Hari 32
Mendengar suara Allah melalui segala peristiwa dalam kehidupan.
Matius 11:15 (TB)
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Allah adalah Roh sehingga saat berkomunikasi maka roh manusia kitalah yang bisa menangkapnya. Saya teringat pesan seoran Hamba Tuhan, sedekat apapun kita dengan Allah tetapi bila kita tidak pernah bisa mendengar Firman-Nya maka kita tidak akan pernah bisa melakukan kehendak-Nya. Hati2 bila hidup kita dikuasai penuh otak intelek kita (head-brain), maka kita tidak bisa mendengar suara Allah. Karena komunikasi di alam Roh diterima dahulu baru di logika, tidak pernah bisa discreening harus melewati logika dahulu.
Zaman modern menggiring manusia bahkan umat Allah untuk keinginan mengerti dan memahami logikanya dahulu sebelum mentaati perintah Allah. Hasilnya adalah ketakutan, kekhawatiran dan keraguan tentang Allah dan Firman-Nya. Otak kepala kita akan terus mencari informasi dan menganalisa, tetapi usaha itu akan selalu berujung pada kekecewaan. Karena keterbatasan informasi yang bisa kita dapatkan serta terbatasnya kemampuan kita untuk menganalisa.
Sehinga satu2nya jalan keluar adalah melawan intelektual kita dengan berdoa memperkatakan Firman dengan suara lantang yang terdengar di telinga kita. Deklarasikan secara verbal keluar dari hati melalui lidah kita melengserkan intelek kita dari tahtanya dan meletakkannya di bawah otoritas Firman dan kendali Roh Kudus.
Apalagi ditengah himpitan persoalan dan kesukaran hidup, kita akan semakin mudah terhalangi untuk mendengar suara Allah. Kita juga akan salah menginterpretasikan apa yang ingin Allah katakan melalui berbagai persoalan itu. Kekhawatiran duniawi akan mencekik Firman hingga menyulitkan kita untuk mendapatkan pesan Allah dan menghasilkan buah2 pertobatan.
Kisah berikut kiranya menolong kita untuk memahaminya.
“Suatu ketika seorang anak mengeluh pada ayahnya bahwa hidupnya menyedihkan. Dia bosan berjuang sepanjang waktu. Tampaknya ketika satu masalah diselesaikan, yang lain segera menyusul.
Ayahnya membawanya ke dapur. Dia mengisi tiga panci dengan air dan menempatkan masing-masing di atas api besar. Setelah tiga panci mulai mendidih, ia menempatkan kentang di satu panci, telur di panci kedua, dan biji kopi bubuk di panci ketiga.
Dia membiarkan mereka mendidih, tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada putrinya. Anak perempuan itu, tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang dia lakukan.
Setelah dua puluh menit dia mematikan kompor. Dia mengambil kentang dari panci dan menaruhnya di mangkuk. Dia mengeluarkan telur rebus dan menempatkannya dalam mangkuk.
Dia kemudian menyendok kopi dan menaruhnya di cangkir. Kemudian ia bertanya. “Anakku, apa yang kamu lihat?”
‘Kentang, telur, dan kopi,’ dia buru-buru menjawab.
“Lihat lebih dekat,” katanya, “dan sentuh kentang.” Dia tahu dan mencatat bahwa kentang menjadi lunak. Dia kemudian memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah melepaskan cangkangnya, ia mengamati telur rebus. Akhirnya, dia memintanya untuk meminum kopi. Aromanya yang kaya membawa senyum di wajahnya.
“Ayah, apa artinya ini?” Tanyanya. Kemudian ayahnya menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing menghadapi kesulitan yang sama – air mendidih.
Namun, masing-masing bereaksi berbeda.
Kentang yang pada awalnya kuat, keras, tetapi dalam air mendidih, ia menjadi lunak dan lemah.
Telur itu rapuh, dengan cangkang luar tipis melindungi bagian dalamnya yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Kemudian bagian dalam telur menjadi keras.
Namun, biji kopi bubuk itu unik. Setelah mereka terkena air mendidih, mereka mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.
“Kamu yang mana,” dia bertanya pada putrinya. ‘Ketika kesulitan mengetuk pintumu, bagaimana kamu merespons? Apakah kamu kentang, telur, atau biji kopi? “ Apakah kamu menjadi lunak, lemah? Ataukah kamu akan mengeraskan hatimu. Apakah kamu justru menebarkan aroma harum yang mendatangkan kebahagiaan bagi orang2 di sekitarmu, ditengah2 kesukaran itu?
Saudara terkasih, tidak ada seorangpun hidup di dunia tanpa permasalahan, termasuk kita anak2 Allah. Kita harus memiliki keyakinan bahwa segala hal yang diijinkan Allah terjadi pada anak2-Nya bertujuan mendatangkan kebaikan, Rm 8:28. Tetapi sadarkah, bahwi kitalah yang harus melewatinya dan berjuang mendengarkan suara Allah ditengah badai itu, dan menemukan permata2 kehidupan sebagai buah yang dapat kita ambil didalam pergumulan itu.
Meskipun Roh Kudus selalu menolong kita, tetapi kitalah yang harus membangun diri melaluinya. Ingat bahwa kitalah anak yang harus belajar dan berlatih meraih kedewasaan iman dan kemandirian melalui ujian2 kehidupan. Tetapi semangat dan percaya pada kekuatan yang telah Tuhan sediakan bagi setiap kita. Kita pasti dapat melewatinya dan meraih kemenangan atas apapun yang harus kita hadapi.
Tetap sehat dan semangat. Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments