Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu
Yohanes 13;4b-5
Sudah natur manusia bahwa kita cenderung menempatkan diri kita sendiri di atas kepentingan orang lain, kita inginnya diperhatikan, dilayani, diprioritaskan, kita ingin lebih dari orang lain, kita mau menjadi terkemuka di antara orang lain
Berbeda dengan yang Tuhan Yesus ajarkan, peristiwa pembasuhan kaki murid-murid-Nya, memutarbalikkan konsep tentang harga diri dan ke”aku”an
Melalui peristiwa ini, Yesus mau meneguhkan perkataan-Nya, ”Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”
Peristiwa pembasuhan kaki murid-murid-Nya menunjukkan sikap kerendahan hati, Dia menanggalkan jubah-Nya, yang melambangkan kebesaran-Nya, mengikat sehelai kain lenan pada pinggang-Nya, seperti seorang budak yang siap bekerja dan berjongkok untuk membasuh kaki murid-murid-Nya, Dia merendahkan diri seperti seorang hamba
Orang yang dibasuh kakinya dianggap derajatnya lebih tinggi daripada yang membasuh dan itulah teladan yang ditunjukkan Yesus, kerendahan hati
Selain itu, Yesus mau menunjukkan bahwa semua manusia sama derajatnya dihadapan-Nya
Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya menghancurkan tembok-tembok kesombongan dan menghancurkan perbedaan derajat manusia
Dia mau kita meneladani-Nya, ”Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu”
Tuhan mau kita saling melayani, memiliki kerendahan hati, memandang dan memperlakukan orang lain seperti kita juga ingin diperlakukan
Tuhan Yesus memberkati
0 Comments