Menerima diri apa adanya.
Apakah kita memiliki tubuh yang sempurna atau tidak, apakah kita memiliki orang tua yang ideal atau tidak, apakah kita lahir dalam keluarga yang teratur atau tidak serta apakah kita lahir dalam lingkungan yang kaya atau tidak ? Jika anda benar-benar menerima diri apa adanya, tidak akan ada lagi perasaan lebih berbahagia dari pada menjadi diri anda sendiri. Ketika jati diri kita menjadi pandu dalam kehidupan kita maka perjalanan kehidupan kita akan menjadi semakin efektif. Semua keterbatasan maupun kelebihan adalah bagian dari pola yang harus terus dikembangkan untuk mencapai cita-cita anda.
Saya memiliki kawan sebut saja “Amir”, ia dilahirkan dari keluarga yang pecah. Bapaknya tukang kawin, dan ibunya memiliki banyak selingkuhan, sehingga waktu lahirpun Amir tidak jelas siapa sebenarnya bapaknya. Sejak kecil ia dirawat oleh saudara jauhnya, karena ayah ibunya tidak ada yang mau memelihara. Banyak alasan yang bisa dipakai Amir untuk mengasihani diri dan membenci identitasnya, namun Amir tetap mampu menerima dirinya dengan utuh, ia berkembang, bertumbuh dan menjadikan hidupnya perjalanan yang menyenangkan dan penuh kemenangan. Beberapa waktu yang lalu, ia saya temui menjadi salah satu guru anak-anak autis yang berhasil. Disitulah ia menumpahkan kasih sayangnya pada sesama.
Saya teringat dengan nasihat yang sangat keras yang diberikan pada saya : Tidak akan ada seorangpun yang dapat menerima dan menghargai diri anda kalau anda sendiri tidak dapat menerima dan menghargai diri anda sendiri. Kalau anda tidak dapat merubahnya, sebaiknya anda menerimanya dengan syukur.
0 Comments