Hari 7
Menjadi sempurna seperti Bapa kita di sorga.
Matius 5:46-48 (TB) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Saya teringat sewaktu berdoa untuk orang2 yang begitu menyebalkan perilakunya, Tuhan memerintahkan untuk mengasihi mereka. Dan saat saya kembali untuk berdoa mereka yang begitu nyata berbuat jahat, Tuhanpun meminta tetap mengasihi mereka. Pada suatu titik saya berdoa, Tuhan untuk orang sejahat ini saya tidak sanggup lagi mengasihi. Dan apa yang Tuhan katakan ? Benar kamu tidak sanggup bila sumber kasih itu dari dirimu, pikiranmu, logikamu apalagi perasaanmu, tetapi itu bisa bila kasih itu mengalir dari Bapamu yang di sorga.
Karenanya kita mengasihi bukan dari diri kita, tetapi dari aliran kasih Bapa yang sempurna sebagaimana kasih Kristus yang rela memberikan seluruh hak-Nya sebagai Allah untuk menjadi hamba bahkan mati bagi manusia yang tidak berguna ini. Reaksi marah dan kecewa pada suatu keadaan adalah bukti bahwa kita masih memiliki hati yang angkuh, merasa tidak pantas diperlukan seperti itu. Kehidupan diukur dari apakah itu sesuai dengan keinginan dan kepentingan kita, bila tidak maka kita berhak untuk marah, kecewa dengan keadaan bahkan Tuhan. Padahal tidak ada kebenaran yang dihasilkan oleh kemarahan manusia, Yak 1:20. Ingat standar kita adalah Bapa yang sempurna, termasuk apapun yang terjadi dalam hidup kita, haruslah kita kembalikan pada ukuran Allah, dan memohon pimpinan Firman dan Roh Kudus agar kita meresponnya dengan benar, hingga akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Dan respon itu pasti bukan melalui amarah.
Cerita pendek berikut kiranya menolong kita memahaminya.
Pernah ada seorang anak lelaki yang memiliki temperamen yang sangat buruk. Ayahnya memutuskan untuk menyerahkan sebungkus paku dan mengatakan bahwa setiap kali bocah itu marah, ia harus memukulkan paku ke pagar.
Pada hari pertama, bocah itu memukulkan 37 paku ke pagar itu.
Bocah itu secara bertahap mulai mengendalikan emosinya selama beberapa minggu ke depan, dan jumlah paku yang dipaluinya perlahan-lahan berkurang.
Dia mendapati bahwa lebih mudah mengendalikan emosinya daripada memukulkan paku-paku itu ke pagar.
Akhirnya, hari itu tiba ketika bocah itu tidak marah sama sekali. Dia memberi tahu ayahnya berita itu dan ayahnya menyarankan agar bocah itu sekarang mencabut paku setiap hari agar emosinya tetap terkendali.
Hari-hari berlalu dan bocah itu akhirnya bisa memberi tahu ayahnya bahwa semua paku sudah hilang. Sang ayah memegang tangan putranya dan membawanya ke pagar.
“Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang di pagar. Pagar tidak akan pernah sama. Ketika engkau mengatakan hal-hal dalam kemarahan, mereka meninggalkan bekas luka seperti ini. Engkau bisa meletakkan pisau pada seorang pria dan menariknya keluar. Tidak peduli berapa kali kamu mengatakan saya minta maaf, luka itu masih ada. “
Saya selalu membayangkan bahwa karena waktu yang tersedia bagi Allah untuk mendidik dan mendewasakan kita saat hidup di bumi itu sangat pendek dibandingkan dengan waktu kita bersama Allah di sorga. Maka tidak ada sedetikpun yang tidak dalam rancangan Allah segala hal yang terjadi pada anak2-Nya. Saya begitu yakin dan terus berjuang merespon kejadian2 apapun dalam hidup ini TEPAT sesuai yang Allah inginkan. Karena hanya dengan cara itu kita akan mengumpulkan permata2 yang amat mulia dan berharga sebagai perhiasan kita di sorga kelak, yaitu karakter2 Kristus. Hingga di sorga kelak kita bisa sangat dekat dengan Bapa..
Jangan hilangkan kesempatan memetik permata digantikan oleh kemarahan yang hanya menghasilkan luka2 dan penghalang karya Allah bagi kita dan orang2 di sekitar kita.
Ampunilah ya Bapa, dan pimpinlah melalui Firman dan Roh Kudus agar saya bisa merespon setiap hal apapun itu, baik ataupun buruk menurut pengertian ku. Karena apapun itu, bila aku respon sesuai dengan bimbingan-Mu akan mendatangkan kebaikan dalam hidupku.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments