Hari 40
II. rasa bersalah
5. Merendahkan diri agar hidup bisa didamaikan dengan sesama : kualitas yang dihasilkan TANGGUNG JAWAB.
Matius 5:23-24a (TB) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu,
Semua dosa yang kita sadari selalu bisa dirasionalisasikan oleh pikiran (headbrain) kita. Inilah yang menyebabkan orang sangat sukar untuk merendahkan diri datang berdamai pada orang lain. Awalnya tanpa tujuan pasti, seperti mengikuti angin seseorang tanpa disadari membiarkan dirinya memilih hal2 yang menjauhkan diri dari Tuhan dan otoritas rohani (orang tua, kakak rohani)-nya. Kemudian ia akan semakin larut dan terhisap oleh teman2nya dengan aktivitas2 salahnya. Namun semua kerusakan hubungan dengan Allah selalu berlanjut kerusakan hubungan2 lain. Karena semua perkataan dan tindakan kita memiliki TANGGUNGJAWAB yang harus kita terima.
Rasa bersalah disebabkan oleh suatu hubungan yang rusak. Sehingga menghilangkan rasa bersalah harus dimulai dengan memulihkan hubungan2 yang rusak lebih dahulu. Inilah yang dilakukan Bapa dengan mengutus Kristus, untuk memulihkan hubungan rusak manusia dengan Allah. Dan didalam Kristus, kita sekarang memiliki sumber kasih yang tidak terbatas dari Allah, yang bisa kita pakai untuk memulihkan hubungan2 lain apapun yang telah rusak baik disebabkan kesalahan kita ataupun kesalahan orang lain pada kita.
Singkirkan penghalang2 untuk rekonsiliasi.
Sebagian besar kita pasti punya begitu banyak alasan untuk tidak meminta maaf maupun memaafkan kesalahan. Itu semua terjadi karena kelihaian pikiran (headbrain) mengolah berbagai alasan2 sehingga kesalahan itu nampak tidak fatal, atau tidak disengaja atau juga lupakan saja. Kadang kalau juga menyangkut kesalahan orang lain, pikiran kita mengatakan bahwa kesalahan kita lebih kecil dari orang lain.
Saudaraku terkasih, bertobat esensinya adalah berhadap2 dengan Allah, membawa keberadaan hidup kita tanpa ditutup2i pada Allah. Sehingga bukan pada besar, kecilnya, atau lama dan barunya bahkan sudah dilupakan atau masih teringatnya, tetapi pada apakah ada dosa yang menghalangi persekutuan dengan Allah. Lihatlah kekudusan Allah sebagai pembanding, itu yang harus kita selesaikan. Dihadapan Allah bahkan semua perbuatan baik kita adalah kain kotor (cemar), maka menyelesaikan dosa adalah dihadapan Tuhan, dengan mengakui dan memohon pengampunan, 1 Yoh 1:9, dihadapan manusia, dengan pergi berdamai, Mat 5:24, atau doa, berkat, persekutuan dengan Allah terhambat.
Sehingga tidak ada alasan apapun termasuk : tidak tahu bagaimana cara mengontak ; lupa terhadap siapa bersalah ; lupa bagaimana kesalahannya, dll. Fokuslah pada kesalahan diri, minta Roh Kudus menolong, menunjukkan bahkan mempertemukan agar kita bisa menuntaskannya. Ini memikul TANGGUNGJAWAB terhadap dosa dan kesalahan yang sudah kita lakukan. Dan kita ingin terbebas dari segala akibatnya saat ini maupun di masa akan datang.
Miliki sikap yang benar.
Orang akan mengetahui apakah kita benar2 menyesal atau sekedar ucapan bibir saja, apalagi Tuhan. Inilah sikap hati yang Tuhan inginkan : Yak 4:9-10, Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.
Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Kita tidak pernah bisa berbohong pada Allah, dan Allah melihat jauh kedalam hati kita.
Penerapan pribadi :
apakah setiap bertemu dengan sesama, saya dapat dengan tenang menikmati persekutuan dengan mereka karena tidak ada kesalahan yang belum saya bereskan ?
apakah masih ada penghalang antara diri saya (agar memiliki nurani yang murni) dengan Allah atau sesama ? Bisakah saya membuat daftar kesalahan itu ?
apakah saya juga merasakan orang yang pernah saya sakiti dari perasaan saya saat tersakiti ? Hingga saya bisa merasakan kepedihan hati mereka pada kesalahan saya.
apakah bila ada pihak yang tetap tidak mau memaafkan setelah saya meminta maaf, saya akan menyerahkan pada Allah permasalahannya ?
Saudaraku terkasih, kekuatan dosa adalah sebatas kerahasiaannya. Dosa akan terus meneror dan menyengat, tetapi begitu kita buka, akui dan selesaikan dengan Allah dan manusia, kita akan benar2 merdeka.
Kalau kita senantiasa berada dalam kesadaran dari mana kita berasal yaitu manusia berdosa dan bagaimana seharusnya ujung kematian kekal bagi dosa kita, maka kita akan dengan rela dan cepat melangkah untuk menerima pendamaian Kristus dan hidup dalam perdamaian dengan sesama. Karena hanya dari situlah akan bisa menikmati suatu perjalanan yang ringan, tanpa beban, untuk hidup menjadi alat mulia di tangan Kristus. Kita tidak lagi menyia2kan waktu dan kesempatan lagi.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments