Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 10

by | Jan 26, 2024 | 0 comments

Bunda Maria adalah pribadi yang sudah sangat luar biasa dipinggirkan peran dan keteladanannya secara masif dengan pengajaran yang berkembang di beberapa ratus tahun belekangan ini. Kehilangan sosok Maria yang ditempatkan secara berimbang, menyebabkan keteladanan pemahaman dan penerapan iman dari pemikiran perempuan banyak sekali terhilang dalam theologi. Dominasi otak kanan yang terus dikembangkan, menaifkan peran otak kiri manusia yang direpresentasikan keteladanan Bunda Maria. Rasionalitas dan logika tanpa perasaan dan hati sangat berbahaya apalagi dalam theologia.

Tulisan sederhana ini mencoba untuk membukakan sebuah pemahaman lama yang sudah banyak menghilang. Bagi saya Bunda Maria adalah penyeimbang dalam kehidupan iman, karena belajar bagaimana Bunda Maria menghidupi sebuah perjalanan iman yang begitu luar biasa yang terjadi pada seorang gadis belia, sangat menarik untuk menjadi penuntun kehidupan kita.

Model Maria :

Merenungkan Pribadi Yesus : ”Tetapi Maria menyimpan semua hal ini dan merenungkannya di dalam hatinya” – Lukas 2:19. “Nya ibu menyimpan semua perkataan ini di dalam hatinya ”- Lukas 2:51. 

Setiap anak adalah istimewa, karena masing-masing meninggalkan kenangan yang tergores dalam bersama ibunya. Yesus tidak berbeda, karena Dia juga meninggalkan kenangan unik yang tak terlupakan pada Maria, ibu-Nya. Tapi kelahiran Yesus bukan hanya sesuatu yang istimewa, satu kejadian supranatural. . . tidak pernah terjadi lagi . . . sebuah keajaiban . . . tak terlupakan, kejadian yang paling dekat yang dialami Maria sepanjang kehidupan bersama Yesus bahkan setelahnya.

Tidak pernah ada kelahiran lain seperti kelahiran Yesus, jadi adalah wajar bagi Maria ibu-Nya tidak akan dapat melupakan Dia, juga tidak akan melupakan detail kelahiran itu. Maria akan menghabiskan sisa hidupnya hidup merenungkan semua kejadian itu, merangkainya dan memahaminya semakin dalam. 

Sebagai seorang gadis remaja (menurut sejarah gereja, Maria saat ditemui Malaikat masih berusia sangat muda, belasan tahun), malaikat Gabriel mengunjungi Maria ketika dia sedang merenungkan tentang rencana Tuhan dalam masa depan kehidupnya. Yang sangat jarang diajarkan saat ini tentang Maria adalah, kualitas kerohanian yang dimilikinya sebelum dijumpai Gabriel. Maria adalah gadis muda yang sangat dekat dengan Allah. Seorang gadis belia dengan disiplin doa, adalah sesuatu yang luar biasa.

Ia  tidak mulai berpikir tentang Tuhan setelah peristiwa kelahiran Yesus, dia bermeditasi sepanjang hidupnya. Cobalah bayangkan seorang gadis remaja yang telah memiliki kehidupan doa yang sangat kuat, bukanlah seorang gadis biasa. Maria sangat istimewa dihadapan Allah. Salah satu alasan mengapa Maria dipilih menjadi Bunda Yesus adalah karena dia sangat mencerminkan hal-hal rohani sebelum dia terpilih.

Apa yang akan kita lakukan setelah menerima panggilan Tuhan, mencerminkan apa yang telah kita lakukan sebelum Tuhan memanggil kita.

Maria bertunangan dengan Yusuf ketika malaikat itu menampakkan diri kepadanya. Dia mungkin sedang berdoa tentang rencana pernikahannya yang akan datang. Malaikat menyampaikan melalui kalimat-kalimat pengantar kepadanya bahwa dia terpilih karena kualitasnya yang luar biasa. “Salam . . . kamu telah dipilih oleh Tuhan karena kamu adalah wanita paling luar biasa di dunia. Tuhan akan memberkati kamu dan menyertai kamu ”(Lukas 1:28 terjemahan diperluas).

Maria tidak mengerti salam itu, dia juga tidak tahu apa yang ada dalam rancangan Tuhan bagi masa depannya. Kemudian malaikat itu memberitahunya, 

“Janganlah takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” (Lukas 1:30).

Malaikat itu menyampaikan janji Allah kepadanya bahwa dia akan memiliki seorang putra. “Kamu akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah kamu menamai Dia Yesus” (Lukas 1:31).

Mungkin kabar yang disampaikan oleh Malaikat ini belum merupakan hal yang mengejutkan. Maria mungkin berharap akan memiliki anak. Juga nama Yesus (Yunani) bukan nama yang tidak biasa, itu nama yang sama dengan Yosua (bahasa Ibrani). Banyak ibu Yahudi di zaman Yesus menamai putra mereka Yosua, yang berarti ”Yehuwa Menyelamatkan.”

Tetapi kemudian, Malaikat itu menyampaikan kepada Maria bahwa putranya akan disebut “Putra Yang Mahatinggi” dan  Dia akan menjadi raja seperti Daud, dan akan memerintah umat Allah. Serta Kerajaan-Nya akan tanpa akhir. Kata-kata malaikat itu mungkin bagi Maria mulai menimbulkan pertanyaan, tetapi karena baik Maria dan Yusuf lahir dari keluarga yang memiliki darah Daud mengalir di pembuluh darah mereka, Maria mencoba untuk mulai memahaminya.

Ketika Maria kemudian merespon dengan memberi tahu malaikat itu bahwa dia belum menikah dan belum mengenal seorang pria, maka keluarlah sebuah pernyataan yang luar biasa, diluar pemahaman Maria dan manusia. Maria diberi tahu, “Roh Kudus akan turun atasmu, kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau , sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).

Hanya Maria yang mendengar ramalan malaikat itu, dan hanya Maria yang tahu Putranya adalah Anak Allah. Dia tidak pernah bisa melupakan kelahiran-Nya. Meskipun Maria memiliki setidaknya enam anak lain di kemudian hari (Matius 13: 55,56), ia tidak akan pernah melupakan yang satu ini. Dia akan merenungkannya selama sisa hidupnya. (Catatan : Gereja Purba meyakini bahwa Maria tetap menjadi gadis setelah kelahiran Yesus dan tidak pernah melahirkan anak lagi, anak yang disebut dalam Matius adalah anak-anak kemenakannya).

MODEL MARIA

Merenungkan, memeditasikan Yesus yang dilakukan Maria adalah siapa Dia, bagaimana Dia datang ke dunia ini, dan pengaruh apa yang Dia berikan dalam hidup kita.

Seorang malaikat menampakkan diri kepada Yusuf setelah dia mengetahui bahwa Maria hamil. Dia berencana untuk menjaga kesopanan dengan cara diam-diam memutuskan hubungan pertunangan mereka. Yusuf adalah  seorang yang berhati mulia dan sangat mengasihi Maria ini mengira bayi itu dikandung di luar nikah. Malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya, memberi tahu Yusuf hal yang sama dengan yang ia katakan kepada Maria. Malaikat itu menyuruh Yusuf untuk memberi nama anak itu Yesus, “Karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” Yusuf juga diberitahu anak laki-laki adalah Emmanuel, “Allah beserta kita.”

Tempat kelahiran Yesus adalah tempat istimewa, sesuai dengan nubuat dalam Kitab Suci. Allah melaksanakan rencananya melalui sebuah peristiwa yang luar biasa, menggoncang peradaban manusia saat itu untuk mengatur agar Yesus dilahirkan di Betlehem, kota kelahiran Raja Daud. Kaisar Romawi menetapkan bahwa setiap orang harus kembali ke kota kelahiran mereka untuk didaftarkan untuk keperluan perpajakan. Caesar Augustus tidak ingin ada seorangpun yang diterabaikan dalam sensus terbesar saat itu.

Maria dan Yusuf melakukan perjalanan dari Nazareth sekitar 100 mil (+/- 160 km) ke selatan ke Betlehem. Di dalam pemeliharaan Allah, Maria melahirkan putra sulungnya di sebuah kandang karena penginapan penuh. Bayi Yesus dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di palungan. Maria merenungkan kejadian yang terjadi secara nyata pada Putranya yang diprediksi menjadi raja.

Malam itu banyak malaikat mengunjungi beberapa gembala di ladang terdekat Betlehem. Malaikat Tuhan memberi tahu para gembala tentang kelahiran Sang Juruselamat dan Pembebas mereka yang lahir di sebuah kandang di Betlehem. Gembala datang segera untuk menyembah Bayi Yesus. Maria merenungkan arti kunjungan mereka, berusaha memahami peristiwa-peristiwa “suptanatural” yang mengelilingi kelahiran Putranya.

Ketika Maria dan Yusuf membawa Bayi Yesus ke Bait Suci untuk dipersembahkan, pemeliharaan Allah sekali lagi turun tangan. Seorang tua yang saleh, Simeon diberitahu oleh Tuhan bahwa dia tidak akan mati sampai dia melihat Mesias. Orang suci tua itu bertemu Maria dan Yusuf di Bait Suci, dan memberkati anak itu. Karena Yesus itu istimewa, bukan sembarang pendeta yang bisa memberkati Bayi Yesus. Tuhan memilih Simeon untuk menyerahkan Bayi Yesus. Dia menubuatkan Yesus akan membawa terang bagi bangsa-bangsa lain, “Yusuf dan Maria kagum dengan kata-kata Simeon ”(Lukas 2:33).

Para cerdik pandai dari Timur mengikuti bintang ke Betlehem. Itu adalah bintang supranatural yang membimbing mereka ke rumah yang tepat, di mana mereka menjumpai Bayi Yesus. Itu bukan sembarang bintang, itu disebut “Bintang-Nya.” Orang-orang majus berkata, “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur, dan datang untuk menyembah Dia” (Matius 2: 2). Maria tidak bisa melupakan orang-orang hebat dan berpengaruh itu karena mereka menghormati kelahiran Putranya sebagaimana mereka akan menghormati kelahiran seorang raja. Mereka membawa hadiah mahal. Penghasilan dari hadiah ini dipergunakan Maria, Yusuf dan Bayi Yesus melarikan diri ke Mesir, sementara Herodes membunuh semua bayi di Betlehem. Maria merenungkan, memeditasikan kepedulian Allah yang penuh perhatian terhadap Putranya.

Pada usia 12, Maria, Yusuf dan Yesus pergi ke Yerusalem untuk pesta tahunan. Waktu dimana Yesus akan memasuki kedewasaannya, dan kemungkinan mereka melakukan ritual Bar Mitzvah, yaitu, Yesus menjadi seorang putra Israel secara hukum. Ketika Yusuf dan Maria kembali ke rumah, mereka kehilangan Yesus. Setelah mencari Dia tiga hari, mereka menemukan Dia di Bait Suci. Yesus sedang mengajar para ahli dan cendekiawan, “Mereka  menemukan Dia dalam Bait Allah, duduk di tengah-tengah alim ulama, bertanya dan menjawab pertanyaan mereka, ”(Lukas 2:46). Dia adalah anak ajaib yang cemerlang, tetapi Maria tahu bahwa dia lebih dari sekadar seorang dengan intelektual yang luar biasa, “Ibunya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Lukas 2:51).

Hal sama juga terjadi pada hari ini, seseorang dapat mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempelajari Yesus, dan tidak pernah sepenuhnya memahami Dia karena Yesus adalah Allah yang tak terduga dan tak terbatas ; hanya saja, meski Maria tidak pernah sepenuhnya mengerti dia Putranya itu, namun Maria merenungkan perkataan Yesus dan pengalaman-pengalaman sejak kelahiran-Nya, dan terus berusaha untuk tahu lebih banyak tentang anaknya yang dikisihinya itu.

Meditasi Kristen, sebuah Seni dan Disiplin Spiritualitas Meditasi yang Hilang (4b)

Disunting : Dr. Ir. Heru Kustriyadi Wibawa, MSc.

Artikel Terkait

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 24

Renungan Pagi. Tempe dan Tuhan. (kisah nyata seorang ibu dari Magelang) Di suatu desa hiduplah seorg ibu penjual tempe.  Tak ada pekerjaan lain yg dpt dia lakukan sbg penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dr bibirnya.  Ia jalani...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 23

Kisah simson di alkitab sebenarnya sangat tragis. Jangan sampai karakter dan keadaan Simson ada dalam hidup kita. Kita harus menyiapkan diri agar keadaan Simson tidak sampai terjadi dalam hidup kita atau bahkan jangan ada yang seperti Simson. Dalam kitab Hakim - hakim...

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Buku Renungan Harian FB Bagian 7 – Part 22

Shalom, puji Tuhan, saya diberi kesempatan untuk sharing dengan teman2 disini, hari ini saya mau bicara tentang mungkin sebuah teguran Tuhan untuk saya, yaitu tentang sayap, dalam Amsal 1:17 => Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *