Hari 24
I. Kemarahan.
Bagaimana mengubah kemarahan menjadi kuasa belas kasih ?
Pengkhotbah 7:9 (TB) Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.
Yakobus 1:20 (TB) sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Ketika hati kita terbakar, manusia menjadi kejam dan meluapkan amarah yang tak terbendung keluar. Dan kemarahan manusia tidak menghasilkan kebenaran, serta orang bodoh yang tetap memelihara amarah dalam hidupnya. Lalu kenapa kita marah ? Apalagi kemarahan akan menyebar begitu cepat dan meluas dan destruktif. Karenanya Tuhan Yesus menyebutkan stres pertama dalam kotbah-Nya di bukit. Kemarahan tidak hanya merusak kedalam diri (roh, jiwa dan tubuh), tetapi juga keluar menghancurkan hubungan2 penting antara suami-istri, orang tua-anak, dan persaudaraan.
Ketika seseorang marah, mungkin segera ia menyadari dan menyurutkan amarahnya dalam hitungan menit, tetapi luka yang ditimbulkan pada istri/suami, anak2 terus menyakiti mereka dan menyebabkan luka hati yang mendalam dan berujung kepahitan. Apalagi bila itu berulang, dan kepahitan itu akan keluar merusak orang2 berikutnya hingga jalin-menjalin menjadi lingkaran saling menyakiti semakin luas dan dalam.
Periksalah diri kita, apakah ada kemarahan dalam diri kita ?
Renungan hari-23, ada baiknya dibaca berulang2 untuk mengetahui apakah secara langsung kita ungkapkan atau sembunyikan kemarahan kita ? Apakah secara fisik kita memiliki kecenderungan tekanan darah tinggi, penumpukan plak, pengentalan darah, aritmia jantung ? (biasanya disebabkan adanya stres kemarahan) Apakah kita sulit mengendalikan gejolak emosi ? Mudah meluap2 tak terkendali ? Jantung kita berdegub keras saat memikirkan situasi tertentu ?
Kenali bentuk2 kemarahan.
Meski secara terbuka kebanyakan orang mengingkari hidup mereka terikat oleh roh kemarahan, tetapi mereka akan mengakui bahwa mereka frustasi, sangat tersakiti atau tersinggung berat oleh orang2 atau situasi2 tertentu. Kebanyakan orang menyembunyikan kemarahannya, karena ingin terlihat baik2 saja, tetapi memendam kejengkelan dan ketidak puasan bahkan pada pasangannya sendiri. Padahal sistem hormonal kita tidak dapat membedakan antara kemarahan yang meluap keluar atau frustasi internal, semua akan mengalami konsekuensi stres yang berakibat langsung pada sistem kesehatan fisik terutama kardiovaskular.
Coba sekali lagi kita periksa keadaan diri kita :
apakah saya frustasi menghadapi orang2 tertentu ?
apakah saya kesal oleh situasi tertentu?
apakah saya memendam luka batin yang dalam dan perasaan2 yang terluka ? Membiarkannya dan tidak pernah menyelesaikannya.
apakah saya terlalu memikirkan kesalahan/kekurangan orang lain ?
apakah saya tidak mudah memuji dan menemukan kelebihan orang lain ?
apakah saya bereaksi tajam setiap menemukan kesalahan orang lain ?
apakah saya ingin membalas pada orang2 yang menyakiti saya ?
apakah saya tidak merasa nyaman melihat orang lain lebih baik dan lebih beruntung ?
apakah saya merasa sendiri, penat, dan sering melihat kehidupan dan apa yang saya lakukan sia2 ?
Setiap perubahan selalu dimulai dari kesadaran, demikian pula kesadaran kita akan adanya kemarahan yang sangat berbahaya ini harus menjadi pengakuan. Mintalah pada Allah agar tuntunan Roh Kudus menyadarkan kita bahwa kita telah hidup dengan kemarahan. Agar kita bisa memulai perjalanan untuk mengubahnya.
Saudaraku terkasih, ada 7 langkah mengembangkan karakter yang diajarkan Tuhan Yesus yang secara spesifik akan mengubah stres dari kemarahan menjadi kekuatan kasih yang tulus. Besok kita akan memulai perjalanan kita bersama.
Tuhan tolonglah saya, pimpinlah akal pikiran dan hati saya agar menyadari adanya kemarahan yang tersembunyi dan mengikat hidup saya selama ini. Roh Kudus, tolonglah saya, melalui kebenaran Firman-Mu, saya bisa berubah menjadi hidup dalam kuasa belas kasih dari Allah. Hingga saya hidup bukan untuk menyakiti diri dan sesama, tetapi mengalirkan kasih yang tulus, menghidupkan dan memberkati.
Tuhan Yesus memberkati.
hkw
0 Comments