Hari 37
II. Rasa bersalah.
2. Belajar hidup mengasihi Tuhan : kualitas yang dihasilkan ANTUSIASME.
Matius 22:37 (TB) Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Hidup dengan ikatan rasa bersalah membuat kita lemah, terikat oleh peristiwa di masa lalu, tidak ada kegairahan dan semangat hidup yang berapi2. Tetapi bila kita menyadari benar siapa kita, manusia yang penuh kelemahan dan dosa ini, yang memperoleh kasih Allah yang begitu besar bahkan rela mengorbankan Putra Tunggalnya, maka kita akan mulai tersadar, dan berusaha membalasnya dengan penuh antusias.
Saya teringat waktu memperhatikan bagaimana setiap anak dalam satu keluarga mengasihi ibu kandungnya yang telah sepuh (tua). Semua merasa telah mengasihi, tetapi batasan kasih masing2 sangatlah berbeda. Bahkan yang setahun sekali bertemupun sudah merasa telah mengasihi ibunya. Karena itu hubungan dengan Tuhan yang diperintahkan pada manusia adalah mengasihi, karena bobotnya sangat tergantung kedekatan hubungan pribadi dan kerelaan berkorban untuk relasi itu. Itu soal pilihan dimana kita memilih harta kita berada, sesuatu yang kita anggap paling penting, Tuhan atau dunia.
Saya sendiri merasakan kasih yang begitu antusias, saat kami memiliki cucu kami pertama. Rasanya setiap mau ketemu, hati kami berbinar2, bahkan seakan kami rela melakukan apa saja asal dia bisa bahagia. Antusiasme yang begitu besar menguasai setiap kali bertemu cucu kami.
Allah menghendaki kasih yang terutama bagi Dia.
Mengasihi Allah adalah hukum yang pertama dan terutama. Karena kasih itu telah dimulai lebih dahulu dari Allah : penciptaan, pemeliharaan, penebusan dan tuntunan-Nya pada umat. Definisi mengasihi dari pihak Allah sangat berbeda dengan kasih bangsa Israel, Mat 15:8. Israel memuliakan Allah hanya dengan bibir tidak dengan hati. Allah membandingkan hubungan kita dengan Dia seperti hubungan sebuah pernikahan, suatu perjanjian seumur hidup, dan tidak boleh ada toleransi dalam persaingan kasih (perselingkuhan cinta). Bukankah saat memasuki ruangan, maka seorang istri akan memperhatikan mata suaminya, apakah ia tampak terpesona pada wanita lain yang hadir di ruangan itu, bukan ?
Tuhan tidak mau diduakan.
Perjalanan iman bangsa Israel diibaratkan perempuan yang sering berlaku serong dengan banyak suami, saat mereka menyembah berhala. Bukankah itu yang umat Kristen lakukan saat ini, ketika mereka lebih mengasihi dunia dari pada kasi kepada Allah ? Yakobus 4:4-5, begitu tegas bagaimana Allah mengingini Roh yang ditempatkan dalam diri kita dengan cemburu ? Kecintaan pada dunia adalah permusuhan dengan Allah, sama halnya dengan Israel yang menyembah baal. Ini kekejian bagi Allah.
Apakah kita lulus ujian kasih sejati dari Allah ?
Ketika Kristus menanyakan kasih Petrus pada-Nya, dilanjutkan dengan perintah menggembalakankan domba2-Nya, Yoh 21:15. Ini menggambarkan bahwa tarikan untuk mengasihi dunia hanya bisa dikalahkan dengan antusiasme melayani orang2 dan membawa mereka pada Kristus. Standar hidup kita akan menjadi benar, karena menempatkan standar2 Firman diatas pemikiran dunia. Demikianlah hanya ketika kita dengan antusias menghidupi Firman, mewartakan Injil sebagai standar kasih kita pada Allah, maka kita akan lulus ujian kasih pada Allah.
Penerapan pribadi :
seandainya saya menilai kasih saya pada Kristus dalam skala 1-10, angka mana yang menggambarkan kasih saya pada Kristus ?
kasih pada siapakah yang mengisi angka saya sampai angka 10, yang lebih saya kasihi dengan antusias dari Allah ?
apakah saya meletakkan harta (hal yang paling berharga) saya pada Allah ? Hingga hati saya selalu terarah hanya pada Allah bukan yang lain ?
apakah saya mau mengakui dan meninggalkan semua kasih pada pesaing kasih pada Allah dan mengakui dosa2 rahasia saya terhadap orang2 atau kekayaan, kekuasaan yang berada dalam otoritas saya ? Yang lebih menarik hati saya dari pada Allah.
apakah saya meninggalkan rasa bersalah saya, dengan memenuhi aktifitas saya dengan mengasihi dan memuridkan dan membawa orang2 kepada Kristus?
Saudaraku terkasih, kita tidak akan lagi terikat rasa bersalah saat hidup kita, kita arahkan dengan penuh antusias membalas kasih Allah dengan mengasihi dan melayani sesama lebih dan lebih lagi. Tidak ada waktu untuk menangisi diri karena begitu banyak yang harus dilakukan di ladang pelayanan yang sungguh2 menggairahkan.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments