Transformasi Diri.
Rancangan Allah (Penciptaan).
Alkitab membuka karya-Nya dengan Kejadian 1 : 1, pada mulanya Allah…….. Allah ada dan adalah awal dan permulaan kehidupan. Kita akan menggumuli cara pandang kehidupan yang dimulai dari Allah dan semua hal, ide, apapun yang terintegrasi didalamnya, termasuk bagaimana Allah yang adalah awal itu sedang dan terus bekerja sampai saat ini hingga kekekalan. Pusat dari cara pandang kehidupan Kristen adalah Allah, karakter Allah dan karya Allah. Allah bukan sekedar alasan yang terpaksa kita ambil ketika kita terbentur pada hal-hal misteri yang tidak terjawab. Allah bukan pula ujung dari sebuah lapisan-lapisan logika yang kita sambung-sambung untuk memahami fenomena kehidupan. Tetapi Allah adalah awal dan sumber dari segala yang ada di jagad raya ini.
Allah adalah pusat segala sesuatu.
Tuhan akan menjadi dasar referensi realita dan kejadian-kejadian yang kita hadapi dan bagaimana itu akan berakhir. Kita tidak memulai itu dari diri sendiri, atau pencarian diri, penelusuran jati diri manusia. Apalagi cara berpikir yang menghilangkan kehadiran dan realita Tuhan. Cara pandang kehidupan Kristen meletakkan pondasinya pada keberadaan Tuhan yang menjadi pusat dari seluruh kejadian di alam raya ini. Ini jelas bertentangan dengan pandangaan relatifitas, yang memandang segala sesuatu tidak ada yang mutlak.
Cara pandang kehidupan Kristen bukan pula berdasarkan pengalaman spiritual pribadi yang kemudian diterapkan secara universal. Cara ini akan sangat berbahaya karena menyesatkan dan berbalut pada pusat diri manusia sendiri bukan Allah. Karena pada dasarnya manusia yang terbatas ini tidak akan sanggup mengungkapkan kebenaran di dalam diri Allah yang tidak terbatas. Manusia hanya bisa menerima pernyataan-pernyataan Allah yang disampaikan Allah sendiri melalui FirmanNya di dalam Alkitab.
Semuanya berawal dan berasal dari Allah, melalui pewahyuanNya kita bisa mengerti segala rancanganNya. Karena semua dimulai dari Tuhan yang memang ada dan yang telah berkenan menyatakan DiriNya sampai dengan saat ini. Semuanya adalah tentang Allah dan bukan tentang diri manusia.
Allah yang menyatakan Diri-Nya.
Tuhan menyatakan DiriNya dalam Keluaran 34 :6-7, Allah adalah Allah yang tidak terbatas, kekal, tidak berubah dalam kebijaksanaan, kuasa, kekudusan, keadilan, kebenaran dan kasihNya. Yang turun menyatakan dihadapan Musa, “Allah penyayang, pengasih dan panjang sabar, berlimpah kasih setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya pada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
Allah yang juga mengerjakan segala sesuatu menurut rancangan-Nya (Efesus 1 : 11). Allah yang maha mutlak dan berdaulat, yang mengendalikan segala sesuatu di segala waktu dan segala keadaan. Demikian pula Allah yang maha Kudus, yang menghukum dosa dengan keadilan kasih-Nya. Allah yang menyatakan kasih, melalui keselamatan didalam Tuhan Yesus. Dialah Allah yang kekal, Raja segala zaman, yang tidak nampak serta yang Esa (1 Timotius 1 : 17), kepada-Nya segala hormat dan kemuliaan. Allah yang menyatakan kemuliaan-Nya dengan kehendak-Nya sendiri, ini berarti keagungan dan kemuliaan nampak nyata melalui karya yang dilakukan-Nya.
Inilah Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Inilah yang sejak awal sudah ada dan akan ada selamanya melalui Tiga Pribadi-Nya. Allah yang didalam Dia kita hidup dan bergerak, bahkan kita adalah keturunan-Nya juga (Kisah Rasul 17 : 28).
Allah Tritunggal juga bukan illah yang diam, tetapi yang terus menyatakan Diri-Nya, berbicara kepada manusia menyatakan kehendak-Nya. Dari Firman yang diucapkan dan kehendak yang dinyatakan itulah kita dapat mengenali Allah. Tuhan yang menyatakan pewahyuan umum kepada segala umat manusia melalui karya dan ciptaan-Nya, maupun melalui pewahyuan khusus, yaitu melalui umat-Nya. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19 : 1). Tetapi bukan saja Allah menyatakan Diri-Nya melalui ciptaan-Nya, tetapi juga Firman-Nya. Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat (Mazmur 19 : 7). Allah menulis Firman-Nya (Kejadian 31 : 18; Kejadian 32: 16; Daniel 5 : 5; Daniel 5 : 24-26).
Allah berbicara secara langsung dan didengar oleh banyak orang. Allah berbicara setelah Yesus dibaptis (Matius 3 : 17). Allah berbicara saat Yesus ada diatas gunung (Matius 17 : 5 ; Yohanes 12 : 27-29).
Selain itu Allah juga menyatakan Diri-Nya melalui pribadi Yesus Kristus yaitu Allah yang berinkarnasi menjadi manusia (Yohanes 1 : 1-3 ; Yohanes 1 : 14 ; 1 Timotius 3 : 16 ; Ibrani 1 : 2 ; Yohanes 12 : 45). Tuhan Yesus berfirman dan langsung dituliskan dalam kitab Matius dan Yohanes yang terdiri dari 49 bab, 1950 ayat, kata-kata langsung Tuhan Yesus ada 1140 ayat atau 3/5 bagian. Yesus berbicara bukan dari Diri-Nya tetapi dari Allah Bapa yang mengutus-Nya (Yohanes 12 : 49-50).
Melalui pernyataan dari Allah Sendiri kita bisa memperoleh cara pandang kehidupan ini menurut-Nya. Dasarnya adalah hanya Firman Tuhan, lepas dari prespektif manusia. Sehingga cara pandang kehidupan ini menghilangkan pengertian kebenaran relatif, karena hanya ada sebuah kebenaran yaitu apa yang dinyatakan Allah dalam Firman-Nya. Cara pandang yang meletakkan Allah sebagai sumbernya dan Kristus sebagai pusatnya. Ini memberikan kelengkapan cara pandang kehidupan yang dimulai dari kekal, Allah Tritunggal yang ada disana dan yang tidak diam yang berbicara dengan kasih sebelum segala sesuatu ada. Segala sesuatu terhubung dengan Allah, keberadaan-Nya dan kehendak-Nya sebagai bagian yang terpenting dari seluruh alam raya ini.
Penciptaan.
Berbicara tentang pekerjaan Allah, dimulai dari penciptaan (Kejadian 1 : 1). Kita mengikuti logika di dalam Alkitab, dengan kuasa Firman-Nya Allah menciptakan jagad raya dari ketiadaan. Ibrani 11 : 3, menyatakan bahwa tidak ada yang tidak diciptakan-Nya. Dan Allah menciptakan semuanya itu untuk kemuliaan-Nya. Semua berasal dari Allah dan oleh Allah serta bagi Allah.
Allah merindukan menyalurkan kasih, kemuliaan dan kekayaan-Nya pada manusia ciptaan-Nya agar manusia bisa menikmati kasih Allah dan memuliakan Allah. Kita harus membedakan dengan jelas antara Sang Pencipta dan ciptaan, terpisah keduanya. Itulah sebabnya mencari Tuhan didalam diri kita adalah sebuah konsep yang salah. Demikian juga ketika kita mencari Allah dari ciptaannya yang lain juga merupakan kesalahan.
Kejadian 1 : 2 secara jelas menyatakan karya dari Allah Tritunggal itu sudah terjadi sejak semula, bukan saja Bapa tetapi juga Putra dan Roh Kudus. Penciptaan tidak dapat dipisahkan dari Pribadi Kristus (1 Korintus 8 : 6 ; Kolose 1 : 16 ; Yohanes 1 : 1-3). Dalam cara pandang kehidupan Kristen, Kristus selalu menjadi yang awal dan yang akhir, Kristus bukan saja Sang Hakim, tetapi Sang Penebus dan juga Sang Pencipta.
Dalam Ibrani 1 : 3, dinyatakan bahwa Kristus adalah cahaya kemuliaan Allah, gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan Firman-Nya. Sehingga melalui Kristus kita bisa dengan jelas melihat gambar serta kemuliaan Allah. Demikian juga dinyatakan dalam Roma 1 : 19-20, bahwa melalui segala ciptaan-Nya manusia bisa melihat kemuliaan Allah.
Melalui pemahaman penciptaan akan memberikan pengertian untuk apa kita diciptakan, sehingga akan bisa menjawab pertanyaan siapa saya ? dan mengapa saya ? Pemikiran evolusi yang menyatakan bahwa kita hanyalah hasil sebuah produk alamiah, sebuah rangkaian perubahan tanpa tujuan ataupun ketentuan akhir, jelas bukan pemahaman yang sesuai dengan pengertian penciptaan. Karena menurut pemikiran evolusi berarti kita bisa memilih pemaknaan sendiri lepas dari Sang Pencipta.
Identitas manusia.
Dalam Kejadian 1 : 6, Alkitab menjelaskan puncak penciptaan terjadi saat Allah menciptakan manusia. Melalui tangan-Nya Sendiri Allah membentuk manusia dari debu tanah dan meniupkan nafas Allah menjadikan manusia itu hidup. Sehingga Allah yang memberikan makna dan tujuan atas kehidupan manusia. Kita bukan menjadikan diri kita sendiri, tetapi Allah yang menciptakan kita. Kita tidak dapat menentukan identitas diri kita sendiri. Siapa diri kita dan apakah kita ditetapkan Sang Pencipta, yang telah merancangkan sebelumnya. Eksistensi tertinggi kita ada dalam rancangan Sang Pencipta.
Tetapi sejak semula manusia berusaha untuk meninggalkan ketentuan ini, lepas dari ketergantungan dan identitas diri yang tertinggi yang dimilikinya. Manusia lebih suka menentukan langkah kehidupannya sendiri, mencari identitas diri diluar Sang Penciptanya, alangkah menyedihkannya.
Dalam Kejadian 2 : 7, meski manusia diciptakan dari debu tanah tetapi Allah meniupkan nafas hidup dari Diri-Nya kepada manusia sehingga ia hidup. Allah menciptakan manusia segambar dengan Dirinya Sendiri. Manusia menjadi seperti sarung tangan yang dibuat agar hanya pas untuk dipergunakan oleh tangan penciptanya, demikian manusia diciptakan menjadi wadah yang hanya akan terisi penuh dan sempurna oleh kehadiran Sang Penciptanya.
Sebagai gambar Allah, adalah suatu keadaan yang sangat penting, sehingga dinyatakan sampai 3 x dalam Kejadian 1 : 26-27. Segambar bermakna meniru, serupa dengan gambar aslinya. Kesegambaran dengan Allah tentu bukan masalah fisiknya tetapi pada kepribadian, rasionalitas, spiritualitas, kreatifitas, komunikasi, moralitas serta otoritas yang dimiliki manusia.
Ketentuan kekal inilah yang menjadi sumber identitas manusia dan tujuan manusia diciptakan. Manusia menjadi sempurna pada saat merefleksikan gambar Allah dalam kehidupannya. Melalui manusia maka kemuliaan Allah akan dapat dirasakan, melalui kasih manusia pada sesama dan alam, maka kasih Allah bisa dinikmati oleh jagad raya. Ketika manusia menggunakan otoritasnya, maka kebijaksanaan dan keadilan Allah akan terwujud ditengah-tengah alam raya ini.
Manusia juga diciptakan sebagai satu-satunya ciptaan yang dapat terhubung dengan Allah, mengenal dan sanggup bersekutu dengan Allah melalui hubungan pribadi yang penuh dengan kasih dalam penyembahan dan persekutuan. Manusialah yang bisa melayani Allah, menjadi wakil dan mandataris Allah bagi seluruh ciptaan-Nya. Manusialah yang menjadi penghulu, pemimpin seluruh isi jagad raya yang kepadanya Allah menyerahkan mandat untuk mengelola dan mengatur. Keberadaan manusia dan seluruh kehidupan manusia bertujuan untuk memuliakan Allahnya.
Semua bertujuan hanya untuk kemuliaan Allah.
Mazmur 115 : 1, kemuliaan itu bagi Allah bukan bagi manusia. Tidak ada tujuan yang lain kecuali mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Puncak sukacita terjadi saat manusia menjalankan alasan dan tujuan diciptakan yaitu menikmati kemuliaan didalam Allah. Kejadian 1 : 31, menyatakan bahwa segala sesuatu sangat baik. Tidak ada yang jahat sedikitpun dari ciptaan-Nya. Hal ini juga bertentangan dengan keyakinan saudara muslim karena mereka menganggap bahwa yang baik dan jahat itu diciptakan oleh Tuhan sejajar antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan dalam Alkitab, kesempurnaan dari ciptaan Allah itulah yang menjadi dasar pujian, hormat dan kemuliaan bagi Sang Pencipta. Kesempurnaan itu juga yang menjadikan Allah tidak memisahkan Diri-Nya dari ciptaan. Cara pandang kehidupan Kristen tidak memisahkan hal jasmani dengan rohani, sekulerisme tidak dikenal dalam Alkitab.
Ciptaan yang baik itu juga yang menjadikan alasan bahwa segala sesuatu dapat kita terima dengan ucapan syukur (1 Timotius 4 : 4). Demikian pula, apa yang kamu makan dan minum lakukan bagi kemuliaan Tuhan (1 Korintus 10 : 31). Sehingga secara sederhana : siapa yang menciptakan dirimu ? Allah. Apa lagi yang ALLah ciptakan ? Seluruh isi jagad raya. Mengapa Allah menciptakan dirimu dan jagad raya ? Untuk memuliakan nama-Nya.
Apa saja yang kita lakukan haruslah bagi kemuliaan Allah saja, karena sejak awal penciptaan, kita dibuat sebagai wadah Allah untuk menyatakan kasih, kuasa dan kemuliaan-Nya di alam raya ini. Dengan melakukan tepat seperti rancangan Allah, manusia akan menikmati persekutuan dan kesempurnaan hidup serta menikmati kasih, kuasa dan kekayaan Allah secara sempurna. Sebagaimana Bapa Agustinus yang menyatakan bahwa manusia akan selalu gelisah tidak menemukan peristirahatan, kecuali saat kita diam dalam kasih dan kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah itu bisa kita nikmati saat masuk dalam hadirat-Nya dalam pujian, penyembahan, persekutuan secara pribadi dengan-Nya. Ini pula hal yang paling dirindukan Allah lebih dari apapun dari ciptaan-Nya.
Tata kelola Kerajaan Allah.
Allah sendirilah yang melaksanakan segala kasih, kuasa dan kemuliaan-Nya. Inilah cara kerja dan tata kelola Kerajaan Allah dimana Allah menyalurkan dan melakukan sendiri seluruh karya-Nya. Manusia hanyalah alat yang tidak memiliki kekuatan dari dalam dirinya sendiri. Dalam 2 Korintus 4 : 7, Rasul Paulus menekankan bahwa kita ini hanyalah bejana tanah liat dan segala kekuatan yang berlimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan dari manusia. Justru manusia harus mematikan dirinya sendiri seperti yang Tuhan Yesus sendiri katakan dalam Markus 8 : 34 ; Matius 10 : 38 ; Lukas 14 : 27. Karena ketika kemanusiaan kita hidup justru akan menutup dan menggangggu rencana Allah, saat kita mematikan seluruh jiwa kita maka Allah akan melakukan karya-Nya dengan sempurna melalui tubuh manusia. Sehingga kelak kita akan bersujud penuh syukur dan berkata segala kemuliaan berasal dan bagi Allah, kami ini hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (Lukas 17 : 10).
Memuliakan Allah melalui keberadaan kehidupan manusia.
Hal ini juga berlaku terhadap tubuh kita yang juga adalah ciptaan Allah yang baik. Melalui tubuh kitapun bisa memuliakan Allah. Bahkan sebagaimana dalam Efesus 5 : 25-32, digambarkan keintiman hubungan suami-istri adalah gambaran hubungan antara Kristus dan Jemaat-Nya. Sehingga dalam cara pandang kehidupan Kristen tidak dikenal pemisahan antara jiwa dengan tubuh yang dianggap sumber dosa.
Kita juga harus menggunakan karier dan pekerjaan sebagai sarana untuk memuliakan Allah. Pekerjaan adalah kepercayaan Tuhan kepada kita (Kejadian 2 : 15). Kita harus bisa menikmati hasil jerih lelah dari pekerjaan kita (Pengkotbah 2 : 24). Namun Allahpun mengajarkan pola istirahat pada manusia (Kejadian 2 : 2 – 3). Setelah selesai melakukan pekerjaan-Nya, Allah kemudian beristirahat. Pola ini juga harus kita ikuti dengan baik.
Kejadian 1 : 26, manusia juga mendapat perintah untuk bertanggungjawab terhadap lingkungan. Manusia mendapatkan mandat terhadap ciptaan Allah untuk mewakili dalam mengatur dan mengelola isi dunia ini. Mazmur 8 : 5-8, manusia mendapat karunia kemuliaan Allah, semua ciptaan dibawah otoritas manusia. Karena seluruh bumi dan isinya adalah ciptaan dan milik Allah, sehingga kita wajib menggunakannya bagi kemuliaan Allah bukan merusak atau menyakiti ciptaan-Nya.
Manusia diberikan perintah untuk mengeksplorasi seluruh ciptaan Allah dengan perintah untuk memberikan nama (Kejadian 2 : 19-20), ini adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Ketertarikan dalam mengamati dan mengekplorasi alam sekitar untuk dikuasai dan dikelola. Hal ini juga menjadi bagian dari cara memuliakan Allah. Demikian pula hal-hal yang mengekpresikan suatu seni, hasil olah pikir dan olah rasa manusia adalah juga cara memuliakan Allah (Filipi 4 : 8). Segala aspek kehidupan yang harus dikelola adalah mandat budaya dari Allah, politik, seni, ilmu pengetahuan, olahraga, film, musik dan lain-lain.
Makhluk rohani.
Kejadian 2 : 17 “and the LORD God formed man of the dust of the ground, and breathed into his nostrils the breath of life; and man become a living soul”. Manusia diciptakan Allah memiliki 3 unsur yaitu : tubuhnya dari debu tanah, rohnya dari nafas Allah sendiri, jiwanya yang muncul karena pertemuan roh dan tubuh. Allah memberikan nafas-Nya yaitu sesuatu yang keluar dari Diri-Nya kepada manusia hingga manusia tercipta menjadi citra Allah dan satu-satunya ciptaan Allah yang memiliki kapasitas rohani. Roh manusia yang memungkinkan manusia untuk bersekutu dengan Allah.
Gambar 1 : Nafas Allah (Roh) yang bertemu dengan tubuh (debu tanah) menciptakan jiwa.
Gambar 2 : Manusia terdiri dari Roh, Jiwa dan Tubuh.
Roh Allah yang menjadi pusat dari kehidupan manusia. Allah berada didalam diri manusia (in), Allah hidup bersama (with) dan Allah menaungi (on). Saat terjadi kesempurnaan hubungan antara manusia dengan Allah Sang Penciptanya. Kesempurnaan terjadi sebelum manusia jatuh dalam dosa.
Sejak semula Allah tidak menciptakan manusia menjadi autorobot, tetapi menjadi makhluk yang memiliki kehendak bebas melalui jiwa yang dimilikinya. Jiwa yang adalah hasil dari pertemuan nafas kekekalan Allah dengan debu tanah yang mati itu menjadi penghubung antara Roh Allah didalam roh manusia dengan tubuh manusia. Jiwa-lah yang mengambil keputusan bebas itu. Karena manusia tidak memiliki dosa didalam dirinya, maka manusia hanya mengetahui Roh Allah sebagai sumber dari kehidupannya. Manusia hanya patuh dan taat pada seluruh kehendak Allah, dan keberadaan hidupnya hanya untuk mengikuti rencana Allah saja.
Urutan dalam diri manusia sempurna, roh yang memegang otoritas, jiwa yang berisi kepribadian manusia menghubungkan kehendak Roh kepada tubuhnya. Tubuh menjadi bagian yang terendah berfungsi melakukan apa yang menjadi kehendak Roh, yaitu kehendak Allah sendiri. Manusia yang melalui jiwanya hanyalah mengisi dengan warna pribadinya. Keteraturan terjadi karena otoritas mengalir dari yang bersifat kekal yaitu Roh, diwarnai oleh kepribadian jiwa, dilakukan oleh tubuh yang berasal dari debu tanah.
Kesempurnaan itu selalu dimulai dari otoritas Allah yang diberlakukan dalam hidup manusia. Kemudian kepribadian manusia mewarnainya melalui pikiran, perasaan dan kehendak sesuai dengan otoritas yang diberikan oleh Allah. Kasih dan persekutuan pribadi dengan Allah yang menjadi dasar dari munculnya kepribadian manusia. Manusia menjadi pribadi yang bebas mengekpresikan seluruh warna dari pikiran, perasaan dan kehendaknya membuat hidupnya tidak membosankan dan monoton. Manusia dinamis, penuh warna, kreatif dan penuh karya tetapi tetap berada dalam ororitas Allah. Sedangkan tubuhnya sebagai eksekutor, bertindak secara sempurna, tidak merusak diri dan tidak merusak orang lain atau pihak lain saat berinteraksi. Tubuh menjadi ideal karena tidak ada yang masuk yang buruk, tidak ada yang didalamnya yang buruk serta tidak ada yang keluar dari tubuh yang buruk. Semuanya teratur dan tertib serta terbaik yang pernah ada. Melalui hidup manusia mengalir kesempurnaan kasih Allah didalam diri manusia yang menghasilkan damai sejahtera, mengalir saat berhubungan dengan sesamanya mendatangkan komunitas yang penuh kasih, mengalir kepada lingkungan dan sesama ciptaan Allah yang lain mendatangkan keharmonisan. Semua berujung pada kemuliaan Allah dan kasih yang melingkupi seluruh jagad raya.
Fungsi Roh, Jiwa dan Tubuh.
Roh berguna untuk memampukan manusia berhubungan dengan Allah melalui persekutuan adalah sumber kesadaran akan Tuhan. Jiwa yang lahir dari perpaduan Roh dan tubuh adalah alat untuk melaksanakan kehendak bebas manusia karena didalamnya melekat kepribadian manusia yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Disinilah muncul kesadaran akan diri sendiri. Tubuh adalah bagian yang paling rendah dari manusia karena berasal dari debu tanah yang mati, tubuh menjadi alat untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui indera yang dimilikinya. Urutannya selalu dimulai dari Roh baru kepada jiwa lihat Lukas 1 : 46, 47, “My soul does magnify the Lord, and my spirit has rejoiced in God my Savior”. Roh (spirit) bergembira terlebih dahulu, baru kemudian jiwa (soul) memuliakan Tuhan.
Kehendak bebas manusia selalu tetap dan terjaga, bahkan Tuhan tidak pernah memaksa manusia melakukan kehendak-Nya, tetapi dengan penuh kesadaran melakukan bukan karena paksaan. Inilah ciri manusia sebagai ciptaan yang segambar dengan Allah. Jiwalah yang akan mengambil keputusan apakah akan mengikuti kemauan roh atau mengikuti keinginan tubuh.
Gambar 3 : Fungsi jiwa sebagai pemegang kehendak bebas
Kita dapat menggambarkan kesempurnaan keharmonisan interaksi antara Roh, Jiwa dan Tubuh pada saat penciptaan. Manusia hidup sebagai citra Allah, gambar Allah, anak Allah yang memiliki interaksi secara sempurna karena yang dilakukan oleh tubuhnya adalah kehendak Roh yang diwarnai oleh kepribadian manusia. Manusia menjalankan hidupnya dalam kapasitas maksimalnya karena menghidupi cara hidup, pola hidup dan perilaku hidup sesuai dengan rancangan dari Sang Penciptanya.
Allah yang bertahta dalam roh manusia memberikan inspirasinya pada jiwa manusia untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan kekudusan Allah. Sementara Allah yang menaungi mengalirkan kuasa dan otoritas-Nya untuk melaksanakan segala mandat yang diberikan. Sedang Allah yang hidup bersama manusia memberikan inspirasinya menciptakan keteraturan pada ciptaan dan lingkungan yang kemudian membangun hubungan yang harmonis dengan manusia. Semua ciptaan memadu hubungan saling mengasihi dan memuliakan Sang Pencipta.
Gambar 4 : Keharmonisan antara Roh, Jiwa dan Tubuh.
1. Allah ada didalam (in), Bersama (with) dan menudungi (on) roh manusia, Kejadian 2 : 7, Debu (dust )+ nafas Allah (breath of life) — Jiwa (living soul).
2. Kesempurnaan hubungan, harmoni Allah === manusia.
3. Interaksi antara jagad raya === manusia === Allah, (Kejadian 2).
4. Roh (Spirit) + Tubuh (Body) —- Jiwa (Soul).
5. Jiwa adalah jalan bagi komunikasi antara Roh (Spirit) dengan Tubuh (Body).
6. Tidak ada komunikasi dari Tubuh (Body) —- Roh (Spirit) sejak semula, selalu melalui Jiwa (Soul).
7. Urutan yang pertama : kekal Roh (Spirit) ; kedua : kombinasi kekal dan debu (Soul) ; ketiga : Debu (Body).
8. Keteraturan otoritas, dari Kekal (Spirit), perpaduan kekal-Debu (Soul) terakhir Debu (Body).
9. Roh —- berinteraksi dengan Allah – Kesadaran akan Allah (God consciousness).
10. Jiwa —- berinteraksi dengan manusia – Kesadaran akan diri sendiri (self consciousness).
11. Tubuh —- berinteraksi dengan lingkungan – Kesadaran akan dunia/lingkungan (world consciousness).
12. Lukas 1 : 46, 47 – Jiwa adalah representasi otoritas kehendak bebas (free will) manusia, dapat meneruskan apa yang dikendaki oleh Roh tetapi dapat pula menolaknya sehingga melawan dan menekan Roh.
Manusia adalah Bait Allah.
1 Korintus 3 : 16, Rasul Paulus mengingatkan bahwa tubuh kita adalah Bait Roh Kudus. Bait Roh Kudus disini tentu saja merujuk pada Bait Allah di Yerusalem. Sehingga kita bisa meneliti bagian-bagian dari Bait Allah yang akan kita cari titik persamaannya dengan bagian-bagian dari manusia. Sebagaimana Allah berkenan tinggal dalam Bait Allah, demikian Roh Kudus berkenan tinggal dalam tubuh manusia.
Gambar 5 : Bait Allah.
Kita mengetahui bahwa Bait Allah terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah halaman yang bisa dilihat dan dimasuki oleh setiap umat Israel, terdapat mesbah persembahan bakaran dan air pencucian tubuh. Bagian yang lebih dalam lagi adalah Ruang Kudus, bagian dimana hanya para Imam yang diperbolehkan masuk kedalam, dimana terdapat minyak untuk menyalakan pelita, roti dan mesbah dupa/ukupan. Tempat ini yang sudah dekat dengan Allah, tetapi bukan tempat yang terdekat, sebab ruang ini masih ada diluar tabir sehingga tidak bisa berdiri dalam kehadiran-Nya. Allah tinggal di tempat paling dalam dan tersembunyi, yaitu Ruang Maha Kudus, tempat dimana gelap yang hanya diterangi oleh cahaya Illahi dan tidak seorangpun dapat memasukinya. Hanya satu kali dalam satu tahun, imam besar memasuki ruangan ini. Jadi sebelum tirai itu terbuka, tidak ada manusia yang dapat memasuki Ruang Maha Kudus ini.
Gambar 6 : Keterkaitan manusia dan Bait Allah.
Manusia sebagai bait Allah juga memiliki 3 bagian. Tubuh adalah bagian halaman bait, memperlihatkan keadaan paling luar dalam hidup yang dapat dilihat oleh semua orang. Disini manusia harus menunjukkan ketaatannya pada perintah Tuhan. Disini juga Tuhan Yesus mati untuk menjadi korban penebusan bagi manusia. Kita bisa melihat fungsi mesbah bakaran simbol kematian Kristus, dan air pencucian adalah simbol penyucian darah Yesus. Bagian yang lebih dalam dari manusia adalah Jiwa yang terdiri dari pikiran, kehendak dan perasaan. Sebagaimana Ruang Kudus terdapat roti, cahaya pelita dan dupa maka didalam Jiwa, Roh Kudus akan menghidupkan kasih, kehendak dan pikiran yang dicerahkan sehingga dapat melayani kehendak Tuhan sebagaimana para Imam di ruang kudus. Selanjutnya tempat terdalam tertutup oleh tirai, Ruang Maha Kudus, dimana tidak ada cahaya manusia yang masuk kedalamnya, mata telanjang tidak akan bisa melihat didalamnya. Ini adalah tempat “ruang khusus dimana kemuliaan Allah tinggal”, tempat dimana Allah berdiam. Tempat yang tidak dapat diraih manusia kecuali Allah berkenan menerimanya dengan membuka tirai. Ini adalah bagian Roh dari manusia. Roh ini berada lebih dalam dari sekedar kesadaran diri manusia serta diatas segala kemampuan manusia merasakan. Disini manusia menyatu dan berkomunikasi langsung dengan Allah.
Tidak ada cahaya didalam Ruang Maha Kudus sebab Allah tinggal disana. Di Ruang Kudus ada cahaya berasal dari lampu dengan tujuh dian. Sedang di halaman dengan cahaya sinar matahari. Ini semua menggambarkan karya sempurna Allah didalam diri manusia yang diciptakan menjadi Tempat kediaman Allah Sendiri. Rohnya sama seperti Ruang Maha Kudus dimana Allah berkenan tinggal, dimana segala sesuatu terjadi hanya karena iman, lebih dalam dari yang hanya sekedar terlihat mata, perasaan dan pengertian tetapi lebih pada keyakinan kuasa Tuhan. Jiwa sebagai penyambung di Ruang Kudus akan memancarkan melalui pencerahan pikiran dan persepsi rasional, lebih banyak pengetahuan dan pemahaman akan segala sesuatu berasal dari dunia nyata. Sedangkan Tubuh yang sama dengan halaman bait, jelas terlihat oleh semua orang. Apapun yang dilakukan tubuh kita akan terlihat.
Penatalayanan dalam Bait Allah dalam diri manusia.
Dalam 1 Tesalonika 5 : 23, urutan yang diberikan adalah Roh, Jiwa dan Tubuh. Roh disebut paling dahulu, sebagai tempat yang paling utama. Karena Roh berasal dari nafas Allah, adalah bagian yang paling tinggi. Sedangkan Tubuh disebutkan yang terakhir, karena berasal dari debu tanah, menjadi bagian yang terendah. Sedangkan Jiwa ada ditengahnya, merupakan bagian yang terbentuk ketika nafas Allah bertemu dengan debu tanah membentuk jiwa pada manusia. Kita bisa melihat disini, kesempurnaan antara manusia dengan bait Allah sebagai gambaran yang serupa.
Pelayanan di bait Allah digerakkan oleh pewahyuan yang terjadi didalam Ruang Maha Kudus. Semua aktifitas di Ruang Kudus maupun di halaman bait diatur oleh kehadiran Tuhan di Ruang Maha Kudus. Sebagai titik yang paling sakral, ruang dimana keempat sudut bangunan tertutup, tenang, diam, teduh dan beristirahat. Meskipun mungkin tidak terlihat aktifitas didalam gelapnya Ruang Maha Kudus, tetapi sesungguhnya semua aktifitas di Ruang Kudus dan di halaman bait merupakan hasil dari pewahyuan yang terjadi di Ruang Maha Kudus ini.
Tidak sulit memaknainya dalam kerohanian kita. Jiwa yang merupakan fungsi kesadaran pribadi yang terdiri pikiran, kehendak dan perasaan. Terlihat bahwa Jiwa yang mengatur semua kegiatan tubuh. Saat manusia belum jatuh dalam dosa, seluruh aktifitas Jiwa berasal dari pewahyuan dan perintah dari Roh. Dan ini merupakan kesempurnaan kehendak dan rencana Tuhan bagi manusia. Karena Allah menyatakan kehendak dan rencana-Nya, manusia melaksanakannya dan memperoleh segala kekayaan, kemuliaan dan kelengkapan berkat yang dimiliki Allah bagi manusia. Semua kegiatan yang terjadi di bait Allah ini menggambarkan apa yang terjadi pada diri manusia pada saat belum jatuh kedalam dosa.
Namun yang sempurna, yang terbaik, terindah yang disediakan Tuhan bukanlah menjadi pilihan manusia. Pilihan manusia dari keputusan Jiwanya adalah meninggalkan segala kemuliaan Allah yang ada pada dirinya untuk masuk ke era baru yaitu kejatuhan manusia. Kesempatan dan kepercayaan Tuhan dijawab dengan pemberontakan manusia. Kita akan meneruskan kejatuhan manusia dalam bab berikutnya.
0 Comments