Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 6

by | Jan 24, 2024 | 0 comments

Seni Meditasi yang Hilang

Seorang anak lelaki sering duduk di teras depan rumahnya di sebuah desa kecil di tengah pedusunan yang sangat tenang kalau tidak bisa dikatakan terpencil. Ia sering tidak memahami apa yang bergolak dalam hatinya, mengapa lebih terasa nyaman ketika ia duduk berpikir dan termenung. Kebiasaan yang tidak ia sadari telah menumbuhkan sebuah benih kerinduan akan sesuatu yang begitu penting dalam kehidupan.

Anak itu teringat beberapa hari salah seorang sahabatnya “Dulsami” begitu nama anak itu, telah menghadap yang maha kuasa. Zaman dimana ketersediakan pengobatan masih terlalu minim di desa terpencil itu. Dulsami teman bermainnya memang agak ringkih, mudah sakit walaupun selalu ceria dan tidak memiliki sifat yang menyebalkan. Tidak lebih tiga hari sakit, kemudian meninggal dunia. Ia tidak berani datang saat pemakaman, karena memang ia juga masih terlalu kecil untuk datang dalam acara semacam itu.

Kemudian teringat akan beberapa kawan-kawan bermainnya. Sugeng salah satunya, anak dengan kepala yang besar  itu diketahuinya lahir tidak memiliki ayah. Ia  hidup dengan ibu dan neneknya yang tinggal beberapa ratus meter dari rumahnya. Atau Dakir, anak yang lahir dari orang tua yang lengkap tetapi ibunya menderita sakit jiwa. Atau Anto, anak yang diketahuinya ayah kandungnya menghamili seorang gadis dengan keterlambatan mental yang kemudian melahirkan anak cacat. Anak itu terus merenung ditengah ketidak pahamannya, namun gejolak rasa dihatinya seakan terus melayang menemukan jawaban. “Dimanakah kau Tuhan, jikalau Engkau ada mengapa semua ini terjadi ?” 

Anak kecil perenung itu akhirnya bertumbuh dan menjadi semakin dewasa. Ia masih terus menggenggam erat pertanyaan yang telah terpendam sejak kecilnya itu. Dan sepanjang perjalanannya ia semakin kecewa, jawaban itu tidak pernah didapatnya, justru persoalan-persoalan yang semakin banyak terus harus dijalani sepanjang kehidupan menuju kedewasaannya. 

Bocah yang tumbuh menjadi muda tanpa menemukan jawaban, ia kemudian menyusuri kedewasaannya dengan kuliah di sebuah perguruan tinggi terbaik di kotanya, bekerja keras, menikah dan memiliki anak-anak yang cerdas pandai. Sampai masa paruh usianya ia juga belum menemukan jawaban dari pertanyaan masa kanak-kanannya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk belajar dan memperdalam ilmu theologia. Berharap ia akan menemukan jawaban itu disana. Ia juga tidak menemukannya disana.

Ia sangat kecewa. Sampai pada suatu hari, bapak di usia paruh baya itu sakit, bahkan malaikat maut sudah menanti di ambang pintu kamar tempat ia berbaring beberapa minggu terakhir. Bapak itu berpikir akan meninggalkan dunia ini dengan membawa pertanyaan yang tidak terjawab seumur hidupnya. Ia pasrah dan menyerah pada ketentuan alam. Ia telah begitu siap untuk kembali pada Sang Pencipta yang disembah dan dicintainya.

Sampai suatu hari ia menemukan sebuah aplikasi di play store “Abide”, sebuah aplikasi yang kemudian dijalaninya setiap hari, sebuah seni membuka hari bersama Tuhan. “Meditasi” olah jiwa dengan diam dan tenang, mendengarkan Firman yang dibacakan berulang-ulang, membuat dirinya seperti terbangun dari sebuah mimpi kehidupan yang panjang selama ini. 

Perlahan ia menemukan sebuah jalan sederhana yang kemudian dititinya setiap hari. Jalan yang perlahan menguak dengan semakin jelas, menemukan jawaban atas pertanyaan masa kecilnya itu.  Alkitab menyebut meditasi. Kata meditasi ditemukan empat belas kali dalam Alkitab. Mengapa Tuhan harus peduli dengan apa yang kita pikirkan atau renungkan ? “Karena sebagaimana manusia memikirkan dalam hatinya, demikianlah dia” – Amsal 23: 7.

Meditasi adalah salah satu disiplin orang Kristen, tetapi seperti banyak hal lain yang dimiliki dalam kekristenan, dunia, agama palsu, iblis berusaha untuk mencurinya. Mereka mengambil tindakan Kristen seperti doa dan berpuasa dan mengisinya dengan praktik non-Kristen dengan tujuan anti-Kristen. Saat menulis ini, saya melihat begitu banyak praktek-praktek meditasi di berbagai media berupa audio, video maupun buku, tetapi semua itu tidak ada hubungannya dengan agama Kristen. Itu mengajar manusia modern untuk dapatkan kedamaian batin melalui berbagai cara yang mereka sering sebutkan sebagai jalan spiritualitas. 

Dengan sikap tubuh tertentu, dengan mantra yang diucapkan berulang-ulang, mereka mencari dan menemukan ketenangan dan kedamaian hidup, mencari Nirvana. . . untuk menjadi seperti Tuhan. Kejawen mengajarkan bahwa manusia adalah Tuhan. Seminar New Age tersedia di berbagai kesempatan dengan beraneka variasi namanya. “The law of attraction”, “The human potential movement”, “self-impowering”, “psychotechnology”,  “self-healing” dan lain-lain.

Menarik ketika saya bertemu seorang yang masih sangat muda menanyakan ketertarikannya dengan berbagai acara itu, secara jujur ia menjawab, “Aku ingin berkuasa atas teman-temanku,” jawabnya. Ketika saya mencoba mengatakan kepadanya bahwa saya adalah seorang Kristen, dia tidak tertarik dengan jawaban saya. “Aku ingin membuat mereka melakukan apa yang aku perintahkan.” Semuanya berpusat pada diri, “self-center”.

Banyak orang bertanya-tanya tentang apakah itu “meditasi”. Suatu keingintahuan  karena berbagai alasan memang tidak apa-apa, ketika mereka mencari jawaban dengan tulus, dan mencari jawabannya di tempat yang tepat. Rangkaian tulisan ini memiliki beberapa jawaban alkitabiah. Alkitab mengajarkan setidaknya ada berbagai cara alkitabiah yang berbeda untuk bermeditasi.  Setiap cara bermeditasi berbeda caranya demikian pula hasilnya. Kita akan mencoba menyusurinya bersama.

Beberapa teladan tokoh dalam Alkitab menunjukkan bahwa waktu bermeditasi adalah kesempatan untuk berpikir dengan tenang tentang Tuhan Sang Pencipta. Saatnya untuk berpikir hal-hal praktis dalam kehidupan bersama Tuhan : mencari pemecahan masalah,  memeriksa prinsip hidup agar tidak terjebak  silaunya dunia,  untuk melihat masa lalu dan melihat ke masa depan,  menghadapi kegagalan, juga untuk memeriksa kesuksesan kehidupan anak manusia. 

Ide meditasi bagi sebagian orang merupakan sebuah kegiatan bagi orang-orang yang lemah, atau sesuatu yang hanya pantas dilakukan oleh para biarawan abad pertengahan di sebuah biara — duduk dalam kamar tertutup sepanjang hari — merenungkan Tuhan. Atau paling tidak, “Meditasi adalah apa yang dilakukan anak-anak di kemah ketika mereka duduk dan menyaksikan matahari terbenam di atas danau.” “Salah!” Tidak akan seperti itu, jika kita bersama-sama mengikuti rangkaian tulisan ini.

Meditasi tidak sama dengan mengasingkan diri dari realita kehidupan, karena meditasi tidak harus merupakan aktifitas yang pasif, tetapi dia bisa menghasilkan pemecahan masalah atau meditasi aktif yang akan memotivasi kita untuk membuat rencana positif untuk masa depan. Bahkan menemukan hal-hal yang luar biasa yang akan menjadi terobosan dalam karier dan masa depan kita.

Alkitab menggunakan banyak istilah lainnya untuk menggambarkan meditasi. 

1. Mengingat 

2. Memikirkan hal-hal tertentu 

3. Merenungkan 

4. Melihat cinta Tuhan 

5. Merenungkan atas segala pekerjaan tangan-Mu (Mazmur 143: 5) 

6. Memeditasikan

7. Mempertimbangkan 

8. Membiarkan pikiran Kristus ada di dalam saya 

9. Menetapkan pikiran pada hal-hal mulia 

10. Membiarkan Firman Kristus diam dengan kekayaannya di dalam diri saya.

Setelah kita mulai memeditasikan Tuhan dan Firman-Nya, kita akan menyadari betapa kita selama ini hanyalah mencoba melakukannya tanpa Tuhan. Bukankah, “Seseorang adalah apa yang dia pikirkan sepanjang hari”. Jika kita memikirkan makanan sepanjang hari, hidup kita akan terpusat pada makanan. Jika kita ingin menjadi lebih saleh, kita harus mulai berpikir tentang Tuhan. Meditasi membantu kita mendapatkan wawasan yang signifikan dalam memahami kebenaran yang mungkin melampaui dari mereka yang mengajarkan kebenaran pada diri kita (Mazmur 119: 99; 2 Timotius 2: 7). 

Manfaat Meditasi

1. Kita mendapatkan wawasan dan pengajaran kebenaran (Mazmur 119: 99; 2 Timotius 2: 7) 

2. Kita mendapatkan pandangan positif tentang kehidupan (Mazmur 104: 34) 

3. Kita memperdalam cinta kita pada Firman dan Tuhan (Mazmur 119: 97) 

4. Kita menjadi berhasil  saat menerapkan wawasan yang diperoleh dalam kehidupan (Yosua 1: 8) 

5. Kita tumbuh dan menjadi stabil dalam kehidupan Kristen (Mazmur 1: 2, 3; Yohanes 15: 4) 

6. Kita mengembangkan kehidupan doa yang kuat (Yohanes 15: 7) 

7. Kita termotivasi untuk melayani (I Timotius 4:15; I Samuel 12:24) 

8. Meditasi memotivasi kita untuk bertobat dan hidup lebih baik (Mazmur 39: 3; Wahyu 2: 5) 

9. Kita menemukan kedamaian Allah (Filipi 4: 8, 9)

10. Kita mendapatkan fokus yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan (Kolose 3: 2; Matius 6:33)

11. Kita memfokuskan hidup kita pada Kristus (Ibrani 12: 3; I Yohanes 3: 1)

12. Kita menyembah Tuhan dalam kemuliaan-Nya yang agung (Ulangan 4:39)

Pemahaman keliru tentang “meditasi” menyebabkan orang merasa tidak memiliki waktu untuk melakukannya. Tetapi jika kita tidak berpikir dan merencanakan hidup kita — maka kita akan dipimpin oleh  orang-orang atau keadaan atau zaman yang merencanakan hidup kita untuk menelan kita.

Padahal, kapan saja kita bisa bermeditasi : didepan komputer ke tempat kerja, saat mencukur atau merias wajah,  saat menunggu di mesin fotokopi, di antrian, saat menunggu bus atau taksi, di tempat tidur sebelum tidur, waktu mengemudi, sebelum kebaktian gereja. Karena setiap orang bermeditasi secara berbeda karena kepribadian mereka juga berbeda. 

Pikiran berfungsi sama bagi setiap manusia, tetapi apa yang kita pikir dan apa yang kita tanamkan dalam pikiran, itu yang membedakan. Pengusaha yang optimis berpikiran positif. Tidak ada pikiran yang pesimis didalam otaknya. Sangat berbeda dengan pikiran karyawan yang tidak bertanggung jawab yang tidak mau masuk kerja hanya karena melihat awan atau hujan, dia tidak pernah berharap akan munculnya  masa depan cerah.

Seorang industriawan seperti Henry J. Kaiser, pernah suatu kali mengawasi pembangunan sebuah proyek di tepi sebuah sungai besar. Badai datang melalui daerah itu, dan tepi sungai itu banjir. Semua tanah bergerak membuat mesin terperosok dalam lumpur dan pekerjaannya hancur. Ketika dia tiba di tempat kerja itu, dia menemukan para pekerjanya duduk dalam keputusasaan. “Apa yang salah?” Kaiser bertanya kepada pekerjanya. “Ayo mulai.”

Para pekerja menunjuk ke semua mesin yang macet di lumpur. Mereka berkecil hati karena semua yang mereka lakukan hancur. “Kita tidak bisa bekerja di lumpur ini!” kata mandor kepada Kaiser. “Lumpur apa?” Kaiser menjawab, “Lihat ke atas, aku tidak melihat lumpur di langit. Saya melihat matahari. “

Dia menjelaskan bahwa segera matahari akan mengeringkan lumpur. Langit biru jernih akan menjadi hari yang sempurna di mana untuk bekerja. “Sebentar lagi lumpur akan mengering, Kita akan bisa memindahkan mesin Kita dan kita bisa mulai dari awal lagi. “

Cara kita berpikir adalah salah satu pengaruh paling kuat pada cara kita hidup. Kita hidup dalam seebuah zaman yang meyakini hal ini : “Bahwa manusia dapat mengubah hidup mereka dengan mengubah sikap pikiran mereka. “ Jadi adalah mungkin untuk membuat kesuksesan hidup kita dari kegagalan. Pertama, Kita harus mengubah cara berpikir kita. Kita harus menyingkirkan ide-ide yang membuat kita gagal, dan mengisi pikiran kita dengan cara-cara baru, segar, kreatif untuk sukses. Karena, “Hidup manusia adalah apa yang dibuat dalam pikirannya”.

Marilah kita mulai belajar dari beberapa tokoh Alkitab, bagaimana mereka melakukan “meditasi” dalam konteks kehidupan mereka dalam mengiring Tuhan.

Mari …………………

Meditasi Kristen, sebuah Seni dan Disiplin Spiritualitas Meditasi yang Hilang (3a)

Disunting : Dr. Ir. Heru Kustriyadi Wibawa, MSc.

Artikel Terkait

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Renungan Pagi. Tempe dan Tuhan. (kisah nyata seorang ibu dari Magelang) Di suatu desa hiduplah seorg ibu penjual tempe.  Tak ada pekerjaan lain yg dpt dia lakukan sbg penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dr bibirnya.  Ia jalani...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Kisah simson di alkitab sebenarnya sangat tragis. Jangan sampai karakter dan keadaan Simson ada dalam hidup kita. Kita harus menyiapkan diri agar keadaan Simson tidak sampai terjadi dalam hidup kita atau bahkan jangan ada yang seperti Simson. Dalam kitab Hakim - hakim...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Shalom, puji Tuhan, saya diberi kesempatan untuk sharing dengan teman2 disini, hari ini saya mau bicara tentang mungkin sebuah teguran Tuhan untuk saya, yaitu tentang sayap, dalam Amsal 1:17 => Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *