IV, ST1

Buku Saat teduh 1 Bagian 5 – Part 65

by | Feb 2, 2024 | 0 comments

Hari 65

IV. Kepahitan.

4. Sikap hidup menjadi hamba dari semua : kualitas yang dihasilkan KETERSEDIAAN.

Matius 23:11 (TB)  Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Pola hidup persaingan di dunia ini membentuk sikap kompetisi dalam segenap aspek hidup. Siapa yang bisa menguasai aset dan kekuasaan lebih banyak dan luas akan dilihat sebagai bukti keberhasilan. Kompetisi ini sering menjadi sumber kepahitan, terutama saat menemui kekalahan dan kegagalan. Menginginkan keberhasilan tidaklah salah, tetapi yang salah bila memperjuangkannya menutut cara kita sendiri.

Bahkan ke-12 murid Yesus terlibat dalam pertengkaran sengit tentang siapa yang akan menjadi yang terkemuka. Saat ke-10 murid mendengar Yakobus dan Yohanes meminta duduk sebelah kiri dan kanan di Kerajaan Kristus, maka mereka marah kepada keduanya, Mat 20:24. Saat itulah Tuhan Yesus mengajar sebuah prinsip yang sangat berbeda di Mat 20:26b-27, yang ingin menjadi besar hendaklah menjadi pelayan dan yang ingin terkemuka hendaklah menjadi hamba. Jalan menjadi hamba adalah satu2nya jalan memasuki ketersediaan.

Allah menetapkan suatu makna baru kehambaan.

Kepahitan muncul saat manusia merasa terlanggar harga diri, posisi maupun haknya. Padahal hak manusia adalah maut karena dosanya. Siapapun mereka dan apapun posisinya, dihadapkan oleh anugerah Allah dalam Kristus menjadi orang2 yang begitu beruntung, yang layak hanya bersyukur saja. Maut yang menjadi ujung perjalanan telah diubah menjadi kemuliaan, bahkan kemuliaan itu bisa dinikmati sejak di bumi ini. Sehingga jika kita menyadari berada dibawah anugerah Kristus maka tidak ada satupun yang bisa kita banggakan dan pantaskan dalam diri kita. Tersungkur kita dibawah kaki Kristus, karena Kristus telah menjadi hamba yang melayani kita bahkan mati saat kita berada didalam dosa, untuk menebus kita. Kristus direndahkan agar kita ditinggikan, Kristus menjadi miskin agar kita menerima segala kekayaan da kemuliaan Allah. Yesus mengosongkan Diri-Nya agar hidup umat-Nya menjadi penuh.

Sehingga tingkat kepenuhan dan kemuliaan kita ditentukan oleh jumlah yang kita layani. Kita memulainya dengan melayani orang yang Allah tempatkan diatas kita. Tetapi kemudian jumlah dan areanya akan makin luas dan banyak seiring kesungguhan kita meningkatkan ketrampilan kehambaan kita.

Mengembangkan sikap kehambaan itu seperti yang dilakukan Yusuf, meski berasal dari keluarga kaya di Israel, tetapi saat menjadi budak Potifar, ia menghidupi hati seorang hamba dengan melayani segenap hati. Lihat bagaimana Allah memberkati semua yang dilakukan hingga memperoleh kepercayaan dari tuannya Potifar. Kemudian hati hamba Yusuf diuji saat dijebloskan ke penjara dengan fitnahan keji.Didalam penjarapun hati Yusuf tetap rendah (humble), dipercaya kepala penjara. Yang melaluinya ia bisa memperoleh jalan kehidupan sampai menjadi pelayan (penguasa ) Mesir untuk melayani kebutuhan makanan yang menyelamatkan bangsa2 sekitarnya, Kej 39-41.

Berbeda dengan Yakub yang melihat kepentingan dirinya saja yang terutama. Ia tidak mau memiliki hati hamba, tetapi merasa punya hak menipu dan merebut hak kakaknya. Hingga Yakub harus hidup dalam tahun2 yang keras dan konflik2 pahit dengan kakak dan mertuanya.

Jalan hidup saya pribadi lebih sering menjadi panjatan untuk keberhasilan orang2 lain. Bertahan untuk digantungi atau bahkan diinjak2 orang bukanlah hal yang mudah. Apalagi setelah mereka meraih suatu keberhasilan, seketika mereka lupa pada kulitnya bahkan melawan  dan menjatuhkan. Itulah yang sering saya katakan, siaplah untuk digigit ketika engkau ingin menolong anak anjing yang terperosok dalam lobang yang dalam. Engkau akan terus digigit dan segera dilupakan saat mereka sudah diangkat. Inilah realita kehidupan.

Itulah jalan yang ditempuh Kristus yang tidak pernah merasakan kepahitan hati pada manusia yang telah dibelanya sampai mati diatas kayu salib. Bahkan ketika sudah diselamatkan dan disertai Roh-Nya, masih juga berulang kali menyalibkan, mendukakan hati-Nya lagi dan lagi. Jadi berada di jalan Kristus adalah menghidupi kehidupan seorang hamba sebagai jalan menuju kejayaan baik di bumi maupun di sorga. 5 kualitas yang mendasari semangat menjadi hamba : 1. Memiliki inisiatif tinggi. 2. Tekun meski dalam tekanan. 3. Menghadapi tantangan apapun dengan terus mengembangkan kreativitas. 4. Melalui kerja keras dan semangat belajar, mampu mengembangkan dan menerapkan hikmat. 5. Memiliki gairah, antusiasme yang terus tinggi.

Penerapan pribadi :

seberapakah banyak dan luas orang2 yang saya layani dalam kehidupan saya ?

apakah saya melayani para pemimpin yang Tuhan tempatkan diatas saya dengan mendoakan mereka, lebih mengenal mereka dan mendukung mereka ?

apakah saya menyadari bahwa dengan mendukung para pemimpin sehingga kepemimpinan bisa berjalan dengan baik, maka saya sudah melayani semua orang dibawah kepemimpinannya ?

bagaimanakah reaksi saya saat orang merendahkan saya pada situasi yang saya anggap tidak selayaknya saya diperlakukan begitu ?

Saudaraku terkasih, tes paling sejati tentang apakah kita memiliki sikap hati seorang hamba adalah bagaimana kita merespon pada saat kita diperlakukan sebagai hamba. Padahal itu bukan posisi kita sebenarnya. Saya teringat kisah seorang calon dokter yang berusaha menerobos antrian ruang periksa dokter spesialis kelamin. Semua orang memandangi dengan sinis ketidak mau antrian, apalagi penjelasan bahwa ia harus bertemu dengan sang dokter secepatnya. Semua marah dan juga memiliki kepentingan, dan harus antri. Perhatikan mahasiswa calon dokter itu sangat sulit menempatkan disisi yang sama dengan pasien penderita penyakit kelamin itu, karena ia memiliki status yang berbeda. Jurang itulah yang sering membuat kita marah dan pahit saat dipaksa berada disisi yang kita rasa bukan semestinya.

Lihatlah selalu penderitaan Kristus diatas kayu salib itu. Ia yang adalah Allah telah mengosongkan diri-Nya menjadi hamba, bahkan berada di tempat paling hina, agar kita bisa diselamatkan, dan bagi kita tersedia segala hal yang kita butuhkan dalam kehidupan di bumi dan di sorga. Apakah kita tidak mau memiliki sikap hamba sebagaimana Tuhan kita ?

Marilah kita terus belajar untuk hidup semakin serupa dengan Tuhan Yesus.

hkw

Artikel Terkait

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 20

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 20

Hari 20 Kematian rohani. Kematian rohani lebih mengerikan dari pada kematian jasmani, orang yang mati jasmani, dia selesai, tapi orang yang mati rohaninya, mati urapannya, mati passionnya, dia akan menularkan ke yang lain, karena orang ini secara fisik masih hidup,...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 15

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 15

Hari 15 Peperangan Rohani (2) Kemarin kita sudah belajar tentang perhitungan Tuhan dan sekarang kita akan masuk lebih dalam lagi. Zakaria 3:1=> Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah...

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 5

Seri Warna Sari Kehidupan Bersama Allah – Part 5

Hari 5 Pornografi Rohani atau Keintiman Rohani Suatu kali Tuhan menegur kepada seorang pendeta dengan berkata “Aku sudah melihat pelayananmu, sekarang apakah kamu ingin melihat pelayanan-KU?” Ada perbedaan antara aktifitas 'pelayanan' yang Tuhan kerjakan dan yang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *