Hari 51
Dharmawan dan murah hati.
Matius 5:16 (TB) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Saya mengamati bahwa kemurahan hati itu dibentuk oleh keteladanan dan didikan, bisa ditularkan generasi ke generasi. Saya punya sahabat yang bernama Dharmawan, dari ibunya saya tahu hidupnya yang murah hati itu diturunkan dari ibunya. Orang yang murah hati adalah orang yang sadar bahwa apa yang dimilikinya adalah kepercayaan dari Tuhan, yang didalamnya ada hak orang lain, sehingga ia akan menggunakannya untuk hal2 yang terbaik. Sifat orang Dharmawan adalah rela dan bersedia memberi dan tidak mementingkan diri. Dia tidak picik dan berpikir jangka pendek dan tercela tetapi pikiran yang mulia, kelimpahan meski kadang iapun sedang dalam kesulitan.
Yang menarik motivasi orang murah hati adalah kesadaran bahwa mereka bisa memiliki harta adalah anugerah Tuhan yang secara langsung ataupun tidak merupakan hasil kerja orang2 lain. Sehingga ia tidak merasa harta dan miliknya itu untuk dinikmati sendiri. Ia ingin meneruskan siklus kemurahan hati yang telah dialaminya itu bergulir pada orang lain dan yang akan meneruskan pada orang2 yang lebih banyak lagi.
Konsep dasar kemurahan hati adalah investasi pada orang lain tanpa pamrih atau agenda tersembunyi sebagai imbalannya. Sikap sukarela ini membutuhkan sikap hati yang telah berubah dari berpusat pada diri berpindah pada Tuhan dan sesama. Bukan lagi ‘saya yang didahulukan’ tetapi kebutuhan orang lain termasuk jika harus mengesampingkan kebutuhan dirinya.
Beberapa hal mendasar dari sikap dharmawan adalah :
Memberi kepada orang lain.
Karena dimanapun kita berada, pastilah kita bisa menemukan orang2 yang kurang beruntung, bahkan kekurangan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidupnya. Orang murah hati bersedia membagikan miliknya, karena baginya tidak penting untuk menumpuk harta dan kekayaan. Ia ingin menggunakan untuk hal2 yang terbaik. Kedharmawanan tentu tidak hanya pada masalah uang, tetapi juga tenaga, pikiran, bahkan waktu yang diinvestasikan dengan sukacita bagi sesama.
Bermurah hati secara hati-hati.
Saya teringat nasehat seorang kawan, bila ingin menolong anjing yang masuk lobang, jangan pernah lakukan kalau takut terkena gigitannya. Banyak sekali realita orang-orang mendirikan yayasan sosial yang hanya untuk kepentingan pribadi. Bahkan sudah bukan rahasia umum, mendirikan gerejapun bermotif keuangan. Seorang murah hatipun harus dengan cermat meneliti kelayakan investasi dalam hidup pada orang lain atau organisasi yang akan ia bantu. Karena meski hatinya rela, iapun menyadari bahwa waktu, uang, tenaga merupakan hal2 yang berharga yang harus diberikan untuk hal2 yang bijaksana, bukan gegabah. Meski orang murah hati akan memberi dengan berlimpah2 tetapi dengan berhati2.
Ujian terbesar kemurahan hati.
Kita akan mudah memberi pada orang yang baik kepada kita. Karenanya ujian terbesar karakter murah hati adalah melakukan kebaikan sebagai balasan atas tindakan jahat orang lain. Dalam keadaan yang paling kritis saat melakukan yang baik pada orang jahat, pandanglah Tuhan Yesus diatas Bukit Golgota. Dialah teladan kemurahan hati terbaik buat kita.
Saudaraku terkasih ada 5 tindakan praktis untuk membangun kemurahan hati :
1. Saya mau membagikan apa yang saya miliki kepada orang lain.
Sering yang menjadi masalah adalah kita merasa miskin dan kurang, dan melihat diri kitalah yang seharusnya diperhatikan. Inilah masalah utamanya, karena kemurahan hati dimulai dari kerelaan ‘berbagi’ dan itu dimulai dari hati yang cukup bahkan lebih, hingga ada yang bisa kita bagikan. Beberapa kali saya menghadiri penguburan orang2 yang sangat kaya, meski terkejut dengan hidangan2 yang melimpah, tetapi tidak ada satu sen pun kekayaannya yang menyertai mereka. Mereka akan bertemu Tuhan tanpa kekayaan itu sedikitpun. Jadi kita harus sadar bahwa tidak ada yang benar2 menjadi milik kita, karena itu semua hanyalah titipan dan kepercayaan serta kesempatan bagi kita untuk berbagi. Palingkan pandangan dan hati kita pada begitu banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Karena kesempatan untuk berbagi sangatlah terbatas, ketika kita mati semua milik kita akan tertinggal di bumi, dan kita tidak pernah tahu bagaimana itu akan dipergunakan begitu kita dikubur.
2. Saya mau mendaur ulang.
Kita harus sadar bahwa bumi dimana kita tinggal ini nanti akan dipergunakan oleh anak, cucu kita. Bumi seisinya bukan milik kita tetapi warisan anak keturunan kita. Maka kita harus menjaga kelestariannya dan hidup berhemat dan mendaur ulang, menghemat energi, air, membuang sampah pada tempatnya. Ini adalah sikap murah hati pada alam dan keturunan kita.
3. Saya tidak mau mengharapkan imbalan atas kemurahan hati saya.
Kemurahan hati muncul dari kesadaran bahwa mereka telah menikmati kemurahan Tuhan dan sesamanya, hingga saat memberi tidak ada pamrih. Memanipulasi atau mencari keuntungan diri sendiri adalah lawan dari sikap dharmawan, salah dan tidak jujur. Pemberian bukanlah suap atau pinjaman tetapi sebagai pertolongan bagi yang membutuhkan. Motivasi yang salah pasti berujung pada pertengkaran. Kedharmawanan tidak bisa berjalan seiring dengan kelicikan dan kepentingan diri.
4. Saya mau memberikan waktu dan talenta saya.
Saya mengamati orang yang ‘kikir’ biasanya akan datang paling akhir dalam pertemuan. Karena jangankan harta, bahkan waktu bagi orang lain baginya harus ‘pelit’. Ia hanya akan bermurah hati bagi kepentingan dirinya saja, dan ini bukan murah hati. Saya sering bersama dengan orang2 yang baik dan murah hati, tetapi tidak bijaksana. Hingga mudah untuk dimanfaatkan tenaga, waktu bahkan uang mereka bagi kepentingan2 pribadi orang lain. Mengerahkan tenaga untuk melayani itu jelas baik, tetapi melakukannya harus dengan bijaksana agar benar2 membawa kemuliaan Allah bukan manusia.
5. Saya mau memuji kebaikan orang lain.
Dengan memuji secara terbuka kebaikan orang, maka kita sedang mendidik diri kita untuk sedapat mungkin juga melakukan kemurahan hati. Saat memuji, kita sedang mengalihkan pemuliaan diri pada menghargai orang lain. Ini pintu masuk hati kita agar lebih siap untuk bermurah hati. Karena itu ingatlah bahwa ‘pujian’ yang tulus adalah cara kita belajar menjadi dharmawan.
Saudaraku terkasih, bukalah mata, hati dan kasih kita pada sesama yang memerlukan bantuan. Mereka selalu ada disekitar kita. Kasih Allah yang sudah kita terima memiliki ciri tidak bisa bermuara dan diam disatu tempat. Kasih akan selalu mencari obyek2 yang dapat dialirinya. Karena itu mulailah dengan memuji orang lain, peka kebutuhan sejati sesama, hingga hati kita tergerak oleh belas kasihan Allah untuk mengulurkan bantuan bagi sesama yang membutuhkan.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments