Hari 67
Hidup dengan karakter ramah.
Lukas 14:12-14 (TB)
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Tuhan sering menyamakan diri-Nya dengan orang miskin, tersingkir, terbuang dan di penjara. Yang dari Firman hari ini perintah untuk mengundang mereka kedalam sebuah pesta besar pada mereka mengajarkan bahwa kita harus meniliki sikap memberikan posisi penting dan terhormat kepada mereka yang kita undang dengan ketulusan bukan karena harapan duniawi tetapi penghargaan terhadap kemanusiaannya. Inilah inti karakter keramahan yang Kristus kehendaki, dimana kita bisa melihat dan melakukan dengan penuh gairah serta fokus pada hal2 yang melampaui diri sendiri, sehingga dapat melihat dan menyediakan dengan sukacita kebutuhan orang di sekitar kita dengan jelas.
Keramahan adalah adalah suatu sikap ramah dalam menerima dan memperlakukan tamu dengan murah hati, terbuka pada sesama. Keramahan yang adalah bagian dari tata krama yang berintikan menjadikan tamu merasa terhormat. Sehingga kita menempatkan diri dengan rendah hati menjadi bagian dari tamu kita. Sehingga apapun secara pribadi yang kita harapkan akan kita sediakan bagi tamu kita. Meski kitapun harus berhati2 terhadap tamu yang akan memberikan dampak buruk, tetapi ketika tamu itu datang dengan undangan ataupun tidak, maka kewajiban kita adalah membuat tamu itu merasakan terhormat. Ini pasti akan membawa konsekuensi biaya dan waktu, karenanya keseimbangan dibutuhkan antara biaya dan komitmen keramahan ini.
Mengapa keramahan menjadi hal yang makin sulit dilakukan di kota2 besar? Karena masyarakat kota yang individual membangun jarak dan tembok dengan orang2 sekitar mereka. Kehidupan mereka hanyalah hal2 yang didalamnya kepentingan pribadinya dipenuhi. Inilah yang menjadi penyebab mengapa di kota banyak kasus orang yang merasa kesepian hidupnya dibandingkan orang desa. Karena hidup perkotaan memisahkan diri dari kehidupan sesamanya. Hubungan hanya didasarkan pada kepentingan diri saja. Karena itu lawan dari keramahan adalah kesepian. Karenanya orang yang tidak mau perduli, enggan berbagi atau berinvestasi dalam hidup orang lain akan merasa kesepian dan tertolak. Sebaliknya bila orang mau menjangkau dan penuh pengorbanan memenuhi kebutuhan orang lain maka mereka akan memiliki persahabatan2 yang tulus dan membesarkan hatinya.
Karena itu kalau kita perhatikan orang yang kesepian dan tidak ramah adalah orang yang tidak bisa melihat kebutuhan orang lain, kikir, hanya melihat kepentingan diri. Ini karakter yang sama sekali bertentangan dengan Kristus. Yesus yang bahkan tidak pernah berhenti berjalan dari desa ke desa untuk menolong orang2 yang membutuhkan pertolongan. Ingat betapa ramah dan bertanggungjawabnya Yesus pada 5.000 orang laki2 yang mengikuti Dia dan membuat mereka tercukupi makanan setelah hari mulai gelap. Yesus tidak mengusirnya pulang dengan kelaparan. Saat memberikan perumpamaan pada sikap doa yang benar, Tuhan Yesus menggambarkan seperti seorang saudara yang sahabatnya datang dari jauh yang membuatnya terdesak untuk meminta roti yang tidak dimilikinya sebagai sebuah sikap keramahan Lukas 11.
Sikap ramah adalah bukti adanya kasih, kerendahan hati dan hidup melebihi kepentingan diri saja. Ia bisa dan senang berbagi, dan penghargaan pada sesamanya menempatkan dirinya tidak congkak dan sombong. Ia melihat orang sebagai pribadi yang penting dan perlu dihormati bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Keramaham membuat orang lain merasakan bahwa dirinya penting. Ia senang dengan sukarela berbagi dengan tulus dan tidak mengharapkan kembali pada orang lain pertolongan yang sama. Ia menempatkan dirinya pada posisi sebagai hamba Allah, yang hanya melakukan semua itu sebagai kewajiban dan tugasnya. Tidak untuk mengambil keuntungan apapun.
Berikut 5 langkah sederhana untuk mengembangkan karakter ramah.
1. Saya akan menyambut setiap tamu.
Ingat kesan pertama akan menentukan suasana waktu2 selanjutnya. Karena itu selalu menyambut dengan tersenyum, penuh perhatian dan hormat yang membuat tamu menjadi nyaman dan santai. Fokuslah pada tamu jangan pada hal lain, HP, melakukan hal2 yang tidak terkait kedatangan tamu kita. Temui dengan menatap mata atau wajahnya, berbicara dengan suara yang jelas, menawarkan minum, dan menyebut nama dan gelar dengan tepat.
2. Saya akan membuat orang lain merasa dirinya penting.
Kuncinya adalah dengan mengutamakan orang itu dari pada diri kita sendiri. Termasuk meluangkan waktu, mengalah bila menyangkut selera pribadi, dan berkorban bila untuk memenuhi kebutuhan khusus. Melayani orang itu juga termasuk menyiapkan dan menyediakan yang terbaik.
3. Saya akan mempersiapkan diri setiap saat.
Kalau kita tidak tahu pasti kapan tamu akan datang, maka cara terbaik adalah senantiasa siap. Selalu rapikan dan bersihkan rumah, menyedot debu secara rutin dll. Karena bila kita ingin dihargai maka kita harus tetlebih dahulu menghargai orang lain.
4. Saya akan dengan senang hati berbagi milik saya.
Kesadaran bahwa kita sesungguhnya hanya dititipi Allah atas apapun yang kita miliki bahkan nyawa kita sekalipun, seharusnya mendorong kita memiliki sikap mudah berbagi. Kerelaan memberi dengan sukacita adalah ciri orang yang memiliki karakter ramah.
5. Saya tidak akan mengharapkan balasan.
Ketika kita mengingat bahwa hidup ini anugerah bahkan kematian Kristus telah diberikan untuk menebus dosa, maka kita akan selalu merasakan memiliki hutang pada Allah. Ketika kita memberi pada orang2 lemah dan tidak berdaya, seolah kita sedang menunjukkan rasa terimakasih kita pada Allah. Ketika mereka tulus kita bantu dan hormati maka Tuhan yang akan membalasnya.
Saudaraku terkasih, kita bisa mewujudkan sikap ramah ini dimanapun juga, karena saat ini dunia telah kekeringan kasih. Orang makin mementingkan diri dan tidak peduli kebutuhan orang lain. Hitungan untung rugi selalu menjadi pertimbangannya. Ingatlah selalu, bagaimana Kristus menyambut kita dalam kasih-Nya yang tiada tara. Kita orang2 berdosa yang tidak layak ini telah dijadikan layak dan diperlakukan sangat istimewa. Sehingga saat inilah kita mesti memperhatikan orang2 lain di sekitar kita, sebagai bentuk syukur kita.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments