Hari 79
V. Ketamakan.
7. Taat dalam memberi kepada kaisar dan kepada Allah, kualitas karakter yang dihasilkan : RASA SYUKUR.
Matius 22:21 (TB)
Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Ketamakan mendorong kita menumpuk kekayaan untuk diri sendiri, yang hanya bisa dikalahkan dengan hati yang penuh syukur disertai sukacita melepaskan, menyerahkan hak2 pihak lain sesuai kehendak Allah. Pergeseran dari diri sendiri, kepada orang2 lain, negara, sesama dan Allah.
Kita memberikan persembahan ke gereja adalah untuk mendukung para hamba2 rohani Allah, dan kita membayar pajak untuk mendukung para hamba2 sipil Allah. “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu”, Rm 13:4a.
Salah satu bentuk ketamakan adalah menolak membayar pajak. Bahkan jamak dilakukan orang2 Kristen juga berusaha menghindari membayar pajak yang seharusnya dengan dalih undang2 mendukung mereka. Tetapi mereka lupa bahwa kewajiban membayar pajak bukan hanya perintah undang2 tetapi lebih lagi perintah Allah yang jauh lebih tinggi.
Hukum Kerajaan Allah mengharuskan orang percaya mengakui bahwa para pejabat pemerintah adalah hamba2-Nya yang harus menghukum pada orang2 yang melanggar hukum-Nya dan memuji mereka yang mentaatinya, Rm 13:3-4.
Selanjutnya di Rm 13:5-7, “Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.”
Kewajiban kita pada pemerintah bukan hanya membayar pajak.
Selain membayar pajak kita juga harus menghormati pemerintah dengan mendoakan mereka yang duduk dalam pemerintahan. Seharusnya menjadi pokok2 doa kita, agar kita bisa hidup tenang dan tenteram, sehingga kabar keselamatan bisa diwartakan dengan baik, 1 Tim 2:2b-4.
Tuhan Yesus sendiri membayar pajak bahkan yang seharusnya bukan bebannya (Kel 30:11-16). Karena Yesus tidak berdosa sehingga sebenarnya tidak perlu membayar pajak Bait Allah, tetapi Yesus tetap membayarnya, Mat 17:24-27. Karena Yesus tidak mau menjadi batu sandungan, karena penolakan-Nya akan membuat pejabat tersinggung.
Seharusnya pajak tidak dipandang sebagai denda atau beban karena hidup di suatu negara, tetapi sebagai bayaran terhadap para hamba Allah (pegawai pemerintah) sehingga kita dapat hidup dalam damai dan kebebasan untuk menjalankan kehendak Allah dalam kehidupan sehari2.
Penerapan pribadi :
apakah saya menyadari bahwa para pejabat pemerintah adalah hamba2 Allah dan pajak saya adalah dukungan pada mereka untuk melakukan pekerjaan2 baik ?
apakah saya dengan teliti membayar kewajiban pajak saya agar tidak menjadi batu sandungan terhadap nama Kristus ?
apakah saya terus mendoakan para pejabat pemerintah yang bekerja untuk melindungi dan memberi manfaat bagi kehidupan saya sehingga saya dapat melayani Tuhan ?
apakah saya secara nyata menunjukkan penghargaan pada pejabat pemerintah sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja mereka ?
Saudaraku, meskipun terasa janggal ketika melihat carut-marut pejabat pajak dan penggunaan pajak di negara kita, namun kita harus tetap melihat bahwa kewajiban pajak itu bukan hanya karena undang2 negara. Tetapi karena ada perintah Allah yang jauh lebih tinggi dari pada itu. Dan ketamakan yang memusatkan otoritas kehidupan pada kesenangan diri akan bergeser ketika kita menghargai otoritas yang jauh lebih besar yaitu otoritas Firman Allah yang menghargai otoritas pemerintahan negara.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments