Hari 50
III. Nafsu.
Bagaimanakah mengalahkan hasrat hati.
Ulangan 29:18-20 (TB) Sebab itu janganlah di antaramu ada laki-laki atau perempuan, kaum keluarga atau suku yang hatinya pada hari ini berpaling meninggalkan TUHAN, Allah kita, untuk pergi berbakti kepada allah bangsa-bangsa itu; janganlah di antaramu ada akar yang menghasilkan racun atau ipuh.
Tetapi apabila seseorang pada waktu mendengar perkataan sumpah serapah ini menyangka dirinya tetap diberkati, dengan berkata: Aku akan selamat, walaupun aku berlaku degil — dengan demikian dilenyapkannya baik tanah yang kegenangan maupun yang kekeringan—
maka TUHAN tidak akan mau mengampuni orang itu, tetapi murka dan cemburu TUHAN akan menyala atasnya pada waktu itu; segenap sumpah serapah yang tertulis dalam kitab ini akan menghinggapi dia, dan TUHAN akan menghapuskan namanya dari kolong langit.
Saya teringat romo Franz Magnis Suseno membedakan 2 jenis suara didalam hati yaitu pertama suara hati, yang merupakan suara dari dasar hati berasal dari keinginan diri yang diwarnai ego, hasil dari pikiran sendiri dan bisikan iblis. Kedua hati nurani, adalah suara dari bisikan Roh Kudus yang bertemu dengan kebenaran Firman dengan tujuan mewujudkan kehendak Allah yang akan keluar melalui perkataan dan perbuatan kita. Sehingga kita perlu membedakan dengan jelas bahwa dari hati kita bisa keluar dua hal ini, bisikan dari dasar hati hasil dari endapan yang berasal dari manusia (dosa), atau pimpinan dari Roh Allah (Firman).
Saudaraku, dari hatilah kunci kehidupan terbentuk, karena siapa diri kita adalah apa yang ada didalam hati kita, Amsal 27:19 ; 23:7a. Karena didalam hatilah ‘sistem kepercayaan’ terbentuk, ini adalah kumpulan elemen kepercayaan yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam satu kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian suatu tujuan utama. Jadi cetakan diri yang akan mewujud dalam hidup sudah terbentuk lebih dahulu dalam hati kita.
Menaklukkan hasrat (hawa nafsu) hati menjadi tantangan paling rumit dan besar, karena kita tidak akan mampu berargumentasi dengan ‘sistem kepercayaan’ yang sudah melewati jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) ini. Kita akan mempercayai bahwa apa yang keluar dari hati adalah ‘benar’. Beberapa hal yang mendasari kepercayaan kepada bisikan hati : pertama, bisikan hati yang berbicara untuk kepentingan diri itu bukan urusan orang lain tetapi urusan kita sendiri. Kedua, perenungan itu telah kita lakukan bertahun2, yang telah kita setujui dan melewati pikiran, perasaan dan kehendak kita yang tidak akan menyakiti kita juga orang lain. Ketiga, itu adalah tumpukan ‘kebenaran (menurut diri sendiri)’ yang kita simpulkan dari seluruh perjalanan hidup selama ini. Tetapi saudara terkasih itu semua adalah sangat jauh dari ‘kebenaran Allah’. Itulah jalan yang dianggap lurus tetapi menuju maut, Amsal 16:25.
Saudaraku terkasih, hanya ketika kita mampu menata ulang ‘sistem kepercayaan’ sesuai dengan ‘kebenaran Allah’, maka kita akan memenangkan dalam berpikir, berkata2 dan bertindak sesuai cara2 Allah, sehingga itu akan dapat mengatasi ketidakmurnian moral. Inilah yang Daud rindukan terjadi dalam hidupnya di Maz 119:11, dengan menyimpan Firman didalam hati, akan menghindari dosa.
Saudaraku kita perlu memperhatikan frasa ‘akar yang menghasilkan racun atau ipuh’ dalam Ul 29:18, yang dijelaskan lebih jauh dalam Surat Ibr 12:15 : “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” Kerusakan akibat kehidupan nafsu dalam hati adalah seperti sedikit ragi dalam segumpal adonan. Yang tidak membutuhkan waktu lama, seluruh adonan akan terkena efeknya, 1 Kor 5:1-8. Dengan sangat keras, Paulus menginstruksikan kepada jemaat Korintus agar menyerahkan laki2 tak bermoral kepada iblis “sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan”.
Akibat hawa nafsu yang tersimpan dari hati seseorang, bila diberikan kebebasan untuk terwujud dalam kehidupan yang tak bermoral, Allah akan memberikan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, inilah yang Allah peringatkan dalam Ul 28:21-22. Seharusnya ketika Allah mengirimkan penyakit2 yang tidak tersembuhkan itu pada seseorang yang telah menentang standar2 moral, maka kemudian mestinya orang itu akan menjadi cukup bijaksana untuk menyadari bahwa dirinya harus terlebih dahulu dengan Allah, menyelesaikan persoalan dosa dan isi hatinya yang busuk, baru kemudian ia mencari pertolongan dokter dan pengobatan2 untuk meredakan gejalanya.
Saudaraku terkasih, semua masalah apapun yang dihadapi manusia didalam tubuh, jiwa dan hati serta dunia yang berdosa telah tersedia didalam Kristus. Diatas kayu salib itu Yesus berkata dengan lantang ‘sudah selesai’ bahkan setelah Yesus meninggalkan bumi, Ia mengutus Penolong Yang Lain, yaitu Roh Kudus yang tinggal bersama2 dengan kita. Karena itu saya menyarankan kita terus berjuang untuk membaca setiap ayat dan merenungkannya, memeditasikannya serta menundukkan diri dalam otoritas Firman itu. Biarlah kita terus memenuhi pikiran kita dengan Firman, membentuk ‘sistem keyakinan’ baru sesuai Firman hingga perkataan dan tindakan kita dikuasi oleh kebenaran Firman.
Tetap sehat dan semangat.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments