Hari 22
Menepati setiap janji yang kita perkatakan.
Matius 5:37 (TB)
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Kejujuran bukan lagi hal yang mudah ditemukan di bumi ini. Pada zaman ketika media sosial begitu kuat mempengaruhi kehidupan, membuat manipulasi, kemunafikan menjadi pola hidup manusia. Manusia bisa menjadi siapa saja di media sosial, jauh dari realita kehidupan mereka sebenarnya. Gambar, kata2, vidio, bahkan hidup menjadi sangat manipulatif dan mereka merasa baik2 saja bersikap demikian bahkan bangga karena bisa menghasilkan uang karena ‘berbohong.’
Sekarang bagaimanakah kehidupan umat Allah di zaman ini ? Bagaimanakah cara kita memulai titik awal hidup dalam kejujuran dan ketulusan? Semua diawali dari melakukan dengan penuh kesungguhan setiap doa, janji, komitmen yang kita sampaikan kepada Allah. Karena dengan melakukan itu maka kita sesungguhnya menghormati Allah. Bukankah ketika dengan mudah kita mengingkari apa yang kita katakan pada orang lain, sesungguhnya dalam hati kita, kita tidak menghormati orang itu, bukan ?
Saya teringat satu kata yang selalu saya perjuangkan yaitu “integritas”, dimanapun kita berada akan menjadi diri kita, dihadapan Allah dan manusia. Kita bukan plin plan, mudah berubah, tetapi menjadi pribadi yang utuh selalu melekat pada Kristus, dan memancarkan melalui perkataan dan tindakan.. Sehingga melalui hidup kita terus mengalir karakter2 Kristus yang akan dinikmati sesama dan semesta.
Bagaimanakah kalau kita tidak hidup dalam ‘integritas’ ? Maka hal pertama terjadi adalah hidup kita tidak akan bertumbuh menjadi dewasa secara iman. Dan kedua, kita akan menjadi batu sandungan bagi Kerajaan Allah, karena hidup kita dilihat dengan penuh keseriusan oleh iblis, saat kita tidak jujur maka celah itu akan digunakan iblis dan pasukannya untuk meremukkan hidup kita.
Saudaraku terkasih, tidak mudah hidup dalam konsistensi menghadapi kemelut dunia, tetapi Kristus mengajarkannya dengan sangat mudah dan sederhana, yaitu menjaga hati kita untuk tetap mencintai, merindukan dan haus dan lapar akan Allah. Jadi palingkan mata kita dari masalah, tantangan dan kesulitan apapun juga, pandang kasih Kristus, kebaikan Allah dan kehadiran Roh Kudus. Betapa beruntung dan bersyukurnya kita memiliki kesempatan hidup dikasihi dan dicintai Allah seperti ini. Dan tetaplah menjaga sikap hati itu, kemudian lanjutkan perjalanan hidup kita, sekalipun dalam tantangan yang begitu berat, jangan bergeser sedikitpun dari hadirat Allah.
Kisah berikut semoga menginspirasi kita.
Seorang tukang kayu dengan pengalaman bertahun-tahun, sudah siap untuk pensiun. Dia mengkomunikasikan kepada pimpinan kontaktornya tentang rencananya untuk meninggalkan bisnis pembangunan rumah untuk menjalani kehidupan pensiun yang lebih santai dengan istri dan keluarganya. Pimpinannya merasa sedikit kesal bahwa tukang kayu yang baik dan berpengalaman meninggalkan pekerjaan, tetapi ia meminta tukang kayu untuk membangun hanya satu rumah lagi untuknya.
Tukang kayu setuju dengan pimpinan kontraktor tetapi hatinya tidak dalam pekerjaannya seperti dulu. Dia menggunakan pengerjaan yang buruk dan menggunakan bahan yang lebih rendah untuk membangun rumah terakhir dari karirnya. Itu adalah cara yang disayangkan untuk mengakhiri karirnya. Ketika tukang kayu menyelesaikan rumah dan majikan datang untuk memeriksa rumah.
Dia melihat sekeliling rumah dan tepat sebelum dia keluar dari rumah dia menyerahkan kunci pintu depan kepada tukang kayu. “Ini rumahmu,” katanya, “hadiahku untukmu.” Ini adalah kejutan besar bagi tukang kayu. Meskipun itu seharusnya menjadi kejutan yang baik, dia tidak merasa baik karena dia merasa sangat malu di dalam dirinya. Jika saja dia tahu dia sedang membangun rumahnya sendiri, dia akan melakukannya dengan sangat berbeda. Sekarang dia harus tinggal di rumah yang tidak dibangun dengan baik.
Saudaraku terkasih, seperti tukang kayu ini, sering kita membangun hidup kita dengan cara yang tidak berintegritas, kita mudah teralihkan pada apa yang menekan kita pada saat itu. Kita menjadi reaktif bukan bertindak dengan penuh kesadaran, seolah kita menyerah dengan keadaan bukan mau bertahan dengan yang terbaik. Padahal Allah sudah memberikan yang terbaik, bahkan Roh-Nya adalah Sang Penolong yang diberikan untuk tinggal didalam diri kita. Maka berikan yang terbaik, sikap kita dan pilihan2 yang kita buat setiap hari, karena itu yang akan menjadi hidup kita esok, bangunlah dengan bijak, tetap jaga Firman Itu hidup didalam diri kita dan Roh Kudus adalah penasehat yang terus kita dengar dan ikuti pimpinan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments