IV, ST1

Buku Saat teduh 1 Bagian 5 – Part 67

by | Feb 2, 2024 | 0 comments

Hari 67

IV. Kepahitan.

6. Gaya hidup penuh pengampunan pada orang yang bersalah pada kita, kualitas kehidupan yang dihasilkan : PENGAMPUNAN.

Matius 6:15 (TB)  

Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Seringkali pengajaran kekristenan mencampur adukkan antara pengampunan dosa yang dianugerahkan secara gratis melalui pengorbanan di kayu salib, dengan pengampunan kesalahan dengan syarat mengampuni orang yang bersalah. Tidak ada kewajiban apapun yang diminta saat kita menerima anugerah dalam Kristus yaitu keselamatan. Berbeda dengan konteks pengampunan atas kesalahan (debt/hutang) kita pada Allah. Dengan keseimbangan yang dituntut untuk mengampuni kesalahan (debt/hutang) orang lain pada kita.

Kita bisa memperhatikan perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus di Mat 18:23-35. Perhatikan meskipun Raja sudah menghapus hutangnya, tetapi saat hamba itu tidak mau mengasihi kawannya yang berhutang sangat kecil dibanding hutangnya pada Raja, seketika konsekuensi hutang itu muncul kembali dan harus dibayar sampai lunas. Pengampunan dari Tuhan tidak pernah menuntut apapun, kecuali permohonan belas kasihan Allah. Tetapi ternyata hutang itu masih ada dan bisa muncul konsekuensinya, pada saat kita tidak mau menyatakan kasih, belas kasihan dan pengampunan pada sesama yang bersalah pada kita. 

Pengampunan adalah melepaskan hutang musuh yang kita derita secara emosional, dan memilih melanjutkan hidup dengan bekas2 luka yang ditimbulkannya. Pengampunan sebatas pikiran dan perasaan dengan berkata, ‘saya mengampunimu’ bukanlah pengampunan yang Allah harapkan. Karena itu tidak efektif melepaskan kita dari belenggu jiwa (kepahitan) oleh luka2 yang ditimbulkan musuh2 itu.

Pengampunan sejati itu adalah buah-buah yang tumbuh dari hati. Itulah aliran belas kasih, yang jauh lebih dalam dari pikiran dan emosi. Karena kunci pengampunan sejati saat kita bisa memindahkan tragedi yang menimbulkan malapetaka menjadi monumen peringatan dengan simbol2 positif. Tragedi, kejahatan yang telah terjadi tidaklah bisa kita hapus sebagai sebuah realita, tetapi bisa kita matikan sengatnya, kesakitannya ketika kita melepaskan pengampunan. Bahkan memetik manfaat darinya bagi terbentuknya karakter Kristus dalam diri kita Mengampuni dari hati.

Cobalah memperhatikan ilustrasi berikut : seorang anak kecil membuat nota tagihan pada ibunya, isinya: apa yang dikerjakan seminggu. Ibunya membalas dengan menulis nota yang lebih panjang, isinya : tahun2 pengorbanan, bertahun2 jam layanan siang-malam, gangguan tidur, kesehatan yang jumlahnya begitu banyak. Tetapi dibagian akhirnya ditulisi dengan huruf2 besar, TELAH LUNAS, dibayar dengan kasih ibu yang penuh.

Hanya ketika kita bisa menangkap pesan kontras ini, maka tidak ada alasan apapun yang menghalangi kita untuk dengan ringan dan bebas mengampuni orang yang jahat itu.  Karena bila kita tidak mau mengampuni, maka seperti anak kecil diatas yang menuntut pembayaran yang sebenarnya adalah hutang pada ibunya (karena bukan haknya). Kita telah menjadi buta ditawan dengan tali2 kepahitan, menutup mata bahwa kita berhutang begitu besar pada Allah yang hanya lunar dibayar dengan darah Anak-Nya sendiri terkasih. Dan Allah sudah membayar semuanya secara penuh.

Seketika kita mengampuni maka kita melepaskan mereka secara emosional sekaligus membebaskan kita dari tawanan tali2 kepahitan. Kebebasan itu akan meningkat saat kita berdoa meminta pada Allah untuk memberkati orang2 jahat itu dengan kualitas2 yang dibutuhkan untuk bertobat. Sekaligus kita akan mendapatkan permata2 kehidupan dari tragedi2 kehidupan yang akan memunculkan keindahan Kristus.

Langkah terakhir yang akan membawa kita lebih jauh memenangkannya adalah mengubah bekas2 luka2 itu menjadi monumen2 pengingat betapa besarnya anugerah dan penderitaan Kristus bagi kita, karenanya Kristus menginginkan kita rela mengorbankan hidup kita bagi orang lain yang sangat jahat itu. Sebagaimana kita yang begitu jahat pada Allah sebelum bertobat.

Penerapan pribadi.:

apakah ketika saya mengampuni orang yang begitu jahat, masihkah saya memiliki perasaan2 buruk terhadap mereka ?

apakah saya sering menghitung berapa kali saya melakukan dosa dan banyaknya hutang saya kepada Allah ?

apakah saya menyadari perbandingan hutang saya kepada Allah dengan hutang orang2 lain kepada saya ?

apakah saya telah berhasil menandai pada setiap luka2 batin yang akan terus ada, tetapi tidak ada lagi sengat buruknya, tetapi mengingat betapa besar anugerah Allah pada saya ?

Saudaraku terkasih, Allah tidak melakukan sedikitpun kejahatan, penyakit dan penderitaan karena hanya yang baik saja yang bisa Allah lakukan. Kejahatan dan dosalah yang melakukan dan menyebabkannya, tetapi Allah berkenan turut mengerjakan didalam tragedi itu mendatangkan hal2 yang jauh lebih penting, mulia dan kekal bagi kita.

Tuhan Yesus memberkati.

hkw

Artikel Terkait

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 20

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 20

Hari 20 Kematian rohani. Kematian rohani lebih mengerikan dari pada kematian jasmani, orang yang mati jasmani, dia selesai, tapi orang yang mati rohaninya, mati urapannya, mati passionnya, dia akan menularkan ke yang lain, karena orang ini secara fisik masih hidup,...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 15

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 15

Hari 15 Peperangan Rohani (2) Kemarin kita sudah belajar tentang perhitungan Tuhan dan sekarang kita akan masuk lebih dalam lagi. Zakaria 3:1=> Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 5

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 5

Hari 5 Pornografi Rohani atau Keintiman Rohani Suatu kali Tuhan menegur kepada seorang pendeta dengan berkata “Aku sudah melihat pelayananmu, sekarang apakah kamu ingin melihat pelayanan-KU?” Ada perbedaan antara aktifitas 'pelayanan' yang Tuhan kerjakan dan yang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *