Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 7

by | Jan 24, 2024 | 0 comments

Dua tokoh Alkitab yang paling saya kagumi kehidupan meditasinya adalah Daud dan Bunda Maria, yang akan saya tuliskan secara berututan dalam tulisan ini. Dua teladan yang sangat berbeda pendekatannya dalam mengenal Allahnya.

Model Daud adalah yang pertama karena di sinilah orang non-Kristen (belum ada kekristenan saat ia hidup) pertama kali bisa bertemu Allah. Daud adalah seorang gembala muda yang menghabiskan banyak malam di bawah bintang-bintang untuk mengawasi kawanan domba milik ayahnya.

Dia belajar, “Langit menyatakan kemuliaan Allah; dan cakrawala menunjukkan hasil karya-Nya ” (Mazmur 19: 1). Jauh sebelum orang membaca tentang Tuhan dalam Kitab Suci, mereka dapat belajar tentang Tuhan yang mengungkapkan diri-Nya melalui alam. Bintang-bintang di langit malam dirancang sebagai tanda (Kejadian 1:14) dan perjanjian khusus Allah melekat pada pelangi setelah banjir (Kejadian 9:13). Ikuti Daud sebagai  model untuk merenungkan keagungan Tuhan.

Manusia yang paling dekat dengan Yesus di bumi ini adalah ibu-Nya Maria. “Maria menyimpan semua hal ini dan merenungkannya di dalam hatinya” (Lukas 2:19). Dia memikirkan kelahiran adikodrati, kehidupan, dan kematian-Nya. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Dia, dan kemudian dia menjadi teladan kita untuk mengenal Kristus. Dalam keterbatasan seorang gadis belia, dengan tanggungjawab yang menggentarkan hati dan hidupnya, Maria menjawab dan menjalani tugas itu dalam segala keterbatasannya dengan penuh ketaatan dan kesetiaan.


Model Daud : Mengagumi Ciptaan dan Keagungan Allah

Biarkan Firman  didalam mulutku dan tertanam melalui meditasi didalam hatiku


“Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku” (Mazmur 19:14). 

Daud duduk di gundukan rumput hijau yang menghadap domba-dombanya yang hanya beberapa ekor itu, mereka sedang merumput di padang rumput matahari sore. Angin sepoi dengan warna kuning emas dilangit, membuat suasana yang sangat kontemplatif. Daud muda punya banyak waktu untuk bermeditasi, karena seorang gembala tidak punya banyak yang harus dilakukan. Dia hanya harus memastikan domba tidak berkeliaran karena mereka memang cenderung tersesat, tentunya juga memastikan keselamatan mereka juga. Dan Daud harus melindungi domba dari ancaman serigala atau beruang. Ada sesuatu tentang kerentanan domba yang menarik binatang pemangsa. Saat Daud merenungkan tugasnya sebagai seorang gembala, dia memikirkan kesamaannya dengan perlindungan Tuhan dalam hidupnya : “Tuhan adalah gembalaku, tak akan kekurangan aku”.

Domba Daud tidak perlu khawatir tentang apa pun, karena Daud selalu memastikan mereka memiliki padang rumput yang hijau. Seringkali Daud membandingkan peran Tuhan dengan seorang gembala. Apa yang dilakukan Daud untuk domba-dombanya, Tuhan lakukan untuk umat-Nya. Daud bermeditasi : 

Bagaimana Tuhan membuat domba-domba-Nya berbaring,  di padang rumput hijau dan subur. Tuhan memimpin domba-domba-Nya ke air yang tenang, untuk memulihkan jiwa mereka yang kehausan. Tuhan menuntun domba-domba-Nya di jalan yang benar, oleh karena nama-Nya. 

Domba-domba telah merumput di ladang ini sepanjang hari. Mereka sudah makan dengan kenyang, sekarang rumput hijau disitu mulai habis. Daud melihat sekeliling dan mencari ladang yang jauh, sehijau padang rumput disini  pagi tadi. Tetapi untuk membawa dombanya kesana, ia harus memimpin domba melalui jalan sempit, lembah tempat serigala berkeliaran. Daud berjalan mendahului di lembah itu, untuk memastikan tidak ada serigala. Lalu mengumpulkan domba-domba itu di dekatnya, Daud memimpin mereka melewati bahaya. 

Tuhan menuntun saya melalui lembah kekelaman, aku tidak akan takut bahaya. Tuhan memiliki gada dan tongkat untuk melindungi aku, aku aman dengan Dia. 

Di sisi lain lembah, domba-domba menyebar untuk makan, tanpa rasa takut atau khawatir. Daud menemukan tempat di bawah pohon untuk mengawasi mereka. Di bawah bayang-bayang pohon rindang, Daud bermeditasi pada Allah Sang Penyedia :

Tuhan menyiapkan hidangan bagiku. Dihadapan lawanku, serigala menonton dari jauh. Tuhan mengurapi aku dengan minyak kemakmuran, Saya akan tinggal di hadirat-Nya selamanya. (Mazmur 23 diperluas)

Daud melihat badai berputar-putar di atas bukit di dekatnya. Dia berlari untuk menyelamatkan dombanya. Domba itu lambat merespons karena mereka tidak bisa merasakan bahaya yang akan terjadi. Suara Petir menggelegar dari balik gunung. Suara guntur bergemuruh menuruni lembah. Bahkan dalam ancaman bahaya, Daud masih bisa bermeditasi :

Suara Tuhan datang bersama badai, kemuliaan Allah mengguntur. Suara Tuhan mematahkan pohon aras, Kuasa Tuhan ada dalam angin. Suara Tuhan mengguncang hutan belantara, Kekuatan Tuhan itu agung. Suara Tuhan membuat aliran membanjiri tepian mereka, Tuhan memberikan kedamaian dalam badai.  (Mazmur 29 diperluas)

Daud duduk di dahan kecil mengamati suasana setelah badai sore. Saat menjelang malam; ranting-ranting pohon yang menjorok melindunginya dari embun malam yang lembab. Gembala muda itu memperhatikan dengan seksama tebaran bintang-bintang, yang masing-masing mulai berkelap-kelip di langit yang gelap. Bulan merangkak perlahan naik ke atas bukit, menebarkan bayang-bayang sorenya. Daud bermeditasi :

Langit menyatakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan hasil dari karya-Nya. Siang hari mengungkapkan kekuatan kreatif Allah, Malam itu menunjukkan pengetahuan Allah (Mazmur 19:1-3 diperluas).

Daud bertanya-tanya mengapa semua orang tidak menyembah Tuhan ketika mereka melihat kekuatan kreatif-Nya melalui bulan dan bintang-bintang. Daud mencoba menghitung bintang-bintang, dengan pandangannya yang terbatas itu, ia hanya bisa melihat ratusan dari milyaran bintang. Dia mengagungkan Tuhan untuk sejumlah bintang yang dinikmati dengan mata telanjangnya.

Bayangkan jika Daud hidup di zaman ini yang dapat menatap ke langit melalui kekuatan teleskop maka gembala muda akan menemukan ada 50 miliar galaksi (bahkan kebanyakan dari mereka lebih besar dari galaksi kita,Bima Sakti) dan setiap galaksi memiliki lebih dari 200 juta bintang. Ada triliunan triliun bintang. . . dan mengapa Tuhan menciptakan begitu banyak bintang ? Karena Tuhan yang tak terbatas menyatakan ketidakterbatasan-Nya dengan menciptakan lebih banyak bintang dari pada yang dapat dipahami oleh makhluk ciptaan-Nya, namun Tuhan tetap mengingat manusia. Meditasi Daud muda menuntunnya untuk menyembah Sang Penciptanya, seperti yang dikehendaki Tuhan. Di dalam benak Daud, dia memahami Tuhan yang menciptakannya, yang tertarik padanya. 

Daud muda bermeditasi :

“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan. Tak terhingga keberadaan-Mu ya Tuhan. Namun Engkau masih mengingat manusia yang kecil ini dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya ? Bahwa Engkau memperhatikannya? Atau Putramu, yang akan menjadi seperti manusia, dan bahwa Engkau akan mengunjungi-Nya.  (Mazmur 8: 3-5 terjemahan yang diperluas)

Meditasi Daud tentang alam tidak pernah menuntunnya untuk menyembah benda ciptaan itu, juga tidak memotivasi dirinya untuk melakukannya membuat sesembahan dengan mengukir atau memahatnya. Karena ketika Daud mengamati kebesaran matahari, bulan dan bintang-bintang, dia menyembah Tuhan yang menciptakan mereka. Tuhan adalah pencetus segala sesuatu.

Mediasi Daud menuntunnya untuk memahami tempatnya dalam kehidupan. Dia tahu peran manusia adalah untuk memuji Tuhan, melayani Tuhan dan mentaati Tuhan.

Ya Tuhan, Engkau telah menciptakan manusia untuk membesarkan nama-Mu, Kau ciptakan hampir sama seperti Engkau sendiri, Engkau telah membuat manusia untuk memuliakan-Mu dan membawa kehormatan bagi-Mu. Kehidupan yang Kau berikan pada manusia untuk memiliki kekuasaan atas ciptaan-Mu. Engkau telah memuliakannya dengan ternak, binatang buas, domba, semua ikan dan burung, Engkau menciptakan semua hal, untuk digunakan oleh manusia untuk tujuan-Mu.  (Mazmur 8: 5-7 terjemahan yang diperluas)

Meditasi Daud dimulai sebagai anak gembala ketika ia mengamati dunia ciptaan Tuhan. Kemudian, Daud menghabiskan 13 tahun sebagai buron di gunung dan hutan, berlari dari Saul. Dia bersekutu dengan Allah (Mazmur 139). Di istana, saat  Daud telah menjadi lebih tua, ia tidak pernah melupakan Penciptanya (Mazmur 19).

Apakah yang dihasilkan dari meditasi yang dilakukan  Daud bagi dirinya :

1. Untuk mengingatkannya akan Tuhan.

2. Untuk memotivasi dia untuk menyembah Tuhan.

3. Untuk memahami perannya dalam kehidupan.

4. Untuk mencari pengampunan Tuhan.

5. Untuk belajar tentang Tuhan.

6. Untuk menikmati persekutuan dengan Tuhan.

Meditasi Daud tidak pernah hanya fokus pada alam raya dan berakhir dengan kekaguman pada keajaiban alam fisik. Daud bukan seorang naturalis yang hanya memuja alam. Dia bukan pula hanya seorang penyair subjektif yang bermeditasi di alam semesta tentang dirinya. Tetapi Dia adalah seorang penyairnya Tuhan dan pengamatan pada ciptaan yang membawanya bermeditasi pada Sang Pencipta, Tuhan pemilik dan pencipta surga. 

Marilah kita mencoba mengikuti jejak Daud menemukan Allah melalui alam. 

Ketika orang mulai memeditasikan Tuhan, mereka biasanya mulai berpikir tentang Tuhan seperti yang mereka lihat kehadiran-Nya di alam sekitar mereka. Orang-orang modern mulai berpikir tentang Tuhan, sama seperti Daud. Mereka melihat keagungan alam, dan berpikir tentang penciptaan.  

Sebenarnya, tempat yang luar biasa untuk memulai meditasi kita adalah pada kekuatan kreatif Allah. Kita dapat melihat “sidik jari” Allah di dunia yang telah Ia ciptakan, namun tidak semuanya tentang Tuhan terlihat dalam ciptaan. Ada hal-hal lain tentang Tuhan yang tidak dapat kita pahami dengan meditasi. “Hal-hal tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ulangan 29:29).  

Dalam Perjanjian Baru, penulis Ibrani memulai dengan pernyataan, “Tuhan berbicara kepada-Nya orang-orang di masa lalu pada waktu yang berbeda, dengan cara yang berbeda, tetapi di saat-saat terakhir ini, Tuhan telah berbicara kepada kita melalui putra-Nya, yang menciptakan dunia, dan yang adalah penguasa segala sesuatu ”(Ibrani 1: 1,2 diperluas). 

Pernyataan ini menyarankan setidaknya tiga fakta penting lainnya tentang bagaimana kita bisa mengenal Tuhan. Pertama, Allah telah memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada kita “dengan berbagai cara” sepanjang sejarah. Dia telah menggunakan visi, mimpi, puisi, biografi, khotbah, percakapan tatap muka, mukjizat, perumpamaan dan Dia bahkan menulis di loh batu. 

Kedua, ekspresi tertinggi dari mengenal Tuhan adalah melalui kelahiran fisik dan kehidupan Yesus. “Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita dan kita melihat kemuliaan milik-Nya ” (Yohanes 1:14). Untuk mengenal dan memahami Allah, kita harus memandang Yesus Kristus. 

Ketiga, Tuhan memberi tahu kita tentang diri-Nya melalui penciptaan dunia. Peristiwa pertama dalam waktu yang terukur dirangkum dalam pernyataan, “Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1: 1).  Dalam tindakan penciptaan, Tuhan telah meninggalkan sidik jari-Nya di mana-mana. Sama seperti detektif yang baik mengumpulkan bukti di tempat kejadian perkara kejahatan, sehingga kita dapat menggunakan dunia yang diciptakan Tuhan sebagai titik awal meditasi kita tentang Tuhan. 

Meditasi bukan hanya sekedar pandangan sekilas melintasi suatu bidang atau melihat suatu taman indah terawat, atau memandangi langit malam. Sebaliknya, meditasi mencari melalui alam dunia untuk melihat Tuhan. Keberhasilan meditasi kita tidak diukur oleh keindahan alam — meskipun hal itu begitu indah dan kita harus menikmatinya — tetapi validitas meditasi selalu diukur oleh objek meditasi kita, yang adalah Tuhan sendiri.

Jika cara utama Allah untuk menyatakan diri-Nya ada dalam ciptaan-Nya, masuk akal untuk berasumsi dua hal : 

Pertama, kita dapat memulai meditasi dengan merenungkan alam, tetapi objek kedua dari pewahyuan adalah Tuhan. Tentu saja itu yang terjadi pada Daud. Sementara mazmurnya menyarankan dia menggunakan banyak pengalaman untuk merenungkan Tuhan, mazmur pada awalnya membawa dia mulai fokus pada mencari jejak Tuhan dalam penciptaan. Sehingga, mencari dengan merenungkan Tuhan melalui kekuatan penciptaan alam semesta disebut “Model Daud.” Melihat lebih dekat pada beberapa mazmur awalnya mengungkapkan bagaimana meditasi atau alam membantu kita tumbuh dalam pemahaman kita tentang Tuhan.

Meditasi Kristen, sebuah Seni dan Disiplin Spiritualitas Meditasi yang Hilang (3b)

Disunting : Dr. Ir. Heru Kustriyadi Wibawa, MSc.

Artikel Terkait

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Renungan Pagi. Tempe dan Tuhan. (kisah nyata seorang ibu dari Magelang) Di suatu desa hiduplah seorg ibu penjual tempe.  Tak ada pekerjaan lain yg dpt dia lakukan sbg penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dr bibirnya.  Ia jalani...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Kisah simson di alkitab sebenarnya sangat tragis. Jangan sampai karakter dan keadaan Simson ada dalam hidup kita. Kita harus menyiapkan diri agar keadaan Simson tidak sampai terjadi dalam hidup kita atau bahkan jangan ada yang seperti Simson. Dalam kitab Hakim - hakim...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Shalom, puji Tuhan, saya diberi kesempatan untuk sharing dengan teman2 disini, hari ini saya mau bicara tentang mungkin sebuah teguran Tuhan untuk saya, yaitu tentang sayap, dalam Amsal 1:17 => Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *