ST2, V

Buku Saat teduh 2 Bagian 6 – Part 23

by | Feb 3, 2024 | 0 comments

Hari 23

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Matius 6:33 (TB)  

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Apakah yang menyebabkan seseorang salah jalan ? Benar, ia salah fokus. Ketika manusia gagal fokus pada tujuan, maka sangat mudah akan tersesat dan menjadi kebingungan terutama saat menghadapi persoalan2 kehidupan. Kemanakah hati kita, kita lekatkan ? Apakah Kerajaan Allah yang nyata dan kekal ataukah kerajaan dunia yang sementara dan tidak nyata ini. 

Saya sering dibantah bahwa kerajaan dunia itu nyata, karena disana ada uang, kekuasaan dan kebahagiaan yang benar2 memiliki kekuatan dan pengaruh. Benar kalau cara melihatnya seperti itu, itu bukan cara membandingkan yang benar, buka ‘aple to aple’. Coba bandingkan uang, kekuasaan, kekayaan atau apapun yang menjadi kebanggaan kerajaan dunia, bandingkan dengan hidup manusia yang kekal, maaf bukan hidup fisik manusia yang sementara, tetapi hidup manusia jiwa dan roh yang kekal itu. Sebandingkah nilai uang, berapapun yang bisa anda kumpulkan dengan kekekalan yang akan saudara jalani ? Berapa lama uang itu akan bisa menjaga saudara ? 10 tahun atau 80 tahun ? Lalu dengan apa saudara akan menjaga milyar-milyar tahun berikutnya ? Bukankah yang benar adalah membangun Kerajaan Allah yang akan menemani saudara secara kekal, dengan mengurangi apapun yang ada di Kerajaan dunia ini secukup yang kita butuhkan saja, bukan yang kita ingini.

Kebetulan saya pernah mengalami cukup sering dalam situasi dimana meski kita punya uang dan kekuasaan tetapi kita tidak bisa mendapatkan apapun karena itu. Ingat pada saat pandemi terjadi, saya juga pernah berada ditengah perang, atau saat kita berada ditengah hutan belantara. Saat dimana saya belajar, uang, kekuasaan itu bukan apa2 dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri. Saya juga berulang kali menyaksikan kematian orang2 yang begitu kaya raya, dalam sakit, kesepian, ditinggalkan anak istri dan keluarganya. Uang, kekuasaan mereka sama sekali tidak berdaya bahkan untuk tubuh mereka sendiri, apalagi menarik hati orang2 yang dicintainya di masa tua dan renta.

Kiranya kisah berikut menolong kita merenungkannya.

Membangunlah dengan penuh gairah, tetapi tetap seperti Anak Kecil ini.

Pada musim panas yang hangat di pantai yang indah, seorang bocah lelaki berlutut menyendok dan mengemas pasir dengan sekop plastik, memasukkan ke dalam sebuah ember. Dia mengangkat ember berat penuh pasir itu, berulang kali dengan peluh yang bercucuran. Begitu bersemangatnya ia menjadi arsitek kecil membangun sebuah menara kastil. Dia bekerja sepanjang sore menyendok parit, mengepak dinding, membangun menara penjaga dengan tutup botol dan jembatan dengan tongkat es loli. Dia bekerja keras dengan sangat serius di pantai, sebuah istana pasir akan dibangun dan menjadi kebanggaannya.

Sementara itu, disebuah kota besar dengan lalu linta yang sibuk dan ramai, seorang pria bekerja di kantor. Dia mengacak-acak kertas menjadi tumpukan, mendelegasikan tugas, membuai telepon di bahunya dan meninju keyboard dengan jarinya. Ia menyulap angka-angka, kontrak-kontrak ditandatangani, dan banyak hal menyenangkan pria itu, untung diperoleh kekuasaan didapatkan. Sepanjang hidupnya dia bekerja dengan tekun dan serius sepenuh hatinya. Merumuskan rencana dan menyiapkan masa depan. Antusiasnya menjadi penjaga ‘capital gain’, perusahaan, yang akan menjadi  sebuah kerajaan yang akan dibangun.

Dua pembangun dari dua kastil memiliki banyak kesamaan. Keduanya membentuk dari butiran menjadi bentuk2 bangunan  Mereka berdua membuat sesuatu yang indah dari ketiadaan. Mereka berdua sangat rajin dan bertekad untuk membangun dunia mereka, mimpi dan imajinasi mereka mewujud. Dan untuk keduanya, ombak akan naik dan akhirnya akan tiba dan menenggelamkan kastil2 indah itu.. Namun di situlah kesamaannya kemudian berhenti. Karena bocah lelaki itu melihat ujung istananya sementara lelaki itu tidak mau peduli atasnya. Ketika senja mendekat dan ombak mendekat, anak itu melompat berdiri dan mulai bertepuk tangan saat ombak menghanyutkan maha karyanya. Tidak ada kesedihan. Tidak ada takut. Tanpa penyesalan. Dia tidak terkejut, dia tahu ini akan terjadi. Dia tersenyum, mengambil alat-alatnya dan meraih tangan ayahnya, dan pulang.

Sedangkan pria di kantornya yang canggih tidak begitu bijaksana seperti anak itu. Saat gelombang datang meruntuhkan kerajaannya, atau sakit penyakit menggerogoti kesehatannya, atau usia tua dan renta menghampiri tubuhnya, dia ketakutan. Dia melayang di atas monumen berpasir untuk melindunginya. Dia mencoba menghalangi ombak dengan dinding yang dia buat. Dia menggeram saat gelombang masuk. “Ini istanaku,” dia menentang. Lautan tidak perlu merespons. Keduanya tahu kepada siapa pasir itu akan berakhir disadari ataupun tidak, diterima ataupun ditolak. Itulah ketetapannya.

Saudaraku terkasih, tetap dan teruskan  membangun impian kita, tetapi bangunlah dengan sikap hati seorang anak. Bahwa tidak untuk selamanya, karena akan datang  matahari terbenam dan pasang akan tiba –  dan kita seharusnya menyambutnya dengan bertepuk tangan. Hargai setiap  proses kehidupan dan pulanglah dengan tersenyum bangga. Karena kita sudah sejak semula menyadari dan memilih untuk mendahulukan dan menemukan serta menghidupi Kerajaan Allah meski kita masih di bumi. Kita sangat yakin Bapa kita akan menyediakan segala yang kita butuhkan di bumi ini tanpa kekurangan sesuai kasih karunia-Nya. Dan rumah abadi bahkan istana akan disediakan kita di Kerajaan-Nya, jauh lebih mulia, sempurna dan kekal serta sesuai kebutuhan hidup kekal kita.

Tumpuklah harga sorgawi mu sebanyak2nya, dan cukupkan kebutuhanmu di bumi sebatas usiamu saja. Karena rumahmu yang sesungguhnya bukan di bumi tetapi di sorga.

Tuhan Yesus memberkati.

hkw.

Artikel Terkait

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 22

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 22

Hari 22 Jubah Kesulungan (2). Lalu apa yang perlu kita lakukan, agar kita bisa mendapatkan dan memakai jubah kesulungan itu? Marilah kita sama2 belajar,Maleakhi 1:1-5 => Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. “Aku mengasihi kamu,”...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 14

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 14

Hari 14 Peperangan Rohani (1) Saya percaya bahwa setiap dari kita pasti rindu keluarganya dilawat Tuhan, kota kita dipulihkan, bangsa kita diberkati, hidup kita dipulihkan tapi semua itu tidak mungkin terjadi tanpa sebuah peperangan, peperangan kita bukanlah melawan...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 1

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 1

Hari 1 Tempe dan Tuhan (kisah nyata seorang ibu dari Magelang) Di suatu desa hiduplah seorang ibu penjual tempe.Tak ada pekerjaan lain yg dpt dia lakukan sbg penyambung hidup.Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dr bibirnya.Ia jalani hidup dgn riang “Jika...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *