II, ST2

Buku Saat teduh 2 Bagian 6 – Part 31

by | Feb 3, 2024 | 0 comments

Hari 31

Merendahkan diri agar bisa didamaikan dengan sesama.

Matius 5:23-24 (TB)  Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Kerendahan hati adalah dasar dari hubungan yang benar dengan sesama. Ketendahan hati akan menjaga diri kita berada pada tempat yang Tuhan inginkan, membuat hubungan dengan sesama berhasil guna karena orang akan merasakan suasana yang aman dan nyaman berada dekat dengan kita. Kerendahan hati juga mengutamakan dan peka dengan suara nutani, kita akan menjadi sangat mudah untuk melihat kesalahan diri sendiri, dan sangat ringan untuk meminta maaf dan mengampuni.

Berlawanan dengan ketendahan hati adalah sikap menghakimi. Orang yang merasa berada di tempat yang terhormat dan memiliki hak untuk menentukan posisi dirinya diatas posisi orang lain. Dengan cara ini orang tidak akan peka pada balok di matanya sendiri, tetapi merasa terganggu dengan selumbar di mata orang lain. Fokusnya adalah melihat kekurangan dan kesalahan orang lain, dan tidak mau mengoreksi diri. Dasar hubungan ‘menghakimi’ seperti ini hanyalah berujung pada menebar sakit hati dan membuat orang lain tidak pernah mau bertumbuh dalam hubungan yang dekat. Sikap yang menghancurkan diri, merusak dan melukai banyak pihak lain dan menjadi batu sandungan bagi kehendak Allah.

Cerita berikut kiranya membantu kita untuk merenungkannya.

Ombak kecil bergoyang-goyang di samudera dan sedang menikmati masa lalu yang indah. Dia menikmati angin dan udara segar ketika melayang melihat dirinya – sampai dia menyadari bahwa di kejauhan ia melihat, semua gelombang lain di depannya menabrak pantai. 

“Ya Tuhan, ini mengerikan”, ombak kecil itu berpikir. “Lihat apa yang terjadi pada semua ombak lainnya dan aku juga akan menghadapi nasib yang sama!”

Seketika gelombang kecil itu menjadi sangat  panik.  Gelombang lain datang dan bertanya pada gelombang kecil itu, “Mengapa kamu membuat gelombang2 lain menjadi  tertekan?”

Gelombang kecil berkata, “Kita semua akan menabrak pantai dan menghadapi akhir dari eksistensi kita! Kita semua gelombang ini tidak akan berarti apa-apa! Bukankah itu mengerikan? “

Gelombang kedua itu menjawab sambil tersenyum, “Tidak, kamu tidak mengerti. Kita ini bukan hanya ombak, yang berdiri sendiri, tetapi semua kita  adalah bagian dari lautan.” 

Saudaraku terkasih, saya dinasehati untuk menjaga keseimbangan hidup makro dan mikro, menjaga melihat hidup dalam zoom in dan zoom out. Jangan membiarkan diri dikungkung oleh cara melihat sempit dan detil, seolah hanya diri kita saja yang mengalami beban dan masalah di bumi ini. Seolah segala hal itu terarah pada kita, untuk kesenangan diri sendiri. Apapun diluar kepentingan kita, adalah hal2 yang harus kita lawan.

Ingatlah bahwa kita ini berjalan beriringan dengan sesama kita terutama bersama dengan saudara2 seiman kita. Bergandengan tangan membentuk sebuah harmoni yang jauh lebih besar dan penting dari diri kita dan hidup kita apalagi kepentingan kita. Saya membayangkan kita ini hanyalah sebuah bagian kecil dari rangkaian kehidupan dan rancangan Allah, sehingga yang harus terus kita jaga didalam hati kita adalah sikap rendah hati untuk mudah mengoreksi diri, mudah untuk bertobat, agar hidup kita tidak menjadi batu sandungan yang menghalangi rancangan Allah bagi diri kita dan sesama kita. Kita tidak mengeraskan diri, sombong, dan menghakimi sesuai dengan ego dan kepentingan diri. Kita tunduk pada Hukum Allah, untuk mengutamakan menjaga kerendahan hati, kekudusan dan persekutuan pribadi dengan Allah.

Marilah jangan kita dikungkung oleh rasa sakit, penderitaan, kesulitan yang sedang kita alami, tetapi naiklah ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat harmoni besar yang sedang Allah kerjakan. Dengan sakit kita, kesusahan kita, orang bisa dikuatkan dan diberkati melalui kesaksian kita bergumul dengan Allah. Untuk sikap kita dan cara kita menghadapinya, hingga melaluinya kehendak Allah dinyatakan dan Kerajaan Allah dibesarkan. Tidak semua warna cerah dipakai saat ingin melukis pemandangan yang indah, ada warna2 kelabu bahkan warna hitam, agar warna putih dan cerah itu akan terlihat semakin indah.

Tetap kuat, dan Tuhan Yesus memberkati.

hkw

Artikel Terkait

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 25

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 25

Hari 25 Jubah Kesulungan (5) Cara untuk memperoleh anugerah Jubah Kesulungan berikutnya adalah : 2.Mendapatkan impartasi dari orang lain. Kita bisa baca di Kejadian 27:1-46 disitu diceritakan bahwa Yakub menipu Ishak. Sebelum kejadian 27 Esau sudah menjual hak...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 18

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 18

Hari 18 Mengapa kita perlu Roh Tuhan dalam hidup kita? Kejadian 1:1-4 => Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah:...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 16

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 16

Hari 16 Perang Rohani (3) bagian terakhir. Struktur Alam Roh. Kita mesti serius dengan apa yang Tuhan kehendaki, kita harus kerjakan juga dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan. Ini menyangkut banyak hal. Adam melakukan satu tindakan, ia melanggar yang Tuhan...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *