Hari 59
Hidup dengan karakter pengendalian diri.
Matius 5:28-30 (TB) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Pengendalian diri bertolak belakang dengan pemuasan nafsu, karena ia menolak keinginan yang sesuka hati dan hanya melakukan apa yang benar. Ketika orang tahu yang benar tetapi pikirannya berpikir sebaliknya dan emosinya menginginkan hal yang lain lagi, maka akan timbul ketegangan di jiwa yang memicu krisis dan stres. Sebaliknya penguasaan diri adalah saat otoritas kehendak diikuti pikiran dan emosi, menimbulkan keselarasan jiwa.
Pikiran kita paling cepat bergerak kemana-mana, dan emosi cepat sekali berubah membuat sulit dikendalikan. Ini membutuhkan latihan dan ketekunan, karena bersifat internal. Sewaktu dalam keadaan sulit, apakah kita menolak frustasi? Atau saat reputasi direndahkan apakah kita menolak untuk marah dan kepahitan? Karakter pengendalian diri tidak reaktif pada keadaan menekan tapi memilih bertindak positif.
Salah satu cara menumbuhkan pengendalian diri adalah kesadaran bahwa akan ada pertanggungjawaban atas segala yang telah kita lakukan. Ini akan mengerem tindakan sesuka hati, perlunya seorang yang kuat dalam aspek kita yang lemah akan menolong kita.
Kendali hidup kita adalah lidah kita. Sehingga dengan mengendalikan setiap ucapan kita, maka kita akan bisa mengarahkan kehidupan. Lidah bisa mencegah musibah tetapi bisa membakar seperti api yang memusnahkan hutan. Kita harus sadar setiap perkataan kita hanya mengatakan kebenaran bukan sekedar apa yang terlintas sesaat di pikiran.
Pengendalian diri adalah sebuah perjuangan yang dimulai dari hal2 sepele dalam jangka panjang. Seperti tidak berbohong, tidak menggosip, tidak mencontek, tidak mengucapkan kata2 kotor dalam jangka waktu yang panjang. Kemudian kita akan memetik hal2 yang lebih besar dan mulia.
Saudaraku terkasih, di Roma pasal 7, Firman Tuhan menjelaskan bagaimana ketegangan didalam jiwa dan tubuh manusia yang berdosa. Yang tidak bisa diselaraskan oleh kekuatan pikiran maupun kehendaknya. Beruntunglah kita di Roma 8 semua itu bisa ditata sedemikian rupa oleh kehadiran Roh Allah didalam hidup kita. Kita tidak mampu tetapi Roh Allah yang mampu mengubah dari hati nurani kita yang kemudian mentransformasi jiwa. Kemudian saat kita melakukan Firman maka kesukacitaan Illahi itu akan tersimpan didalam roh kita yang seterusnya akan bergerak mengendalikan pikiran, perasaan dan kehendak bahkan tubuh kita untuk melakukan kebenaran.
Ini adalah rahasia anak2 Allah yang hidupnya tidak bergantung pada kekuatannya sendiri tetapi pada Roh Allah. Ini pula yang membuat mereka mampu membawa seluruh peristiwa2 kehidupan mendatangkan kebaikan dan kemuliaan, saat dijalaninya bersama Allah. Pengendalian diri bagi kita tidak berpusat pada kemampuan kita, tetapi pada kemelekatan kita pada Allah. Itu yang akan mengubah segalanya menjadi selaras dengan kebenaran, bila kita terus menjaga ketaatan dan kesetiaan. Seperti ranting yang tidak pernah mau bergeser sedikitpun menjauh dari Pokoknya.
Berikut 5 langkah sederhana untuk membangun karakter pengendalian diri.
1. Saya tidak akan bertindak sesuka hati.
Kesadaran bahwa manusia tidak memiliki lagi sumber2 yang baik dari dirinya, seharusnya membuat kita tertunduk dan tersungkur dihadapan Allah, memohon anugerah-Nya terus meliputi dan menguasai kita. Sehingga bukan lagi aku tetapi Kristus yang hidup didalam aku. Kita tidak hidup apa yang kita suka tapi apa yang sama dengan Kristus saja.
2. Saya tidak akan menyamakan keinginan dengan hak.
Keinginan manusia tidak terbatas, tetapi dbatasi oleh hak orang lain yang juga harus dihormati. Peraturan dan hukum mengaturnya, dan akan ada pertanggungjawaban setiap pelanggaran yang dilakukan.
3. Saya akan menetapkan batasan bagi diri saya sendiri.
Meski kita dimerdekakan oleh Kristus tetapi kemerdekaan kita adalah kesempatan untuk menjalani kehidupan yang mulia. Kalau kita menyadari itu maka berada didalam batas2 anugerah adalah tempat yang paling nyaman dan aman serta berhasilguna. Perintah2 Kristus bukan bertujuan membatasi tetapi mengarahkan untuk meraih yang terbaik dan termulia. Jadikan itu batasan, yaitu apapun kita arahkan untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas karakter2 Kristus.
4. Saya akan melihat kemarahan sebagai tanda adanya sesuatu yang tidak beres.
Cucu saya di usia 2 tahun mulai belajar mengenali emosinya termasuk diungkapkan melalui tantrum. Tentu kami yang lebih tua, ketika ia tantrum, kami akan dengan tenang menolongnya, mengajak berbicara, dan menata langkah2 yang harus dilaluinya sampai ia mendapat yang diinginkan. Marah yang tidak terkendali itu seperti tantrum, yang menunjukkan ada masalah dengan pengendalian emosi dan tanda bahwa kita tidak cukup dewasa meletakkan hak dan kewajiban kita. Yang harus dilakukan saat kemarahan yang begitu besar akan keluar, kendalikan itu agar tidak menyesali perbuatan2 terburu2 yang dilakukan.
5. Saya akan menjauhi hal2 yang tidak benar.
Kehidupan ini begitu sederhana bila dilihat pilihannya hanyalah : melekat pada Allah atau melawan, menjauhi Allah yang berarti bersekutu dengan iblis. Dan tidak pernah ada pilihan ketiga. Di luar terang yang ada hanyalah kegelapan. Dan terang tidak pernah bisa berada di satu tempat dengan kegelapan. Seketika kita menyadari kita bergerak menjauhi Allah, segeralah berlari kembali pada Firman dan tuntunan Roh Kudus. Jangan berlama2 didalam situasi yang tidak beres itu, karena sangat membahayakan.
Saudaraku, pengendalian diri adalah pilhan apakah kita akan maju atau berhenti seperti saat di perempat jalan. Kompasnya adalah Firman dan tuntunan Roh Kudus, yang tidak akan pernah salah. Yusuf ketika digoda istri majikannya, ia lari sekencang2nya meninggalkan godaan itu. Ini ciri kewaspadaan atau alarm bahaya yang peka. Dan tentunya kita jangan meledakkan amarah tanpa kendali, karena kemarahan manusia tidak menghasilkan kebenaran. Hanya akan meninggalkan luka dan konsekuensi2 penyesalan lainnya.
Kita menyadari tidak mudah menjalani hidup yang lurus. Tetapi itulah panggilan kita sebagai anak2 Terang. Namun syukur kepada Allah karena Ia mengeri benar siapa kita dan keadaan kita. Hingga kita dibebaskan dahulu dari ikatan dosa dan diberikan Roh Kudus sebagai Penolong yang tinggal didalam diri kita. Dan itulah yang akan bekerja memampukan kita berjalan lurus.
Kita hanya terus perlu belajar mendengarkan suara-Nya, petunjuk-Nya, serta menggunakan kuasa-Nya dan otoritas-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments