Hari 68
IV. Kepahitan.
7. Jangan memandang rendah pada anak2, kualitas yang dihasilkan : TOLERANSI.
Matius 18:10a (TB) Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini.
Kepahitan seringkali banyak disebabkan perlakuan yang tidak benar kepada anak2. Dan anak2 itu akan membawa kepahitannya sampai masa dewasa bahkan tua sebagai ikatan yang mengkerdilkan hidup dari kapasitas maksimalnya. Karena itu mengasihi anak2 bahkan sejak masih didalam kandungan adalah hal yang sangat penting. Anak2 seharusnya tidak pernah dijadikan beban, tetapi selalu menjadi berkat dari Tuhan, Maz 127:3. Anak sebagai berkat itu janji Allah, jangan beda2kan, jangan berkeluh kesah karena mereka, ingat upah yang disediakan Allah karena mereka jauh lebih besar dari usaha kita. Kalau orang tua meragukan berkat, maka akan menjauhkan berkat yang dimiliki anak2 kita.
Fokuslah pada kelebihan2 mereka bukan kemalangan, karena itu akan membuat anak2 menjadi ragu karena orang tua yang ragu lebih dahulu. Perkatakan berkat jangan keluhan pada anak2 kita, karena menurut perkataan kitalah mereka terbentuk, ingat anak2 itu adalah anak2 panah, yang tidak bisa mempertajam dirinya sendiri dan tidak bisa meluncurkan dirinya tanpa bantuan sang pemanah, yaitu kita orang tuanya.
Anak2 itu hanyalah titipan Allah yang adalah Bapa mereka, maka Allah akan menjaga setiap mereka dengan penuh kasih sayang. Yesus menjelaskan dalam Mat 18:10b, ada malaikat anak2 itu di sorga. Dan bagaimana Yesus menghubungkan perlakuan pada anak2 dengan-Nya di Mat 18:5, barang siapa menyambut anak2, mereka telah menyambut Yesus sendiri. Waow, kebenaran yang harus kita pegang dengan sangat gentar.
Meremehkan kehadiran anak menjadi penyebab konflik rumah tangga.
Allah merancangkan wanita memiliki kemampuan luar biasa untuk mengandung suatu kehidupan baru didalam rahimnya. Karena itu bagi seorang perempuan dan pasangan suami-istri, memiliki anak adalah bagian penting dari identitas dan penggenapan. Kalau dengan sengaja seorang suami menolak anak, maka istri dan anaknya akan merasakan kepahitan yang dalam, karena dirinya hanya dipakai sekedar alat pemuas nafsu jasmani suami saja. Padahal dihadapan Allah, perempuan adalah putri Raja yang melalui mereka sejarah kehidupan manusia diteruskan turun-temurun. Karenanya menghormati keberadaan anak adalah langkah menghormati otoritas Allah atas istri sekaligus atas keberlangsungan rancangan Allah.
Sikap meremehkan anak akan menyebabkan konflik keluarga.
Ketika seorang suami menolak kehadiran anak, maka sikap istripun menjadi tertekan bahkan sejak mengandung. Tentu saja si anak akan merasakan penolakan ini, sehingga saat terlahir si anak akan menanggapinya dengan menjauhi ibunya. Pada umur tertentu anak itu akan menjadi srorang pembangkang, pemberontak yang melawan siapapun termasuk orang tuanya, karena ia tidak memiliki rasa damai dan diterima. Kemarahan anak ini tentu akn menciptakan suasana frustasi didalam keluarga. Bila orang tua tidak segera menyadari akar kepahitan yang tersimpan di hati anak sejak dikandungan ini, maka kemarahan itu akan terus membesar dan menyebar dimanapun ia bergaul akan melukai lebih banyak orang lagi.
Saudaraku, kita harus kembali pada Firman yang menegaskan bahwa kehadiran anak2 jasmani dan rohani adalah milik pusaka Allah. Anak2 adalah pencapaian sepasang suami-istri yang telah menjadi satu daging. Dan anak2 ini adalah titipan Allah (ingat mereka adalah milik Allah yang nanti pertanggungjawabannya akan diminta Allah), seperti anak panah yang diserahkan pada seorang Pahlawan. Maz 127:4-5, berbahagialah orang yang tabung senjatanya penuh anak panah. Karena ditangannya akan muncul pahlawan2 baru yang akan membawa kemuliaan Bapanya dan orangtuanya.
Penerapan pribadi :
apakah saya telah mengasihi anak2 seperti Allah mengasihi mereka ?
apakah saya mendorong pasangan suami-istri memiliki anak seperti yang Allah inginkan dan mendukung merawat dan mendidik mereka dengan benar ?
sudahkah saya mempraktekkan ketrampilan untuk mengembalikan hati para ayah kepada anak2nya dan hati anak2 kepada ayahnya ? Karena ini akan menolong anak2 itu bisa mengenal Bapa sorgawinya dengan benar.
apakah saya menjunjung tinggi, menghargai dan menghormati para ibu ?
Saudaraku tetkasih, kita hidup di dunia yang rusak dan rapuh, sehingga sangat sedikit anak yang lahir dalam keadaan ideal. Kita harus bisa menyadari situasi ini, bahkan berani menerimanya sebagai sebuah kenyataan pahit. Namun Tuhan berjanji akan bekerja melaluinya untuk menolong kita menemukan pembelajaran2 mahal yang akan menjadi bekal kita saat kita menjadi orang tua bagi anak2 kita. Jangan biarkan kepahitan perilaku orang tua, akan kita turukan pada anak2 keturunan kita. Bertekatlah semua kesalahan itu berhenti saat ini, dan kita mulai menghidupi jalan hidup benar memperlakukan anak2 kita sejak dalam kandungan sebagaimana menjaga titipan anak2 Allah. Mereka diperlakukan dengan kasih, hormat dan bertanggungjawab.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw.
0 Comments