: “Allah adalah perlindungan dan kekuatan kita” (Mazmur 46:1). Dan seperti yang dikatakan Rasul Petrus tentang kekuatan dalam pelayanan: “jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,” (1 Petrus 4:11). Dan Daud bersaksi tentang kekuatan Tuhan yang bekerja di dalam dirinya : “Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga” (Mazmur 18:32,34).
Oleh karena itu kekuatan apa pun yang bukan dari Tuhan adalah kekuatan yang sia-sia dan akan berakhir dengan lenyap. Seperti kekuatan Firaun, misalnya, atau kekuatan iblis.. dan kekuatan Ahab yang membunuh Nabot, orang Yizreel.. dan kekuatan nasihat Ahitofel! Dan seperti kekuatan Goliat.. dan semua orang yang kuat karena kelicikan atau kesombongan mereka. Kekuatan manusia sangat terbatas demikian juga kekuatan iblis.
Adapun manusia rohani, kekuatannya berasal dari Tuhan yang bekerja di dalam dirinya. Rasul Paulus berkata tentang hal itu: “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku” (Kolose 1:29). “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,” (Efesus 3:20). Itu adalah kekuatan Roh Kudus, tetapi perhatikan dengan sungguh2, Paulus menegaskan “yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga”, artinya kuasa Allah tidak bekerja sendiri (karena manusia bukan robot). Kuasa itu harus diusahakan dan digumulkan dengan sekuat tenaga. Disinilah pimpinan Allah ditaati dengan setia melalui kerja keras dan berhikmat.
Suatu pemahaman yang telah luntur saat ini, karena pengajaran2 theologia penekanannya selalu pada ketidakberdayaan manusia saja, dan karenanya hanya mengandalkan Roh Kudus bekerja. Satu sisi seolah-olah pemahaman yang benar, tetapi lupa bahwa Allah tidak pernah bekerja bagi manusia tanpa melibatkan manusia. Karena tujuan Allah adalah mendidik, meningkatkan kapasitas manusia serta menjadikan dewasa saat berproses dalam mewujudkan kesegambaran Allah. Saya sering menggunakan perumpamaan : Allah adalah seorang Bapa yang mengajari anaknya untuk berenang. Maka anak itulah yang harus masuk ke kolam, basah, bekerja keras mengikuti semua petunjuk bapaknya. Karena anak itulah yang harus pandai berenang, bukan bapaknya.
Selain itu, persekutuan dengan Allah juga bersifat dinamis, kedalaman dan kepercayaan Allah pada manusia juga seiring dengan ketaatan dan kesetiaan manusia. Meskipun manusia bisa taat dan setia itu juga bukan dari kehebatannya sendiri, tetapi hasil dari kemelekatannya dengan Allah. Yang akan menghasilkan aliran kuasa Allah yang memampukan untuk berjuang mewujudkan kehendak Allah terjadi di bumi seperti di sorga, melalui dirinya. Tidak pernah ada panggilan Allah yang menjadikan manusia menjadi malas, manja dan pasif. Ketika kuasa itu sudah dialirkan, maka jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) akan berkembang dan terlatih akan bisa menginterpretasikan dalam warna diri (kemanusiaan). Ini fungsi jiwa, seperti puhon yang diberikan cukup nutrisi yang akan tumbuh dan menghasilkan buah, kemudian menumbuhkan pohon2 baru seterusnya. Demikian selanjutnya melalui tubuh yang selalu dipersembahkan bagi Allah yang akan mewujudkannya dalam perbuatan nyata, sehingga apa yang besar dalam roh (oleh kehadiran Roh Allah) itu mentransformasi jiwa kemudian mewujud melalui tubuh manusia.
Saya ingin mengulang sekali lagi pengertian yang telah begitu banyak menjadi sumber yang membuat manusia Kristen modern (akhir zaman) menjadi self center, yaitu kehidupan yang berpusat pada diri sendiri. Bahkan memposisikan Allah menjadi bagian yang harus melayani segala kebutuhan dan keinginannya kalau ingin disembah. Padahal kebenarannya Allah adalah sumber dari segala yang hidup termasuk manusia, sehingga tidak ada kehidupan yang tidak mengalir dari Allah. Dan manusia telah diberikan kapasitasnya sebagai gambar Allah sejak semula (Kejadian 1:27). Namun dosa merenggut kapasitas itu, membuat manusia hidup dari kehidupan yang bersumber dari Allah tetapi tidak lagi tersambung dengan Allah. Manusia seperti batery yang pelan tapi pasti akan mati kehabisan energinya. Inilah upah dosa yaitu kematian. Karya Kristus, membuat manusia bisa memiliki kapasitasnya kembali sebagai gambar Allah itu kembali, sehingga batery yang menuju kematian itu bisa dihubungkan lagi dengan sumber kekuatannya yaitu Allah. Namun harus jelas disini, bahwa batery itu hanya bisa dialiri kuasa Allah lagi, ketika ia menempel pada Allah. Ingat anak bungsu yang berdosa itu yang harus datang pada Bapanya. Ada bagian yang harus kita lkukan yaitu berjuang datang pada Allah.
Sehingga benar bahwa seluruh kekuatan bahkan yang berada didalam manusia sebelum percaya adalah juga dari Allah, sehingga semuanya dari Allah. Benar bahwa manusia bisa hidup, bergerak, berkarya juga oleh kuasa Allah yang ada didalam dirinya, sehingga semua oleh Allah. Dan semua hasil dari yang dilakukan manusia itu juga akan berujung bagi Allah, sehingga semua dari, oleh dan bagi Allah. Tepat ! Tetapi semua itu terjadi didalam diri manusia yang memiliki jiwa dan tubuh selain juga roh. Sehingga bahkan Allah sendiri harus menunggu dan mengetok pintu hati manusia : “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20).
Hanya mereka yang membukakan pintu hatinya, maka karya Allah itu bisa masuk kedalam dirinya. Ia akan memulai sebuah perjalanan baru yaitu dengan hadirnya Roh Kudus didalam roh (hati)nya. Namun karya Roh Kudus selanjutnya juga membutuhkan respon yang benar dari manusia yang telah percaya ini. Tuhan Yesus menegaskan : “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21). Dan, “Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (Matius 12:50). Dan juga : “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yohanes 8:31). Dan Yesus meneladankan kehidupan yang taat, “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 6:38). Manusia harus mewujudkan melalui hidupnya, kehendak (Firman) Allah.
Karena semua kekuatan itu dari Tuhan, maka kita memintanya melalui doa, dan kita akan menerimanya melalui iman dan kasih karunia Tuhan. Manusia rohani berdiri lemah di hadapan Tuhan, meminta kekuatan dari-Nya dan berdoa sambil berkata: ‘Tuhan, beri aku kekuatan-Mu’, “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5). Dan melalui doa2, Tuhan memberinya kekuatan, seperti doa terakhir Simson dan bagaimana Tuhan menanggapinya, “Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin….Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya…” (Hakim-hakim 16:28,30).
Kemudian iman akan memberi kekuatan kepada manusia karena segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya, (Markus 9:23). Bahkan jika ia menjadi lemah pada suatu waktu, iman akan membuat kekuatannya kembali. Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20). Dan jika manusia rohani merasa bahwa imannya semakin lemah, dia bisa berseru kepada Tuhan: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Markus 9:24). Jadi iman dan doa bekerja sama, untuk membawa kekuatan bagi manusia. Dan dengan doa, Tuhan berkenan bergumul dengan manusia dan kita harus terus memegang tangan-Nya, tidak pernah menyerah dan meninggalkan-Nya sampai kita menerima kekuatan dari-Nya. Inilah cara berdoa dengan iman yang membawa kekuatan akan datang kepadanya …
Dan manusia rohani menerima kekuatan melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam dirinya. Jadi orang yang bekerja dengan Roh Kudus harus kuat. Karena itu, jika kita menemukan diri kita lemah, periksalah persekutuan kita dengan Roh Kudus. Alasan hilangnya kekuatan Simson adalah karena Roh Allah pergi darinya (Hakim-hakim 16:20). Berpeganglah teguh pada kemampuan terbaik kita, yaitu pekerjaan Roh di dalam kita. Persiapkan diri kita melalui kemurnian (hati) dan kekudusan (nurani), sampai bait suci kita menjadi layak bagi Roh Tuhan untuk berkarya penuh di dalam kita, sehingga kita terus menjadi kuat. Jangan kotori tubuh dengan dosa, jangan halangi langkah2 iman dengan beban2 yang merintangi. Bukankah hidup kita hanya sebentar saja ? Tuhan sudah menuntaskan bagian-Nya, maka sambutlah dengan melakukan bagian kita dengan ‘sempurna’ pula.
Manusia seharusnya memelihara kekuatan rohaninya dengan memelihara Firman Tuhan di dalam dirinya. Sejauh perintah Tuhan ditempatkan di hadapan kita dan kita mencintai Firman Tuhan dan menyimpannya di dalam hati kita dan memperkatakan dengan mulut kita dan melakukan melakui tubuh kita, maka Firman Tuhan akan memberi kekuatan dan membuat kita malu karena dosa (hasil dari nurani yang murni), karena: “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun;” (Ibrani 4:12).
Manusia juga menerima kekuatan dari Tuhan melalui kerendahan hati. Karena: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati“ (Yakobus 4:6). Orang sombong berpikir bahwa dia akan menang dengan kekuatan manusianya, jadi dia bergantung pada kekuatannya sendiri dan gagal. Adapun orang yang rendah hati, karena merasa lemah, ia bergantung pada kekuatan Tuhan dan Tuhan memberinya kekuatan ini: “supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Korintus 4:7).
Mengapa kerendahan hati adalah kunci yang terpenting dalam kehidupan orang percaya ? Karena dengan kerendahan hati, mereka bisa melawan bujukan iblis yang sombong dan bahkan ingin menyamai Allah ! Orang-orang yang rendah hati akan berdiri di hadapan Allah sebagai orang yang lemah, sesuai dengan firman : “apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,” (1 Korintus 1:27). “Supaya tidak ada daging yang bermegah di hadapan-Nya”…
Orang yang rendah hati tidak takut, karena Tuhan besertanya. Tapi kapan manusia benar-benar harus takut? Yaitu saat hatinya menjadi angkuh dan berpikir bahwa dia kuat dan bahwa dia seolah2 telah diangkat ke surga dan telah duduk di atas takhta Tuhan dan iblis berada di bawah kakinya!! Berhak menentukan memuaskan semua keinginannya sendiri (sebuah pengajaran yang sangat sering kita dengar saat ini). Padahal yang benar, lihatlah perkataan Rasul Paulus yang agung: “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Korintus 12:10). Kita masih hidup dalam kelemahan, dan hanya kebergantungan pada kasih karunia Allah saja yang membuat kita kuat meraih yang terbaik yang Tuhan telah rancangkan.
Manusia rohani menjadi kuat dengan kemurnian hati. Hati yang keras adalah sumber segala masalah. Karena ia memasukkan hal yang jahat kedalam dirinya dan mengeluarkan panas hatinya melalui perbuatannya. Ingat Amsal 4:23, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” Dan hati (Nurani) yang murni akan mampu mengatasi hawa nafsu dunia. Hanya hati yang hanya memiliki Kristus adalah hati yang kuat, tidak ada keinginan yang mengalahkannya dan tidak ada yang membuatnya takut.
Sehingga pertama : manusia harus dengan kekuatannya (yang juga yang berasal dari Allah) merespon dengan membuka hati menerima karya Allah. Kedua : manusia harus terus dengan kekuatannya berjuang menjaga pintu (hati) nya untuk terus terbuka agar mendengar dan menerima aliran kehendak dan kuasa Allah. Ketiga : manusia menikmati, mencerna dan mengimplementasikan sesuai dengan kemanusiaanya (pendidikan, pengalaman, perasaan, kemampuan, kuasa) yang dimilikinya untuk mewujudkan kehendak Allah itu didalam perkataan dan perbuatan. Keempat : manusia dalam melakukan karya Allah melalui dirinya itu terus menjaga kelemelekatan dengan Allah melalui menyatu dengan tubuh Kristus.
Amin
(HKW)
0 Comments