Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 42

by | Jan 31, 2024 | 0 comments

Membalikkan zaman adalah kemustahilan (fenomena Jokowi).

Ir. Heru Kustriyadi Wibawa MSc. 

Fenomena kepemimpinan Jokowi dalam tiga tahun sudah mendunia. Menjadi salah satu pembicaraan hangat baik dikalangan politisi maupun akademisi termasuk ekonom dunia. Mengingat banyaknya pihak tertarik terhadap fenomena asli INDONESIA ini, mestinya kita harus berpikir keras tentang bagaimana fenomena berskala dunia ini bisa muncul ditengah tengah kita ? Dan yang sangat penting lagi adalah bagaimana memahami fenomena Jokowi secara ilmiah serta menyusunnya menjadi sebuah sistem manajemen ilmiah yang bisa diajarkan pada setiap orang sehingga akan muncul lebih banyak Jokowi- Jokowi dari Indonesia untuk dunia.

Globalisasi yang menyeruak  peradaban dalam dasa warsa ini secara mengejutkan yang hampir hampir gagal diantisipasi dunia ternyata berujung dengan munculnya generasi milenial. Sebuah generasi yang sangat berbeda dengan karakter generasi-generasi sebelumnya. Generasi yang di banjiri dengan akses informasi tanpa batas, terhubung dengan seluruh kejadian di dunia secara langsung, hidup mendunia, bahkan semua punya kesempatan sama melalui sosial media untuk eksis dan menjalin hubungan secara global. Segala tuduhan buruk tentang generasi yang malas, tanpa etika, tidak matang dan sebagainya dijawab oleh generasi milenial dengan eksistensi yang mencengangkan. Mereka ternyata sangat kreatif, cepat menyesuaikan diri, cair, cerdas, cepat mengambil keputusan, berani, saling menghargai, peduli pada lingkungan dan begitu banyak hal positif lainnya.

Milenial telah memakan korban raksasa-raksasa politisi dan ekonomi yang pongah, tidak mau beerubah dan meremehkan milenial. Begitu cepat runtuhnya IBM, Nokia,Taksi,mal,toko grosir ,kodak, dan sederet partai politik yang terus merosot pemilihnya. Pada dasarnya mereka adalah kelompok manusia yang bebal dan sombong yang tidak mau melihat realita zaman yang sudah berubah dengan sangat cepat. Bahkan kalua kita lihat disini ada sebuah kelompok yang harus belajar bagaimana menginfiltrasi serta membuat gerakan masal harus jauh-jauh ke cina untuk mempertahankan zaman yang sudah tertinggal itu.

Generasi milenial ternyata memiliki kemampuan yang sangat cepat merubah dan memakan generasi-generasi sebelumnya. Lihatlah sekarang para kakek-nenek harus belajar mengoperasikan Android agar bisa berkomunikasi dengan cucunya di luar negeri. Mereka dengan sangat cepat menguasai hampir semua lini dengan pikiran-pikiran yang serba baru dan adaptif itu. Mereka sangat percaya diri, fasih menghubungkan dirinya dengan perubahan perubahan dunia. Bagi mereka nilai-nilai global adalah nilai-nilai yang mereka ikuti jauh diatas norma apapun yang diajarkan kepada mereka. Generasi yang menikmati hidup dan berpengetahuan luas serta bergaul akrab dengan peradaban baru dunia.

Mereka bukan generasi yang bisa ditakut-takuti dengan indoktrinasi apalagi dengan ancaman akhirat. Mereka memiliki cara sendiri dalam berinteraksi dengan sesama, alam bahkan Tuhan. Mereka membutuhkan kepemimpinan yang sama sekali baru, sebuah kepemimpinan yang bisa dan layak mereka percaya, bukan yang memaksakan kepentingan diri sang pemimpin. Kepemimpinan transcendence (dalam buku saya dikenal sebagai Transformasi Diri), sebuah pola kepemimpinan yang tidak memusatkan kepentingan pada diri sang pemimpin tetapi pada masyarakat yang dipimpinnya. Masyarakat lah yang memiliki privilage yang selalu diutamakan, diberikan peluang dan penghargaan yang sama untuk eksis dan meraih keberhasilan komunal. Persis sama dengan sikap generasi milenial yang tidak hirarkis  sang pemimpin pun harus setara dan menyatu, berbaur dengan pemimpinnya. Yang sangat penting lagi, milenial adalah bagian dari peradaban dan kepentingan dunia, sehingga generasi ini selalu melihat sebuah keberhasilan adalah ketika bisa semakin menyatu dengan kepentingan bersama yaitu kepentingan global. Keunikkan yang lain adalah cara mereka dengan sangat kuat memegang GOLDEN RULES, sebuah tata nilai yang bagi mereka jauh diatas tatanan dan aturan bahkan doktrin agama sekalipun. Tuntutan mereka pada sang pemimpinpun sama persis, yaitu pemimpin yang konsisten hidup sesuai dengan aturan baik sebagai pemimpin, sebagai kepala keluarga dimanapun ia berada.

Dan itulah yang direpresentasikan oleh Jokowi, yang ternyata menjadi sebuah ikon kepemimpinan generasi milenial. Pas dan tepat sekali dengan berbagai kriteria yang dituntut. Jokowi seakan menyusup dengan cepat dihati dan pikiran generasi milenial di Indonesia bahkan dunia. Kepemimpinannya akan menjadi konfirmasi bagi generasi milenial untuk terus mengembangkan eksistensinya. Mereka semakin memiliki keyakinan besar bahwa zaman sudah berubah kearah mereka. Lihatlah betapa kuatnya uang dan trik-trik jahat yang sudah mereka redam dan lawan dengan cara mereka yang murah, cepat dan sangat militan. Mereka memiliki solidaritas generasi yang begitu kuat, mereka akan rela membela kepentingan pemimpinnya yang adalah juga kepentingan eksistensi mereka sendiri.

Setiap zaman memiliki pemimpin, dan setiap pemimpin memiliki zamannya. Jangan pernah bermimpi menarik-narik kembali ke zaman lalu, karena kalian akan berhadapan dengan seluruh generasi milenial.

#herukwibawa #transformasidiri

Artikel Terkait

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 43

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 43

“Sapa salah seleh” (bhs jawa) Pada masanya setiap orang akan menuai perbuatannya. Saat itu terjadi tidak akan ada yang sanggup mencegahnya. Selalu membuat rencana dalam 3 tahap : pendek, sedang dan panjang. Ketiganya harus sama2 berisi target ideal dan minimal yang...

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 41

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 41

Stimulus-respons Proses evaluasi yang dilakukan oleh sistem pikiran kita mulai dari masuknya stimulus sampai pada respons yang kita berikan sangat bersifat komplek. Stimulus dapat diberikan melalui 6 jenis objek yaitu : objek visual, objek suara, objek bau, objek...

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 40

Buku Renungan Harian GPA Bagian 9 – Part 40

Perubahan Pemograman Bawah Sadar Jarak sekolah saya dengan rumah kira-kira 5 km, cukup jauh  bila ditempuh dengan berjalan kaki. Bukan hanya capek, tetapi yang lebih mengganggu pikiran saya adalah perasaan “miskin” dan “malu” kalau harus jalan kaki, masa naik bus...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *